[Im Aerum’s POV]Kuedarkan pandanganku ke sekeliling auditorium yang sangat megah itu. Beberapa bulan yang lalu, diriku tidak akan pernah menyangka jika aku bisa melalui semua hingga sejauh ini. Aku duduk di salah satu bangku tempat penonton biasa duduk, memperhatikan semua orang berlalulalang untuk melakukan pekerjaan mereka.Aku pun beranjak dari tempat dudukku dan berdiri. Menelusuri setiap bangku penonton yang kosong. Dari kejauhan aku memandang seseorang yang mengenakan kemeja flanel berwarna merah. Itu adalah pakaian yang ia kenakan saat pertama kali kami bertemu.Orang itu terlihat sedang fokus mendiskusikan sesuatu dengan beberapa teman dan juga staf di panggung sana. Sebuah senyum mengembang di bibirku. Tidak kusangka jika aku akan sedekat ini padanya saat kali pertama aku bertemu dengannya. Banyak sekali hal yang tidak pernah kubayangkan akan terjadi di hidupku. Dan, kadang kali sesuatu yang tidak pernah kubayangkan itu adalah hal yang paling indah yang pernah terjadi dalam
[Yoon Jae’s POV]“Lakukanlah dengan benar! Luruskanlah kakimu! Apa itu bisa disebut dengan split?!” Amukan dari pelatihku semakin menjadi-jadi. Teriakannya itu mampu membuat tanganku yang menopang kakiku itu bergetar.“Ck, yang benar saja. Jangan harap kau pantas disebut sebagai seorang dancer atau bahkan artis jika begini saja tidak bisa!” Ia meneriakiku sekali lagi. Membuatku sangat muak dengan semua ini.Tanpa rasa bersalah ia pergi berlalu begitu saja. Meninggalkan kami yang masih berlatih peregangan untuk bisa melakukan split seperti yang ia mau. Ia duduk di sebuah kursi di pojok ruangan itu. Tertawa melihat sesuatu yang bahkan tidak ingin kuketahui dari ponselnya itu. Suara tawanya itu membuatku sangat kesal.Suasanya menjadi sangat dingin setelahnya. Kami hanya berlatih dalam diam dan tidak ada satu pun yang berani berbicara. Terkecuali, Yeon Seok seorang. Bukanlah sebuah kebetulan jika ia berada tepat di sampingku. Aku tahu dirinya itu seperti apa. Ia pasti sangat ingin menger
[Im Aerum’s POV]Kulihat tanda penyeberangan jalan yang berubah menjadi warna hijau itu. Segerombolan orang dari arah yang berlawanan langsung berjalan. Karena aku tidak ingin membuang waktu sedikit pun, aku langsung berlari sekuat tenaga. Gedung agensi berada tepat di depan penyeberangan jalan ini. Meski begitu, halaman dari gedung itu sangatlah luas. Membuatku sedikit kehabisan napas kala berlari.Saat melewati seorang sekuriti yang berjaga di depan pintu lobi, aku langsung membungkuk dan langsung berlari. Kulirik jam di lobi dan aku sedikit terhenyak, aku terlambat. Kutempelkan kartu anggotaku dan segera melewati mesin scan. Beruntungnya diriku ketika pintu lift terbuka. Dengan segera, aku langsung memasukinya.Hanya ada seorang karyawan yang saat ini sedang bersamaku. Nampaknya, ia tidak terburu-buru sepertiku, maklum ini adalah jam makan siang. Lift menunjukkan lantai delapan, lantai yang hendak kudatangi. Lantai delapan adalah tempat auditorium berada. Aku tertegun ketika meliha
[Kim Young Mi’s POV]Tidak seperti biasanya lorong di depan kelas begitu sepi. Aku melihat ke kanan dan ke kiri dan tidak menemukan seorang pun. Hanya ada diriku sendiri di lorong ini. Ke mana perginya semua anak? Apa mereka terlalu bersemangat dan sudah melakukan yaja? Kubuka loker milikku dan memasukkan buku-buku pelajaran yang membebani tanganku. Kuhela napas saat melihat banyak sekali buku yang berjubelan di dalam loker kecil itu.Hyenjin sudah menungguku di kantin. Aku tidak ada banyak waktu lagi. Kuambil ponsel dari dalam saku rokku dan mengetikkan pesan kepada Hyenjin untuk menungguku sebentar lagi. Karena aku tahu Hyenjin sudah menungguku, aku berjalan sedikit cepat tanpa menyadari ada seseorang yang berpapasan denganku.“Eonnie! Annyeong!” sapanya lebih dulu.Aku menoleh ke arah suara itu dan menyapanya. “Oh, Jen! Apa kau belum pulang?”“Belum. Nampaknya Papa akan menjemputku sedikit terlambat hari ini. Apa Oppa sudah pulang?”“Oppa sudah pulang. Hari ini ia menyelesaikan tug
