[Im Aerum’s POV]“Annyeong.” Oppa berdiri tepat di depan pintu masuk dan melambaikan tangannya padaku. Aku membalas lambaian tangannya dari ruang tamu. Lalu, ia pergi meninggalkanku dan masuk ke dalam mobil.Ada sedikit perasaan yang aneh dan mengganjal di dalam hatiku. Hari ini segalanya berjalan dengan sangat cepat. Seusai sekolah, aku pergi ke agensi, berlatih dengan timku hingga larut malam, tanpa mengetahui bahwa malam ini akan menjadi pertama kalinya aku menginjakkan kaki di asrama kami.Rasanya seolah-olah aku akan pergi meninggalkan keluargaku untuk pergi ke tempat yang sangat jauh. Meski kenyataannya, aku hanya akan menginap di asrama. Aku duduk di sofa ruang tamu dan mencari kedua koperku.“Kenapa kalian saling diam-diaman? Apa kalian merasa kepindahan kalian terlalu mendadak?” tanya Minhee Eonnie.Aku meletakkan koperku dan melihat ke sekelilingku. Yerim, Naeun, dan Hanna sedang duduk di sofa dengan tatapan kosong. Sementara Miyeong Eonnie sudah menghilang entah ke mana. S
[Kim Young Mi’s POV] “Aku tahu kau menyukai Yoon Jae. Lakukan apa yang menurutmu benar. Dan, jangan pikirkan mengenai Hera.” Perkataan Hyenjin terus menerus menggema di dalam pikiranku. Mungkinkah aku benar menyukai Yoon Jae? Ataukah selama ini aku hanya berusaha menutupi rasa sukaku kepadanya? Aku menggulingkan badanku ke kanan dan ke kiri.Kulirik jam duduk kecil di nakas. Jam sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Dan, hingga saat ini aku belum bisa tertidur. Padahal besok sekolah masih berjalan seperti biasanya. Ditambah lagi mulai esok sudah akan diberlakukan yaja hingga malam hari. Bukannya tertidur, aku malah sibuk memikirkan sesuatu yang tidak berarti.Saat aku sedang larut dalam pikiranku, suara ponselku berbunyi. Dapat kutebak siapa penelepon itu. Pasti Eomma. Tidak akan ada orang lain yang meneleponku di tengah malam begini selain Eomma.“Yeoboseyo, Eomma?”“Young Mi-ah! Ternyata kau belum tidur, Sayang. Bagaimana dengan sekolahmu hari ini?” “Eomma, katakan ya
[Im Aerum’s POV]Satu bulan berlalu …. “Kalian pasti sudah mengetahui soal kolaborasi yang akan kita lakukan bersama dengan grup laki-laki, bukan?”Kami semua mengangguk dan mendengarkan perkataan Miyeong Eonnie dengan seksama.“Kemungkinan besar, trainee dari grup laki-laki yang akan memilih. Mereka akan menyesuaikan dengan kemampuan kalian dan tentunya dengan kebutuhan penampilan mereka. Jika kalian berkesempatan untuk bisa berkolaborasi dengan mereka maka itu peluang yang baik untuk kalian lebih dikenal lagi di mata publik maupun juri.”Naeun yang tampaknya sedari tadi sudah bersiap-siap akan bertanya, langsung mengajukan pertanyaannya. “Apakah kita semua akan dipilih?”Sekarang giliran Minhee Eonnie yang menjawab. “Tentu saja tidak, Naeun. Hanya beberapa yang akan dipilih. Yah, itu jika menurut mereka kalian memiliki potensi.”“Maka dari itu, kalian harus menunjukkan yang terbaik di setiap evaluasi bula—”Tok … tok …. Pintu ruangan diketuk dan terbuka. Oh, itu adalah Eonnie Mich
