Berusaha untuk meyakinkan Mike atas kecurigaannya, dengan yakin Agus kembali meneruskan alasan kenapa dia menahan orang tersebut.
“Bayangkan seorang satpam kompleks, bukan siapa-siapa seperti dirinya, berwisata tiga hari di pulau ini. Pikirkan tarifnya Mike. Coba lihat dari perspektif seorang satpam kompleks” jelasnya.
“Oke, mungkin dia diajak oleh penghuni kompleks, dan kita sudah menahannya di sini selama dua hari, sementara sejak Yusuf mengantar rombongan itu keluar tak seorangpun yang menanyakan kabarnya. Itu berarti dia sudah tidak bekerja dalam beberapa hari ini selama dia ada di sini. Setidaknya salah seorang penghuni kompleks tersebut seharusny
Pria itu hanya diam saja menatap kosong ke arah Mike yang sedang duduk di depannya. Entah dia mengerti soal metafora lalat yang disampaikan oleh Mike atau memang tak bisa lagi mengikuti pembicaraa itu dengan baik. Maklum karena dia sudah begitu kelelahan dan terlihat cukup sulit untuk tetap sadar.“Uhuk..,” pria tersebut batuk terlihat seperti berusaha untuk berbicara.“Sudah aku katakan, aku hanya iseng...,”“Nyari-nyari foto..,”“Aku terima aku salah.., tapi...”“aku sama sekali tidak punya niat macam-macam..”Mike meminta salah seorang rekannya mengambilkan air minum untuk diberikan pada pria itu dan membujuknya agar masalah tersebut bisa diselesaikan dengan saling berkerelaan.“Saya tidak ingin masalah ini diperpanjang. Saya akan meminta rekan saya untuk mengantar Bapak kembali ke Tarusan. Jadi saya harap setelah ini Bapak tidak perlu menceritakan masalah ini pada siapapun,” jelas Mike.“Kami melakukan bisnis wisata di sini, tentu kami tidak ingin image usaha kami di sini menjadi b
Sementara itu, seperti yang sudah disarankan Mike, Mansa saat ini memang sedang berada di dalam hutan. Sebenarnya dia sama sekali tidak seserius itu mengikuti saran Mike untuk bertahan di sana selama seminggu penuh. Hanya saja, saat ini dia ketiduran sampai malam dengan sebuah buku menutupi wajahnya.Di situ, ada sebuah pondok yang lumayan bagus dengan konsep minimalis sengaja mereka bangun khusus untuk menunggu durian jatuh. Pondok tersebut hanya memiliki satu ruangan dan satu teras berpagar rendah. Pada pagar teras itu lah Mansa menyandar tertidur saat ini.Nampak beberapa buku sains yang lumayan tebal tergeletak di dekatnya. Sementara yang saat ini menutupi wajahnya hanyalah buku komik terbitan Jepang. Hanya ini temannya selama ini setiap kali mendatangi pondok tersebut, dan memang sudah sering dia tertidur di pondok tersebut dengan keadaan seperti itu. Tapi hanya kali ini dia ketiduran sampai larut malam di tengah hutan seperti itu.>>Kembali terdengar sua
Seolah mengerti kena hardik sambil ditunjuk-tunjuk seperti itu, gumpalan aura aneh itu benar-benar berhenti. Dia masih melayang-layang di dekat pintu terlihat enggan untuk mendekat. “Kenapa diam saja?” tanya Mansa kesal.“Aku tahu kamu bisa bicara.” Baru setelah itu, sosok itu seperti mencoba untuk mendekat meski terlihat ragu-ragu. Namun Mansa kembali merasa risih begitu tahu sosok itu mencoba mendekatinya.
Meski malam itu Mansa memang agak kesulitan tidur, tapi dia masih bisa bangun cukup pagi menjelang subuh. Berusaha untuk menghilangkan kejengkelannya, dia kembali melakukan olah raga ambisius yang beberapa hari belakangan sempat dihentikannya, turun naik menapaki anak tangga pipa air PLTA sampai 100 kali. Entah apa yang terjadi, dengan mudah Mansa bisa mencapai target ambisiusnya tersebut. Meski melelahkan, pagi ini dia sama sekali tidak pingsan di puncak tangga. Alih-alih membuatnya gembira, pencapaian itu justru membuat pikirannya menjadi sangat tenang. Ketika dia duduk bersila dengan penuh kedamaian di puncak tangga, sesuatu muncul dan kembali membuatnya jengkel.
