Mike menepukkan dompet yang berhasil direbutnya tersebut ke kening Mansa.
“Sudah, kita lanjutkan besok saja!” seru Mike.
Mike langsung jongkok di tempat itu mencoba mengambil buah durian yang baru saja jatuh. Tapi sepertinya Mike sama sekali tidak tahu cara membuka durian. Terlihat dia mencoba memasukkan jari-jarinya di sela-sela duri kulit durian dan mencoba menguak kulit durian tersebut secara paksa.
Sadar bahwa sepertinya tidak seharusnya dia membukanya secara paksa seperti itu, dia berpikir mungkin ada cara khusus untuk membuka durian.
“Hey, Mansa. bagaimana caranya kamu memb...”
Ketika Mike menoleh, dilihatnya Mansa sudah memakai Karate Gi yang tadi dia berikan. Nampak dia mengikat erat sabuk dengan begitu kuat dan mantap, dan dengan senyum lebar serta mata berbinar-binar penuh semangat.
“Ooouush!!!” serunya sembari menghentakkan tangannya ke bawah.
“AyoPenjual siomay itu mendorong gerobaknya meninggalkan tempat mangkalnya saat ini. Setelah cukup jauh berjalan, diapun menyeberang ke sisi jalan lainnya dan berbalik ke arah kompleks tersebut. Sesekali dipukul-pukulnya kentongan penarik pelanggan, tak ada yang menyahut. “Pak siomay pak!” serunya menawarkan kepada satpam yang saat ini menjaga di pintu masuk kompleks. Meski satpam tersebut menggeleng dengan ramah, namun penjual siomay itu malah mangkal di situ. Kembali dipukulnya kentong untu
Tidak seperti di daerah perbukitan, pagi itu di pusat kota sudah sangat ramai dan bising. Jalan-jalan padat oleh kendaraan yang lalu-lalang. Bahkan pedestrian pun juga ramai. Situasi yang sudah cukup lama tidak dialami Mansa sejak terakhir kali dia bekerja paruh waktu di Hassan Electronic. Namun Mansa malah menemukan kondisi yang kontras ketika hendak memasuki toko Hassan Electronic. Selama ini dia hanya masuk ketika siang sepulang sekolah. Dia tak pernah menyangka toko tersebut akan sesunyi itu pagi ini. Hal itu membuat Mansa sangat canggung untuk masuk. Maklum, sudah lama juga dia tidak masuk tanpa memberikan kabar sekalipun. Seorang wanita datang dari belakang Mansa membawa sepiring lontong gulai. Melihat Mansa yang bertingkah aneh di pintu ma
Siapa yang menyangka, anak SMP yang tak jelas itu yang dulu datang untuk melamar kerja paruh waktu adalah anak dari sosok yang begitu penting dalam organisasi mereka. Seseorang yang jauh lebih berpengaruh dari Mike yang saat ini duduk di depannya. “Zulkifli??!” sahut manager itu sedikit tersekat.“Maaf Mike, aku benar-benar tidak tahu kalau...” “Yah, permintaan maaf diterima,” potong Mike datar.“Begitu juga dengan pengunduran dirimu”, tutupnya.