[Kim Young Mi’s POV]Tok … tok …. “Silahkan masuk!” Seruku sembari melanjutkan menata beberapa dokumen ke dalam lemari.Michelle masuk ke dalam ruanganku. Sekarang ia seperti sekretaris bagiku, padahal sebenarnya ia bukanlah sekretaris. Aku tersenyum menyapanya, ia nampak sedikit kalang kabut hari ini. Sepertinya, banyak pekerjaan yang harus ia lakukan.“Selamat siang, Sunbae. Dua jam lagi, akan diadakan evaluasi bulanan untuk trainee laki-laki dari grup B. Seonsaengnim Choi mengharapkan Sunbae untuk bisa menghadiri evaluasi ini, selagi ia tidak bisa hadir.”“Evaluasi bulanan?” Aku meletakkan dokumen yang sedang kupegang itu. Tidak seperti biasanya evaluasi bulanan diadakan secara mendadak.“Ya. Evaluasi bulanan khusus bulan ini diadakan secara mendadak. Tujuannya untuk mengetes apakah para murid siap untuk mengikuti acara survival show*.”“Ah begitu, ya. Semoga saja mereka benar-benar siap akan hal ini. Kalau begitu aku akan menyelesaikan pekerjaanku dan datang ke sana.”“Ne. Kamsah
[Im Aerum’s POV]Dua minggu berlalu semenjak kepindahanku ke asrama. Meski aku hanya berpindah tempat tinggal untuk sementara, namun banyak sekali perubahan yang kualami. Terutama jadwalku sehari-hari. Saat ini, tidak ada kata santai di dalam kamus Aerum. Setiap hari terasa begitu cepat.Belum lagi aku harus menyesuaikan jadwal latihanku dengan jadwal sekolahku. Tidak terhitung berapa kali aku sudah menulis surat izin kepada wali kelas hanya untuk izin tidak mengikuti ekstrakulikuler. Huft, bagaimana bisa aku mengikuti kegiatan ekstrakulikuler jika pulang sekolah saja sudah larut malam.Seperti biasa, sehabis pulang sekolah aku langsung kembali ke agensi untuk berlatih. Pintu lobi terbuka dan kedua penjaga tersenyum ke arahku. Setelah melakukan scan pada kartuku, aku mempercepat langkahku. Namun, langkahku terhenti karena ponselku yang berbunyi.“Yeoboseyo?”“Aerum-ah, apa kau sudah sampai?” “Hm! Aku baru saja masuk ke dalam lobi. Apa latihan sudah dimulai?”“Belum. Bisakah kau membe
[Kim Young Mi’s POV] “Entahlah. Biarkanlah, Hera sudah banyak memiliki teman dari kelas lain. Teman yang bisa ia ajak pergi keluar untuk makan di restoran mahal setiap hari libur.” Hyenjin tertawa dengan nada sedikit mengejek. Ia menjadi cukup sarkas jika membahas mengenai Hera. Aku tertawa menanggapi ucapan Hyenjin. Kami sedang berada dalam perjalanan menuju gedung SMP. Yaja dilakukan di Study Room khusus yang terletak di dekat gedung SMP. Karena kami memutuskan untuk pergi makan sebelum melakukan yaja, maka kami meluangkan waktu untuk berjalan-jalan di taman dekat sekolah. Kudongakkan pandanganku untuk melihat langit yang sangat indah. Langit mengeluarkan semburat berwarna merah jingga, menunjukkan waktu petang telah tiba. Malam akan tiba dan kami baru saja menyelesaikan sekolah. Aku menggelengkan kepalaku, mengingat bahwa aku mulai saat ini sudah tidak bisa membantu di restoran Bibi Yeesung lagi. “Oh, aku tiba-tiba teringat Yoon Jae. Berarti selama ada yaja, ia akan izin untuk t
[Im Aerum’s POV] Pagi ini aku terbangun dikarenakan suara alarm dari ponsel Yerim. Saat terbangun, kurasakan kepalaku sedikit pening. Nampaknya karena kemarin aku berlatih hingga larut malam. Jadi, kuputuskan untuk menghiraukan suara alarm itu dan duduk di tempat tidurku selama sejenak. Di seberang tempat tidurku adalah tempat tidur Yerim. Ia tidur menghadap dinding sehingga aku tidak bisa melihat wajahnya. Kusibak selimutnya sedikit dan menyadari jika Yerim masih tertidur dengan pulas. Sama sepertiku, kemarin malam Yerim juga berlatih hingga sangat larut. Sepertinya ia kelelahan. Kubuka pintu kamar dan melihat semua sudah terbangun dan berada di ruang tamu. “Apa tidurmu nyenyak?” tanya Minhee Eonnie dari dapur. “Hm, tidak juga. Kepalaku sedikit pening saat terbangun.” “Kasihan sekali anak satu ini. Aku akan membuatkan teh hangat. Tunggulah sebentar.” Tiga minggu sudah berjalan semenjak kami menempati asrama baru kami. Saat ini, aku merasa lebih dekat dengan mereka semua. Anggota