Sudah empat hari berlalu sejak terakhir kali Mike mengunjunginya. Yang dilakukan Mansa hanya naik turun tangga di pagi hari dan kemudian ketiduran di pondok ketika menunggu durian jatuh di dalam hutan. Namun sekarang Mansa tahu dirinya tidak lagi sendirian. Seiring waktu, dia sudah mulai terbiasa dengan keberadaan sesosok makhluk lain yang selalu mengikutinya. Setidaknya, sekarang dia memiliki teman mengobrol ketika sendirian di dalam hutan. “Hey, jika nanti sudah gelap dan aku ketiduran lagi, tolong bangunkan saja aku” << Oh, apa kamu sudah mau tidur? >> tanya makhluk itu.<< Tapi aku masih ingin melihat kelanjutan ceritanya >> “Sekadar jaga-jaga saja kalau aku ketiduran. Tidak kusangka kamu suka juga dengan cerita ini.” << Ya, aku selalu mengikuti apa yang Mansa baca >> “Benarkah?” tanya Mansa sedikit kaget.  
Mansa jadi dilema. Pilihan terbaik saat ini hanyalah untuk terus menutup kedua telinganya sampai dia benar-benar bisa bergerak ke belakang Mike dan hanya akan menepuk punggung Mike ketika telinganya benar-benar sudah aman. Tentu saja dia juga tahu seorang Mike tidak akan semudah itu membiarkannya.“Cobalah lagi,” pancing Mike.“Kita masih punya banyak waktu sebelum gelap.”Tak kunjung menemukan cara lain, Mansa ngotot menyeruduk bergerak mengintai kesempatan untuk menyelinap ke sisi belakang Mike dengan tetap menutup kedua telinganya. Sesaat dia terpikir untuk memberikan umpan dengan membiarkan satu telinganya bagian kanan dan mencoba mendekati Mike dari sisi kanan. Mansa tahu ketika dia mendekati punggung Mike, Mike pasti akan berusaha menjewer telinga kanannya itu.Ketika Mike berusaha meraih telinga kanan Mansa, Mansa kembali menutup telinganya dan secepat mungkin menyelinap ke belakang. Seketika dia mendapatkan kesempatan untuk menyentuh punggung Mike.“Wooaa!!!”Mansa terlihat keh
Mike menepukkan dompet yang berhasil direbutnya tersebut ke kening Mansa. “Sudah, kita lanjutkan besok saja!” seru Mike. Mike langsung jongkok di tempat itu mencoba mengambil buah durian yang baru saja jatuh. Tapi sepertinya Mike sama sekali tidak tahu cara membuka durian. Terlihat dia mencoba memasukkan jari-jarinya di sela-sela duri kulit durian dan mencoba menguak kulit durian tersebut secara paksa. Sadar bahwa sepertinya tidak seharusnya dia membukanya secara paksa seperti itu, dia berpikir mungkin ada cara khusus untuk membuka durian. “Hey, Mansa. bagaimana caranya kamu memb...” Ketika Mike menoleh, dilihatnya Mansa sudah memakai Karate Gi yang tadi dia berikan. Nampak dia mengikat erat sabuk dengan begitu kuat dan mantap, dan dengan senyum lebar serta mata berbinar-binar penuh semangat. “Ooouush!!!” serunya sembari menghentakkan tangannya ke bawah.“Ayo
Penjual siomay itu mendorong gerobaknya meninggalkan tempat mangkalnya saat ini. Setelah cukup jauh berjalan, diapun menyeberang ke sisi jalan lainnya dan berbalik ke arah kompleks tersebut. Sesekali dipukul-pukulnya kentongan penarik pelanggan, tak ada yang menyahut. “Pak siomay pak!” serunya menawarkan kepada satpam yang saat ini menjaga di pintu masuk kompleks. Meski satpam tersebut menggeleng dengan ramah, namun penjual siomay itu malah mangkal di situ. Kembali dipukulnya kentong untu
Dia pun menjawab panggilan itu dengan raut wajah yang nampak tegang. “Tumben, ada perlu apa Pak Jenderal menelepon saya?” tanyanya berlagak bersikap tenang. << Mike, apa kau ada hubungannya dengan kejadian di Majalengka? >> Pertanyaan yang to do point itu sukses membuat Mike terdiam. [ Aku tak tahu apa motifmu, tapi apa yang telah kau perbuat ini benar-benar serius. Kau akan membuat negera ini kacau ] “Apa maksud Bapak berbicara seperti itu?” tanya Mike dengan ekspresi wajah yang semakin suram dengan wajah yang mulai pucat. Bagaimana dia tidak pucat, tiba-tiba saja seorang jenderal meneleponnya dan sekonyong-konyong bicara soal keamanan negara. [ Aku tak tahu apakah kau sudah menyadarinya atau belum.