Meski pekerjaan numpuk, tapi Mansa tidaklah terlalu sibuk. Tak banyak yang harus dilakukannya karena sebagian besar dari servis yang dilakukannya adalah instalasi sistem operasi pada laptop pelanggan, dan sebagian besar dari kerjaan itu adalah menunggu diam hingga prosesnya selesai. Sudah lama juga Mansa tidak melakukan hal itu, jadi dia belum terbiasa dengan kebosanan tersebut. Tiba-tiba Mansa bicara sendirian di ruangan itu. “Hey, aku jadi kepikiran. Apa kamu punya nama?” << Huh? Kamu bertanya padaku? >> “Siapa lagi?” sahut Mansa sembari mengeklik tombol “next” beberapa kali. << Mansa >> sahutnya. “Iya, aku bertanya padamu. Apa kamu punya nama?” << Iya, Mansa! >> kembali sosok itu menyahut. Tampak bagian kening diantara dua alis Mansa berkerut setelah mendapatkan respon polos boc
Setelah merapikan meja, Mansa bergegas meninggalkan ruangan. Sementara itu Yossy langsung berjalan menuju Pantri. Sebelum benar-benar keluar dari koridor, dari kejauhan Mansa langsung melihat wajah yang lumayan cukup lama tidak dilihatnya. Mansa kaget nampak jelas dia sama sekali tidak mengharapkan kedatangannya. Untung baginya, orang tersebut sedang menoleh ke sisi lain sehingga tidak menyadari bahwa Mansa sudah melihatnya. Buru-buru dia mengambil satu setengah langkah mundur dan bersandar di dinding. “Apa yang dia lakukan di sini?” gumamnya. Mansa sedikit teralihkan dari gumamannya itu ketika Yossy berjalan di depannya. Mansa dengan cepat menarik Yossy mundur dan mencoba berbicara padanya. “Kak, tolong kakak bilang saja tidak ada orang yang bernama Mansa di sini” pintanya. Yossy nampak heran, tak tahu kenapa Mansa harus menghindar seperti itu. “Tapi kakak sudah terlanjur bilang kalau kamu ada.”Sudah ya, kakak lagi sibuk nih!” serayanya bergegas pergi. “Apaan lagi sih?!” gumam
Kekonyolan itu tidak luput dari pengamatan Mansa. Meskipun saat ini dia duduk membelakangi sudut ruangan di mana Yono tertidur, tapi sesaat sebelumnya dia sempat mengamati dari layar laptop yang masih hitam belum menyala. Meski mungkin tidak cukup jelas untuk mengamati Yono, tapi reaksi jijik Rani begitu jelas nampak olehnya. Mansa terlihat sedikit menggelengkan kepala. Dia sekarang mulai sedikit berbisik pelan-pelan. “Musa, apa kamu bisa membangunkan Yono?” tanya Mansa lirih. > jawabnya singkat. “Kok?!” Mansa terlihat tak percaya. > Begitu tahu sudah tidak bisa berbuat apa-apa, Mansa langsung saja memasukkan flash disk ke masing-masing laptop yang akan diinstal ulangnya dan mulai masuk ke settingan bios. “Ya sudah, biar
Yossy datang ke ruangan tempat Mansa bekerja karena penasaran dengan suara gaduh dari dalam. Selama di koridor, terlihat dari dinding kaca Mansa yang hanya sibuk di depan laptop melanjutkan pekerjaannya. Yossy merasa ragu untuk menegur sehingga dia pura-pura saja seperti ada urusan ke pantri dan membuat minuman. Tapi karena masih penasaran, dia masuk juga ke dalam ruangan tempat Mansa bekerja. Yossy membawa kursi plastik dari Pantri dan menggunakannya untuk duduk di dekat Mansa. Sedikit pura-pura minum teh dan mengamati kerjaan Mansa, setelah itu dia mencoba mendekatinya. “Lagi ada masalah apa sih mereka?” bisiknya bertanya pada Mansa.