[Kim Young Mi’s POV]Rasanya sangat segar begitu dapat menghirup udara segar di luar sehabis mengerjakan setumpuk soal Matematika. Angin berhembus cukup kencang, membuat udara pada sore hari ini sangat sempurna. Aku dan Yoon Jae berjalan beriringan. Aku melihatnya sekilas dan tersenyum kecil.Sebuah kafe berada di depan kami. Ini adalah kafe pertama yang aku kunjungi dengannya selagi kami menyelesaikan tugas bahasa Inggris kami kala itu. Pikiranku melayang dan berandai-andai. Jika kami tidak pernah mendapatkan tugas itu, akankah aku menjadi dekat dengannya sekarang?“Apa kau tidak akan terlambat untuk mengikuti yaja?” tanya Yoon Jae membuyarkan lamunanku.Kugelengkan kepalaku. “Tenang saja. Aku masih memiliki waktu istirahat puluh menit.”Bel pintu masuk dari kafe itu bergemerincing kala kami membuka pintu itu. Begitu kami membuka pintu, kafe itu terlihat sangat kecil. Jadi, kami harus berdesakan dengan pengunjung lain yang baru saja memasuki kafe itu.“Kau pesanlah terlebih dahulu.”
1 Juni 2021 Sore hari, selalu menjadi jam-jam paling sibuk nan riuh di Busan. Hari ini pun masih sama seperti hari-hari lainnya. Stasiun kereta itu terlihat sangat penuh, dipenuhi oleh penumpang yang bersiap-siap akan kembali ke rumahnya masing-masing. Tak terkecuali bagi si wanita di usianya yang berada di kepala dua. Wanita itu terlihat berlarian mengejar sebuah kereta yang akan segera pergi. Beberapa orang melihatnya dengan tatapan aneh, namun ia tidak memedulikannya. Hal terpenting baginya adalah ia tidak ingin ketinggalan kereta itu. Ia berlarian seraya menenteng sebuah rangkaian bunga berwarna ungu di tangan kanannya. Begitu pintu kereta terbuka, ia langsung berdesak-desakkan dengan penumpang lainnya. Wanita itu menghembuskan napas lega begitu dapat masuk ke dalam kereta dengan selamat. Karena kereta itu sangatlah penuh, ia pun mengambil tempat duduk yang terdekat dengannya. Di sebelahnya, terdapat dua anak perempuan berseragam. Kedua anak tersebut mengingatkannya saat ia masi
[Park Hyunjae’s POV]Satu bulan berlalu ….“Sekali lagi, saya mengucapkan selamat kepada ke-sepuluh trainee yang berhasil dan lolos melewati acara survival show ini dengan baik. Kami akan menunggu debut kalian!” Begitu pembawa acara dari tayangan televisi mengumumkan keberhasilan kami, semua langsung bersiap untuk memegang gelas mereka masing-masing. Kami tersenyum memandangi satu sama lain.“Haruskah kita memulainya sekarang?” tanya manajer kami. “Cheers!”“Cheers!” ucap kami serempak. Kami langsung mendentingkan gelas kami satu sama lain dan meneguk minuman anggur itu bersamaan.“Bukankah ini pertama kalinya kita merayakan ini secara resmi?” tanya manajer kami.“Itu dapat dimaklumi. Kita ‘kan memang sedang sibuk untuk menyiapkan keperluan debut kita,” sahut Lee Dae sambil memegang gelas kosong di tangannya.“Jangan dengarkan dia, ya? Kalian juga harus bersenang-senang. Nikmatilah masa muda kalian, itu tidak akan datang dua kali.” Seperti biasa manajer kami selalu memberi nasihat ya