[Im Aerum’s POV]05.00Kubuka mataku perlahan dan mengerjap-erjapkannya. Kulihat tempat tidur Yerim yang sudah kosong. Pertanda bahwa ia sudah bangun sedari tadi. Aku mencoba untuk duduk pada ranjangku dan menghela napas. Semalaman penuh hingga pagi aku sama sekali tidak dapat tidur dengan tenang. Rasanya seperti aku baru saja terlelap dalam beberapa jam.Saat aku akan bangkit berdiri dari ranjangku, aku tersadar bahwa pintu kamar sudah terbuka. Nampaknya, semua orang sudah bersiap-siap untuk memulai hari mereka. Dari dapur, aku dapat mendengar Minhee Eonnie berseru untuk membangunkanku.“Aerum-ah! Bangunlah! Eomma-mu sudah di sini!”Begitu mendengar bahwa Eomma sudah datang, rasanya itu seperti membangunkan jiwaku. Aku segera keluar dari kamar dan mengambil handuk yang tersampir dekat kamar mandi. Di ruang tamu, semua terlihat sudah sangat siap untuk berangkat ke agensi. Hal itu membuatku semakin tersadar bahwa aku tidak punya banyak waktu lagi.“O-oh, kau sudah bangun ternyata ….”A
[Kim Young Mi’s POV]Cuaca pagi hari ini cukup cerah dan hangat. Aku membalikkan kepalaku ke belakang untuk mengecek anak-anak yang bermain bola di lapangan. Sepertinya tidak ada yang menyadari kepergian kami berdua, baguslah. Aku berjalan di atas dedaunan kering yang terjatuh berserakan di sepanjang jalan di taman.Aku tersenyum sekilas kepada Yoon Jae yang sibuk memperhatikan bunga-bunga di sekitarnya. Ia berjongkok dan mengelus permukaan bunga itu dengan perlahan. Entah mengapa, aku merasa hangat dan aman di saat yang bersamaan, meski kami tidak berkomunikasi satu dengan yang lain.Aku memutuskan untuk duduk di bangku taman. “Jae-ah, apa kau menyukai bunga?”Ia menoleh ke belakang dan berkata padaku, “Sebenarnya, sedari kecil aku menyukai bunga. Apa itu aneh jika seorang laki-laki menyukai bunga?”Aku menggelengkan kepalaku. “Itu sama sekali tidak aneh. Bunga apa yang kau sukai?”Ia bangkit berdiri dan duduk di sampingku. “Apa kau pernah mendengar bunga Hydrangea? Di Jepang, bunga
[Im Aerum’s POV]“Bagaimana perasaan kalian setelah kolaborasi kemarin?” tanya Hong Eonnie.Aku terduduk mematung dan menghiraukan pertanyaan manajer kami. Pikiranku masih memikirkan banyak hal, sehingga aku tidak membalas pertanyaan Hong Eonnie. Kami semua sedang bersantai di ruang latihan. Kata manajer, hari ini seluruh latihan ditiadakan, untuk merayakan kolaborasi kami kemarin.Karena tidak ada yang bersuara, seperti biasa Miyeong Eonnie selalu mendahului kami.“Aku rasa, kita semua sudah menampilkan yang terbaik. Terutama bagi Aerum, Yerim, Naeun, dan Hanna yang baru saja melakukan masa pelatihan mereka satu bulan yang lalu.”Jika dipikir-pikir, waktu satu bulan adalah waktu yang sangat singkat untuk kami dapat menyiapkan semua persiapan kolaborasi itu. Bukan hanya itu, kami juga harus dilatih untuk penguasaan di atas panggung dan bagaimana kami menghadapi penonton. Singkat kata, itu bukanlah hal yang mudah.Sebuah dorongan akhirnya muncul padaku. Aku mengangkat tangan dan Hong E
[Park Hyunjae’s POV] “Silahkan lima belas peserta dengan penampilan individual terbaik untuk maju ke depan,” ucap pembawa acara itu sambil memberikan bahasa tubuh agar kami naik ke atas panggung.Sebelumnya, para juri sudah berdiskusi untuk menentukan lima belas peserta terbaik. Sisa peserta yang tidak lolos, disuruh untuk kembali duduk di bangku penonton bersama dengan para orang tua yang datang. Sekarang, tersisa seluruh lima belas peserta yang sebelumnya sudah dipanggil.Lee Dae dipanggil sebagai peserta pertama yang lolos. Ia selalu menjadi peserta terbaik, bahkan kesayangan para juri. Meski begitu, urutan awal ini adalah acak dan bukan ranking yang sesungguhnya. Sebelum aku pergi ke atas panggung, aku melihat ke arah kedua orang tuaku dan mereka menganggukkan kepala. Kami satu per satu berbaris di atas panggung. Aku berdiri mendekati ujung panggung, karena aku berada di urutan ke dua belas.Selama berada di atas panggung, aku merasa sangat gugup bukan main. Bagaimana jika aku ga