Sementara itu, seperti yang sudah disarankan Mike, Mansa saat ini memang sedang berada di dalam hutan. Sebenarnya dia sama sekali tidak seserius itu mengikuti saran Mike untuk bertahan di sana selama seminggu penuh. Hanya saja, saat ini dia ketiduran sampai malam dengan sebuah buku menutupi wajahnya.Di situ, ada sebuah pondok yang lumayan bagus dengan konsep minimalis sengaja mereka bangun khusus untuk menunggu durian jatuh. Pondok tersebut hanya memiliki satu ruangan dan satu teras berpagar rendah. Pada pagar teras itu lah Mansa menyandar tertidur saat ini.Nampak beberapa buku sains yang lumayan tebal tergeletak di dekatnya. Sementara yang saat ini menutupi wajahnya hanyalah buku komik terbitan Jepang. Hanya ini temannya selama ini setiap kali mendatangi pondok tersebut, dan memang sudah sering dia tertidur di pondok tersebut dengan keadaan seperti itu. Tapi hanya kali ini dia ketiduran sampai larut malam di tengah hutan seperti itu.>>Kembali terdengar sua
Seolah mengerti kena hardik sambil ditunjuk-tunjuk seperti itu, gumpalan aura aneh itu benar-benar berhenti. Dia masih melayang-layang di dekat pintu terlihat enggan untuk mendekat. “Kenapa diam saja?” tanya Mansa kesal.“Aku tahu kamu bisa bicara.” Baru setelah itu, sosok itu seperti mencoba untuk mendekat meski terlihat ragu-ragu. Namun Mansa kembali merasa risih begitu tahu sosok itu mencoba mendekatinya.
Meski malam itu Mansa memang agak kesulitan tidur, tapi dia masih bisa bangun cukup pagi menjelang subuh. Berusaha untuk menghilangkan kejengkelannya, dia kembali melakukan olah raga ambisius yang beberapa hari belakangan sempat dihentikannya, turun naik menapaki anak tangga pipa air PLTA sampai 100 kali. Entah apa yang terjadi, dengan mudah Mansa bisa mencapai target ambisiusnya tersebut. Meski melelahkan, pagi ini dia sama sekali tidak pingsan di puncak tangga. Alih-alih membuatnya gembira, pencapaian itu justru membuat pikirannya menjadi sangat tenang. Ketika dia duduk bersila dengan penuh kedamaian di puncak tangga, sesuatu muncul dan kembali membuatnya jengkel.
Sudah empat hari berlalu sejak terakhir kali Mike mengunjunginya. Yang dilakukan Mansa hanya naik turun tangga di pagi hari dan kemudian ketiduran di pondok ketika menunggu durian jatuh di dalam hutan. Namun sekarang Mansa tahu dirinya tidak lagi sendirian. Seiring waktu, dia sudah mulai terbiasa dengan keberadaan sesosok makhluk lain yang selalu mengikutinya. Setidaknya, sekarang dia memiliki teman mengobrol ketika sendirian di dalam hutan. “Hey, jika nanti sudah gelap dan aku ketiduran lagi, tolong bangunkan saja aku” << Oh, apa kamu sudah mau tidur? >> tanya makhluk itu.<< Tapi aku masih ingin melihat kelanjutan ceritanya >> “Sekadar jaga-jaga saja kalau aku ketiduran. Tidak kusangka kamu suka juga dengan cerita ini.” << Ya, aku selalu mengikuti apa yang Mansa baca >> “Benarkah?” tanya Mansa sedikit kaget.  
Mansa jadi dilema. Pilihan terbaik saat ini hanyalah untuk terus menutup kedua telinganya sampai dia benar-benar bisa bergerak ke belakang Mike dan hanya akan menepuk punggung Mike ketika telinganya benar-benar sudah aman. Tentu saja dia juga tahu seorang Mike tidak akan semudah itu membiarkannya.“Cobalah lagi,” pancing Mike.“Kita masih punya banyak waktu sebelum gelap.”Tak kunjung menemukan cara lain, Mansa ngotot menyeruduk bergerak mengintai kesempatan untuk menyelinap ke sisi belakang Mike dengan tetap menutup kedua telinganya. Sesaat dia terpikir untuk memberikan umpan dengan membiarkan satu telinganya bagian kanan dan mencoba mendekati Mike dari sisi kanan. Mansa tahu ketika dia mendekati punggung Mike, Mike pasti akan berusaha menjewer telinga kanannya itu.Ketika Mike berusaha meraih telinga kanan Mansa, Mansa kembali menutup telinganya dan secepat mungkin menyelinap ke belakang. Seketika dia mendapatkan kesempatan untuk menyentuh punggung Mike.“Wooaa!!!”Mansa terlihat keh
Mike menepukkan dompet yang berhasil direbutnya tersebut ke kening Mansa. “Sudah, kita lanjutkan besok saja!” seru Mike. Mike langsung jongkok di tempat itu mencoba mengambil buah durian yang baru saja jatuh. Tapi sepertinya Mike sama sekali tidak tahu cara membuka durian. Terlihat dia mencoba memasukkan jari-jarinya di sela-sela duri kulit durian dan mencoba menguak kulit durian tersebut secara paksa. Sadar bahwa sepertinya tidak seharusnya dia membukanya secara paksa seperti itu, dia berpikir mungkin ada cara khusus untuk membuka durian. “Hey, Mansa. bagaimana caranya kamu memb...” Ketika Mike menoleh, dilihatnya Mansa sudah memakai Karate Gi yang tadi dia berikan. Nampak dia mengikat erat sabuk dengan begitu kuat dan mantap, dan dengan senyum lebar serta mata berbinar-binar penuh semangat. “Ooouush!!!” serunya sembari menghentakkan tangannya ke bawah.“Ayo
Penjual siomay itu mendorong gerobaknya meninggalkan tempat mangkalnya saat ini. Setelah cukup jauh berjalan, diapun menyeberang ke sisi jalan lainnya dan berbalik ke arah kompleks tersebut. Sesekali dipukul-pukulnya kentongan penarik pelanggan, tak ada yang menyahut. “Pak siomay pak!” serunya menawarkan kepada satpam yang saat ini menjaga di pintu masuk kompleks. Meski satpam tersebut menggeleng dengan ramah, namun penjual siomay itu malah mangkal di situ. Kembali dipukulnya kentong untu
Tidak seperti di daerah perbukitan, pagi itu di pusat kota sudah sangat ramai dan bising. Jalan-jalan padat oleh kendaraan yang lalu-lalang. Bahkan pedestrian pun juga ramai. Situasi yang sudah cukup lama tidak dialami Mansa sejak terakhir kali dia bekerja paruh waktu di Hassan Electronic. Namun Mansa malah menemukan kondisi yang kontras ketika hendak memasuki toko Hassan Electronic. Selama ini dia hanya masuk ketika siang sepulang sekolah. Dia tak pernah menyangka toko tersebut akan sesunyi itu pagi ini. Hal itu membuat Mansa sangat canggung untuk masuk. Maklum, sudah lama juga dia tidak masuk tanpa memberikan kabar sekalipun. Seorang wanita datang dari belakang Mansa membawa sepiring lontong gulai. Melihat Mansa yang bertingkah aneh di pintu ma