Mike masih diam saja, tak menanggapi pertanyaan kedua pria asing itu. Namun Mike cukup sadar bahwa pria berkaca mata itu tak begitu memerlukan jawaban darinya. Dari reaksinya, jelas terlihat kalau dia sudah bisa membacanya sejauh itu.“Aku cukup mengerti jika kau memilih diam soal ini, karena dia adalah orang yang paling dicari saat ini,” lanjut pria berkaca mata itu.“Aku tak tahu apakah ini juga ada hubungannya denganmu, tapi dari informasi yang kami dapatkan, dalam waktu dekat mereka akan kembali melakukan pergerakan di Eropa. Awalnya aku tak begitu mengerti karena dari kabar, katanya mereka akan berburu serigala di sana,” jelasnya.Mendengar cerita itu, reaksi Mike nampak berubah dan pria itu menangkap perubahan itu dengan cermat.Laki-laki itu nampak tersenyum karena deduksinya seperti mencapai titik temunya.&nb
Sementara itu, di halaman rumah terdengar suara Acil dan ‘Aini. Mereka nampak kebingungan sekaligus ngeri dengan kondisi di tempat itu.“Apa yang sebenarnya terjadi di tempat ini?” gumam Acil, menutupi mulutnya seperti sedang berusaha menahan diri agar tidak muntah.Wajah mereka nampak pucat. Mereka pun semakin tercengang begitu berdiri di pintu masuk rumah. Pada detik itu, Acil tak lagi kuasa menahan diri dan memuntahkan semua isi perutnya. Sementara ‘Aini masih nampak berdiri melongo di pintu masuk itu.Hingga tiba-tiba Mike sadar dan bangkit. Tanpa sepenuhnya sadar dengan kondisinya, dia membiarkan kain itu terlepas dari badannya.“Hey, Mike!” seru Mansa kaget, berusaha mengingatkan.Namun ‘Aini sudah terlanjur melihatnya. Dia berteriak dan sesaat kemudian pingsan, kaget karena ti
Suara burung gagak itu menarik perhatian dua orang asing yang masih sibuk di perkarangan halaman. Mereka menyaksikan burung gagak berapi itu terus terbang menuju sedikit celah di bagian puncak dari kelopak bunga raksasa yang tidak sepenuhnya menutup itu.“Did you see that, mate?” tanya pria yang berkaca mata.“Apa mungkin itu Ki Bejo? Aku tak menyangka kalau dia juga chimera, tapi bentuk apa itu? Burung Phoenix?” balas pria yang berambut afro itu dengan berbahasa inggris.“Dasar bodoh, mana ada chimera model phoenix,” balas temannya.“Tapi entahlah, aku juga tak tahu apa itu. Sebaiknya kita coba periksa ke dalam,” seru pria berkaca mata itu, bergegas berlari ke dalam rumah.Begitu mereka masuk ke dalam rumah, ruangan tengah itu sudah begitu sesak oleh
Ki Bejo nampak menoleh ke sana ke mari, mencari di mana kerisnya berada. Dia tak tahu bahwa pria itu sebelumnya telah menendang keris itu dan saat ini berada di bawah kulkas tak jauh dari tempatnya bersimpuh. Namun entah bagaimana, Ki Bejo seperti menyadari keberadaan keris itu. Dia pun mulai meraba-raba ke bawah kulkas itu, berusaha meraihnya dengan jari-jarinya. Pria itu menyeret kaki Mansa ketika dia hendak menghampiri Ki Bejo di bagian dapur. Musa langsung datang mencoba menolongnya. Namun pria itu hanya berteriak, melepaskan tekanan energi yang cukup besar. Tekanan energi yang dilepaskannya itu mendorong Musa cukup jauh dan membuat sebagian besar tubuhnya terurai. Setelah itu pria tersebut kembali berjalan menghampiri Ki Bejo. Begitu sampai, diapun menginjak tangannya hingga patah. “Sayang sekali, sepertinya tanganmu tak bisa menjangkau keris itu,” ujarnya nampak menatap d
