[Im Aerum’s POV]Satu bulan berlalu …. “Kalian pasti sudah mengetahui soal kolaborasi yang akan kita lakukan bersama dengan grup laki-laki, bukan?”Kami semua mengangguk dan mendengarkan perkataan Miyeong Eonnie dengan seksama.“Kemungkinan besar, trainee dari grup laki-laki yang akan memilih. Mereka akan menyesuaikan dengan kemampuan kalian dan tentunya dengan kebutuhan penampilan mereka. Jika kalian berkesempatan untuk bisa berkolaborasi dengan mereka maka itu peluang yang baik untuk kalian lebih dikenal lagi di mata publik maupun juri.”Naeun yang tampaknya sedari tadi sudah bersiap-siap akan bertanya, langsung mengajukan pertanyaannya. “Apakah kita semua akan dipilih?”Sekarang giliran Minhee Eonnie yang menjawab. “Tentu saja tidak, Naeun. Hanya beberapa yang akan dipilih. Yah, itu jika menurut mereka kalian memiliki potensi.”“Maka dari itu, kalian harus menunjukkan yang terbaik di setiap evaluasi bula—”Tok … tok …. Pintu ruangan diketuk dan terbuka. Oh, itu adalah Eonnie Mich
[Kim Young Mi’s POV]Tok … tok …. “Silahkan masuk!” Seruku sembari melanjutkan menata beberapa dokumen ke dalam lemari.Michelle masuk ke dalam ruanganku. Sekarang ia seperti sekretaris bagiku, padahal sebenarnya ia bukanlah sekretaris. Aku tersenyum menyapanya, ia nampak sedikit kalang kabut hari ini. Sepertinya, banyak pekerjaan yang harus ia lakukan.“Selamat siang, Sunbae. Dua jam lagi, akan diadakan evaluasi bulanan untuk trainee laki-laki dari grup B. Seonsaengnim Choi mengharapkan Sunbae untuk bisa menghadiri evaluasi ini, selagi ia tidak bisa hadir.”“Evaluasi bulanan?” Aku meletakkan dokumen yang sedang kupegang itu. Tidak seperti biasanya evaluasi bulanan diadakan secara mendadak.“Ya. Evaluasi bulanan khusus bulan ini diadakan secara mendadak. Tujuannya untuk mengetes apakah para murid siap untuk mengikuti acara survival show*.”“Ah begitu, ya. Semoga saja mereka benar-benar siap akan hal ini. Kalau begitu aku akan menyelesaikan pekerjaanku dan datang ke sana.”“Ne. Kamsah
[Im Aerum’s POV]Dua minggu berlalu semenjak kepindahanku ke asrama. Meski aku hanya berpindah tempat tinggal untuk sementara, namun banyak sekali perubahan yang kualami. Terutama jadwalku sehari-hari. Saat ini, tidak ada kata santai di dalam kamus Aerum. Setiap hari terasa begitu cepat.Belum lagi aku harus menyesuaikan jadwal latihanku dengan jadwal sekolahku. Tidak terhitung berapa kali aku sudah menulis surat izin kepada wali kelas hanya untuk izin tidak mengikuti ekstrakulikuler. Huft, bagaimana bisa aku mengikuti kegiatan ekstrakulikuler jika pulang sekolah saja sudah larut malam.Seperti biasa, sehabis pulang sekolah aku langsung kembali ke agensi untuk berlatih. Pintu lobi terbuka dan kedua penjaga tersenyum ke arahku. Setelah melakukan scan pada kartuku, aku mempercepat langkahku. Namun, langkahku terhenti karena ponselku yang berbunyi.“Yeoboseyo?”“Aerum-ah, apa kau sudah sampai?” “Hm! Aku baru saja masuk ke dalam lobi. Apa latihan sudah dimulai?”“Belum. Bisakah kau membe
[Kim Young Mi’s POV] “Entahlah. Biarkanlah, Hera sudah banyak memiliki teman dari kelas lain. Teman yang bisa ia ajak pergi keluar untuk makan di restoran mahal setiap hari libur.” Hyenjin tertawa dengan nada sedikit mengejek. Ia menjadi cukup sarkas jika membahas mengenai Hera. Aku tertawa menanggapi ucapan Hyenjin. Kami sedang berada dalam perjalanan menuju gedung SMP. Yaja dilakukan di Study Room khusus yang terletak di dekat gedung SMP. Karena kami memutuskan untuk pergi makan sebelum melakukan yaja, maka kami meluangkan waktu untuk berjalan-jalan di taman dekat sekolah. Kudongakkan pandanganku untuk melihat langit yang sangat indah. Langit mengeluarkan semburat berwarna merah jingga, menunjukkan waktu petang telah tiba. Malam akan tiba dan kami baru saja menyelesaikan sekolah. Aku menggelengkan kepalaku, mengingat bahwa aku mulai saat ini sudah tidak bisa membantu di restoran Bibi Yeesung lagi. “Oh, aku tiba-tiba teringat Yoon Jae. Berarti selama ada yaja, ia akan izin untuk t