[Kim Young Mi’s POV]Napasku menderu karena sehabis berlari. Aku menoleh ke kanan dan ke kiri dan tidak menemukan satu pun orang yang dapat kumintai pertolongan. Apakah perumahan orang kaya selalu sesepi ini? Perasaanku kian gelisah dan tak kunjung tenang, serasa ada yang mengganjal di dalam hatiku. Hanya ada satu orang yang dapat kupikirkan di dalam benakku saat ini.Kuhentikan langkahku dan memastikan alamat yang diberikan Jen benar. Aku bahkan sudah melewati gang ini dua kali. Mengecek setiap rumah yang ada, namun rumah yang ditujukan Jen hanya satu. Rumah dengan blok A bernomor 27. Apakah aku salah? Aku mendekati rumah yang sudah kulewati dua kali itu. Rumah itu sangatlah besar dan megah. T-tapi, mengapa di depan pagarnya ada sebuah bendera berwarna kuning yang menunjukkan seseorang baru saja meninggal?Aku berlari kecil ke arah rumah itu. Di depan rumah terdapat sebuah pos satpam kecil. Salah satu satpam itu menyadari kedatanganku dan langsung menghampiriku.“Apa kau sedang menca
[Yoon Jae’s POV]“Mengapa sampai sekarang mereka belum memberi kita asrama juga?”Lamunanku buyar, ketika salah satu dari mereka mulai mengoceh kembali. Oh astaga, aku hanya menginginkan sebuah istirahat yang tenang dan damai tanpa siapapun mengangguku. Dan, lagi-lagi mereka terus membahas mengenai hal yang sama. Aku sudah cukup lelah mendengar protesan dari mereka semua.Yeon Seok bangkit berdiri dan sekilas aku dapat melihat matanya mengerling padaku. Ia mendatangi trainee baru yang baru saja membuka suara itu dan mengcengkeram kerahnya.“Hei, anak baru, kau jangan berulah terus. Mereka tidak akan memberikanmu apa yang kita butuhkan selama kita tidak mengalami peningkatan apapun.”Salah satu teman Yeon Seok bersuara, “Kau seharusnya belajar dari kami. Bahkan sampai bertahun-tahun memendam di agensi sialan ini, mereka juga tidak akan pernah memberi kami asrama. Setidaknya hingga kita berhasil debut.”Seorang trainee yang baru saja protes itu langsung bergeming di tempatnya. Aku melih
[Kim Young Mi’s POV]Jari jemariku saling beradu di atas sebuah mesin ketik laptop milikku. Aku terus menerus melirik jam yang terletak di bawah laptop itu. Aku tidak memiliki banyak waktu, aku harus menyelesaikan pekerjaan ini tepat pukul enam malam ini. Jika aku terlambat barang semenit saja, maka itu akan berdampak besar kepada agensi.Alisku bertaut menunjukkan bahwa aku sangat berfokus untuk dapat menyelesaikan tugas ini hingga selesai. Kutulis subjek email dan tidak lupa mencantumkan sebuah file yang akan kukirim. Segera setelahnya, aku langsung menekan tanda enter dan email itu pun terkumpul kepada klien.Aku langsung menghembuskan napas sebagai bentuk kelegaanku. Kulirik kopi yang tersisa setengah cangkir di sebelahku. Kopi yang semula panas itu, sekarang sudah menjadi dingin. Kuhabiskan kopi itu dan bersiap-siap untuk pergi dari kantin milik agensi itu.Saat aku sedang memasukkan barang-barangku ke dalam tas, aku mendongak dan melihat dua wajah yang familiar dari kejauhan. Ku
[Park Hyunjae’s POV] “Silahkan lima belas peserta dengan penampilan individual terbaik untuk maju ke depan,” ucap pembawa acara itu sambil memberikan bahasa tubuh agar kami naik ke atas panggung.Sebelumnya, para juri sudah berdiskusi untuk menentukan lima belas peserta terbaik. Sisa peserta yang tidak lolos, disuruh untuk kembali duduk di bangku penonton bersama dengan para orang tua yang datang. Sekarang, tersisa seluruh lima belas peserta yang sebelumnya sudah dipanggil.Lee Dae dipanggil sebagai peserta pertama yang lolos. Ia selalu menjadi peserta terbaik, bahkan kesayangan para juri. Meski begitu, urutan awal ini adalah acak dan bukan ranking yang sesungguhnya. Sebelum aku pergi ke atas panggung, aku melihat ke arah kedua orang tuaku dan mereka menganggukkan kepala. Kami satu per satu berbaris di atas panggung. Aku berdiri mendekati ujung panggung, karena aku berada di urutan ke dua belas.Selama berada di atas panggung, aku merasa sangat gugup bukan main. Bagaimana jika aku ga