Mansa yang mulai menyadari keunikan tubuh dari pria misterius itu langsung menyerangnya dari belakang dengan tenaga espernya. Serangan itu mengenai bahunya, dan membuat bagian itu pecah seperti kembali ke bentuk api.Pria itu memang nampak kesakitan, namun dia segera menyerang Mike yang ada di dekatnya dan mengabaikan Mansa. Tubuhnya kembali memadat, dan mulai menghantam Mike ke lantai.Mulut Mike yang sudah seperti kepala serigala itu menganga seperti mencoba menerkam pria itu. Namun dia langsung memukul kepalanya begitu brutal.Sementara itu, Mansa diam saja melihat Mike menjadi bulan-bulanan. Ternyata serangan yang terakhir itu telah menguras staminanya. Meski dia masih bisa berdiri dan pandangannya belum benar-benar kabur, namun dia sudah mulai kesulitan mengumpulkan aura espernya.“Diam kau!” ujar pria itu terus memukuli mulut Mike yang terus saja meronta.
Meskipun terlihat saling mengenal, tak nampak bahwa kedua orang tersebut memiliki hubungan yang baik. Ki Bejo sendiri meski sedang mengintimidasi pria yang dipanggilnya Mantir itu, dia sendiri nampak ragu dengannya.Kedua orang itu nampak saling waspada satu sama lainnya. Hanya ketika pria misterius itu sudah merasa cukup memperhatikan kondisi Ki Bejo, dia pun nampak bersikap tenang.“Apa yang bisa kau lakukan dengan kondisimu saat ini?” tanya pria itu mulai bersikap santai.Lantas pria itu bergerak sesaat, dan tiba-tiba Ki Bejo langsung menyabetkan keris yang dipegangnya. Ternyata memang benar, dalam sekejap pria itu sudah mendekati Ki Bejo dan saat ini tangannya terkena sabetan keris dari Ki Bejo.Pria itu langsung kembali mundur, memegangi lengannya yang terkena sabetan keris. Tangannya yang terkena sabetan keris itu seperti terbakar dan berubah seperti ongg
Mike kembali berdiri, melepaskan satu pukulan Oizuki dari jarak jauh. Pria misterius itu hanya sedikit memiringkan tubuhnya. Dengan mudah dia menghindari serangan tersebut. Namun saat itu Mike langsung bergerak ke arahnya. Dia sudah bergitu dekat, siap menyerang dengan kedua lengan dan kuku-kuku tajamnya. Braakk!!! Tiba-tiba pria misterius itu menghempaskan satu bangku kayu ke tubuh Mike. Mike pun dibanting ke salah satu dinding dapur dan lansung tergeletak di lantai. Pria misterius itu hendak membantingkan bangku kayu di tangannya itu ke arah Mike. Namun bangku kayu itu langsung hancur berantakan sebelum dia berhasil melakukannya. Pria misterius itu menoleh ke arah Mansa. Salah satu alis matanya naik, memperhatikan Mansa dalam postur tubuh Oizukinya. Namun secara tiba-tiba Mansa kembali melancarkan serangan cepat ke arahnya. Se
“Jadi benar kalian adalah orang-orangnya Belial yang dari Amerika itu?” tanya Mike.“Maaf saja, tapi dua orang yang sedang kalian cari sudah tewas, dan kalian pun akan bernasib sama jika mengganggu kami,” lanjutnya mengancam.Ekspresi laki-laki berambut afro itu sedikit berubah mendengar kata-kata dari Mike.“Dari caramu berbicara, sepertinya aku bisa menebak siapa yang membunuh mereka. Tapi soal anak buah Belial, sepertinya kau salah paham dan itu cukup bisa aku pahami,” balas laki-laki itu.Namun dedemit baru terus bermunculan, baik itu dari dalam rumah maupun dari tanah. Mereka pun tak punya waktu untuk meluruskan kesalahpahaman mereka.“Nanti saja kita bicarakan, yang jelas kita harus cari jalan keluar dari tempat ini,” ujar laki-laki berambut afro itu.