[Im Aerum’s POV] Pagi ini aku terbangun dikarenakan suara alarm dari ponsel Yerim. Saat terbangun, kurasakan kepalaku sedikit pening. Nampaknya karena kemarin aku berlatih hingga larut malam. Jadi, kuputuskan untuk menghiraukan suara alarm itu dan duduk di tempat tidurku selama sejenak. Di seberang tempat tidurku adalah tempat tidur Yerim. Ia tidur menghadap dinding sehingga aku tidak bisa melihat wajahnya. Kusibak selimutnya sedikit dan menyadari jika Yerim masih tertidur dengan pulas. Sama sepertiku, kemarin malam Yerim juga berlatih hingga sangat larut. Sepertinya ia kelelahan. Kubuka pintu kamar dan melihat semua sudah terbangun dan berada di ruang tamu. “Apa tidurmu nyenyak?” tanya Minhee Eonnie dari dapur. “Hm, tidak juga. Kepalaku sedikit pening saat terbangun.” “Kasihan sekali anak satu ini. Aku akan membuatkan teh hangat. Tunggulah sebentar.” Tiga minggu sudah berjalan semenjak kami menempati asrama baru kami. Saat ini, aku merasa lebih dekat dengan mereka semua. Anggota
[Kim Young Mi’s POV]Rasanya sangat segar begitu dapat menghirup udara segar di luar sehabis mengerjakan setumpuk soal Matematika. Angin berhembus cukup kencang, membuat udara pada sore hari ini sangat sempurna. Aku dan Yoon Jae berjalan beriringan. Aku melihatnya sekilas dan tersenyum kecil.Sebuah kafe berada di depan kami. Ini adalah kafe pertama yang aku kunjungi dengannya selagi kami menyelesaikan tugas bahasa Inggris kami kala itu. Pikiranku melayang dan berandai-andai. Jika kami tidak pernah mendapatkan tugas itu, akankah aku menjadi dekat dengannya sekarang?“Apa kau tidak akan terlambat untuk mengikuti yaja?” tanya Yoon Jae membuyarkan lamunanku.Kugelengkan kepalaku. “Tenang saja. Aku masih memiliki waktu istirahat puluh menit.”Bel pintu masuk dari kafe itu bergemerincing kala kami membuka pintu itu. Begitu kami membuka pintu, kafe itu terlihat sangat kecil. Jadi, kami harus berdesakan dengan pengunjung lain yang baru saja memasuki kafe itu.“Kau pesanlah terlebih dahulu.”
[Im Aerum’s POV]Suara deringan telepon mengalihkan atensi kami berdua. Aku berhenti berbicara dan Hyunjae Oppa langsung mengangkat telepon itu. Sudah beberapa kali aku berlatih bersama dengannya, membuatku perlahan-lahan mulai menghafal kebiasaan kecil yang ia lakukan. Seperti contohnya, aku mengingat nada dering dari ponsel yang ia gunakan.“Oh, ini dari manajerku. Sebentar, aku akan mengangkatnya terlebih dahulu.”Hyunjae Oppa berlalu dari hadapanku dan memilih untuk mengangkat telepon di sudut ruangan. Aku meliriknya sekilas saat ia sedang mengangkat telepon. Ini sudah telepon keduanya dari manajernya itu. Sepertinya, tanggung jawab yang ia pikul sangatlah berat hingga membuat manajernya itu harus memastikan apa yang ia lakukan dua kali.Derap langkah kaki itu membuatku tersadar dari lamunanku. Kudongakkan kepalaku dan melihat alis Hyunjae Oppa yang bertaut. “Sebentar lagi aku memiliki jadwal syuting lagi,” ucapnya lesu.“Jadwal Oppa benar-benar padat. Pasti sangat susah membagi w
[Kim Young Mi’s POV]Satu bulan berlalu …. Aku melirik sekilas ke arah bangku tempat Yoon Jae duduk. Bangku Yoon Jae tidak terlalu jauh dari tempatku duduk. Bangku yang ia dudukki hanya berjarak dua meja di depanku, tepatnya berada di sebelah kiriku.Selama pelajaran sejarah berlangsung, aku memperhatikannya beberapa kali. Pada tiga puluh menit pertama, punggungnya nampak tegap. Namun, setelah satu jam berlalu, kepalanya terlihat sedikit menunduk. Kulihat buku sejarah yang terbuka itu. Sudah jelas jika ia tidak membacanya, ia pasti tertidur lagi.“Silahkan buka buku kalian di halaman 157! Silahkan kerjakan evaluasi yang ada di sana, ya.”Tepat saat itu, seisi ruangan langsung dipenuhi oleh suara kertas yang bergesek. Tanda kami memperhatikan perintah guru kami untuk membuka buku. Namun, Yoon Jae sama sekali tidak melakukan pergerakan apapun. Ia hanya bergeming dan bahkan masih menunduk.Seonsaengnim pun berjalan dan memperhatikan kegiatan kami. Ia melewati meja Yoon Jae begitu saja.