[Im Aerum’s POV]“Bagaimana perasaan kalian setelah kolaborasi kemarin?” tanya Hong Eonnie.Aku terduduk mematung dan menghiraukan pertanyaan manajer kami. Pikiranku masih memikirkan banyak hal, sehingga aku tidak membalas pertanyaan Hong Eonnie. Kami semua sedang bersantai di ruang latihan. Kata manajer, hari ini seluruh latihan ditiadakan, untuk merayakan kolaborasi kami kemarin.Karena tidak ada yang bersuara, seperti biasa Miyeong Eonnie selalu mendahului kami.“Aku rasa, kita semua sudah menampilkan yang terbaik. Terutama bagi Aerum, Yerim, Naeun, dan Hanna yang baru saja melakukan masa pelatihan mereka satu bulan yang lalu.”Jika dipikir-pikir, waktu satu bulan adalah waktu yang sangat singkat untuk kami dapat menyiapkan semua persiapan kolaborasi itu. Bukan hanya itu, kami juga harus dilatih untuk penguasaan di atas panggung dan bagaimana kami menghadapi penonton. Singkat kata, itu bukanlah hal yang mudah.Sebuah dorongan akhirnya muncul padaku. Aku mengangkat tangan dan Hong E
[Kim Young Mi’s POV]Cuaca pagi hari ini cukup cerah dan hangat. Aku membalikkan kepalaku ke belakang untuk mengecek anak-anak yang bermain bola di lapangan. Sepertinya tidak ada yang menyadari kepergian kami berdua, baguslah. Aku berjalan di atas dedaunan kering yang terjatuh berserakan di sepanjang jalan di taman.Aku tersenyum sekilas kepada Yoon Jae yang sibuk memperhatikan bunga-bunga di sekitarnya. Ia berjongkok dan mengelus permukaan bunga itu dengan perlahan. Entah mengapa, aku merasa hangat dan aman di saat yang bersamaan, meski kami tidak berkomunikasi satu dengan yang lain.Aku memutuskan untuk duduk di bangku taman. “Jae-ah, apa kau menyukai bunga?”Ia menoleh ke belakang dan berkata padaku, “Sebenarnya, sedari kecil aku menyukai bunga. Apa itu aneh jika seorang laki-laki menyukai bunga?”Aku menggelengkan kepalaku. “Itu sama sekali tidak aneh. Bunga apa yang kau sukai?”Ia bangkit berdiri dan duduk di sampingku. “Apa kau pernah mendengar bunga Hydrangea? Di Jepang, bunga
[Im Aerum’s POV]05.00Kubuka mataku perlahan dan mengerjap-erjapkannya. Kulihat tempat tidur Yerim yang sudah kosong. Pertanda bahwa ia sudah bangun sedari tadi. Aku mencoba untuk duduk pada ranjangku dan menghela napas. Semalaman penuh hingga pagi aku sama sekali tidak dapat tidur dengan tenang. Rasanya seperti aku baru saja terlelap dalam beberapa jam.Saat aku akan bangkit berdiri dari ranjangku, aku tersadar bahwa pintu kamar sudah terbuka. Nampaknya, semua orang sudah bersiap-siap untuk memulai hari mereka. Dari dapur, aku dapat mendengar Minhee Eonnie berseru untuk membangunkanku.“Aerum-ah! Bangunlah! Eomma-mu sudah di sini!”Begitu mendengar bahwa Eomma sudah datang, rasanya itu seperti membangunkan jiwaku. Aku segera keluar dari kamar dan mengambil handuk yang tersampir dekat kamar mandi. Di ruang tamu, semua terlihat sudah sangat siap untuk berangkat ke agensi. Hal itu membuatku semakin tersadar bahwa aku tidak punya banyak waktu lagi.“O-oh, kau sudah bangun ternyata ….”A