Mansa menghambur keluar dari semak-semak di pinggir hutan. Kemudian dia berlari ke samping rumah hingga hilang dari pandangan Mike. Mike penasaran mencoba memeriksa. Namun Mansa kembali muncul membawa sebuah suluh.“Ada apa Mansa?” tanya Mike penasaran.Namun Mansa masih begitu bersemangat. “Buruan Mike” serunya lagi berhamburan melompati semak-semak.Mike sempat khawatir dikiranya ada sesuatu yang serius. Ternyata setelah dilihat dari dekat, ternyata hanya karena Mansa masih dalam kondisi trance, seperti elektron pada tungsten yang tereksitasi. Terlihat dia masih begitu energik memasuki hutan. Tapi Mike jadi penasaran juga, untuk apa dia memba
Dia pun menjawab panggilan itu dengan raut wajah yang nampak tegang. “Tumben, ada perlu apa Pak Jenderal menelepon saya?” tanyanya berlagak bersikap tenang. << Mike, apa kau ada hubungannya dengan kejadian di Majalengka? >> Pertanyaan yang to do point itu sukses membuat Mike terdiam. [ Aku tak tahu apa motifmu, tapi apa yang telah kau perbuat ini benar-benar serius. Kau akan membuat negera ini kacau ] “Apa maksud Bapak berbicara seperti itu?” tanya Mike dengan ekspresi wajah yang semakin suram dengan wajah yang mulai pucat. Bagaimana dia tidak pucat, tiba-tiba saja seorang jenderal meneleponnya dan sekonyong-konyong bicara soal keamanan negara. [ Aku tak tahu apakah kau sudah menyadarinya atau belum.
Mike masih diam saja, tak menanggapi pertanyaan kedua pria asing itu. Namun Mike cukup sadar bahwa pria berkaca mata itu tak begitu memerlukan jawaban darinya. Dari reaksinya, jelas terlihat kalau dia sudah bisa membacanya sejauh itu.“Aku cukup mengerti jika kau memilih diam soal ini, karena dia adalah orang yang paling dicari saat ini,” lanjut pria berkaca mata itu.“Aku tak tahu apakah ini juga ada hubungannya denganmu, tapi dari informasi yang kami dapatkan, dalam waktu dekat mereka akan kembali melakukan pergerakan di Eropa. Awalnya aku tak begitu mengerti karena dari kabar, katanya mereka akan berburu serigala di sana,” jelasnya.Mendengar cerita itu, reaksi Mike nampak berubah dan pria itu menangkap perubahan itu dengan cermat.Laki-laki itu nampak tersenyum karena deduksinya seperti mencapai titik temunya.&nb
Sementara itu, di halaman rumah terdengar suara Acil dan ‘Aini. Mereka nampak kebingungan sekaligus ngeri dengan kondisi di tempat itu.“Apa yang sebenarnya terjadi di tempat ini?” gumam Acil, menutupi mulutnya seperti sedang berusaha menahan diri agar tidak muntah.Wajah mereka nampak pucat. Mereka pun semakin tercengang begitu berdiri di pintu masuk rumah. Pada detik itu, Acil tak lagi kuasa menahan diri dan memuntahkan semua isi perutnya. Sementara ‘Aini masih nampak berdiri melongo di pintu masuk itu.Hingga tiba-tiba Mike sadar dan bangkit. Tanpa sepenuhnya sadar dengan kondisinya, dia membiarkan kain itu terlepas dari badannya.“Hey, Mike!” seru Mansa kaget, berusaha mengingatkan.Namun ‘Aini sudah terlanjur melihatnya. Dia berteriak dan sesaat kemudian pingsan, kaget karena ti
Suara burung gagak itu menarik perhatian dua orang asing yang masih sibuk di perkarangan halaman. Mereka menyaksikan burung gagak berapi itu terus terbang menuju sedikit celah di bagian puncak dari kelopak bunga raksasa yang tidak sepenuhnya menutup itu.“Did you see that, mate?” tanya pria yang berkaca mata.“Apa mungkin itu Ki Bejo? Aku tak menyangka kalau dia juga chimera, tapi bentuk apa itu? Burung Phoenix?” balas pria yang berambut afro itu dengan berbahasa inggris.“Dasar bodoh, mana ada chimera model phoenix,” balas temannya.“Tapi entahlah, aku juga tak tahu apa itu. Sebaiknya kita coba periksa ke dalam,” seru pria berkaca mata itu, bergegas berlari ke dalam rumah.Begitu mereka masuk ke dalam rumah, ruangan tengah itu sudah begitu sesak oleh
Ki Bejo nampak menoleh ke sana ke mari, mencari di mana kerisnya berada. Dia tak tahu bahwa pria itu sebelumnya telah menendang keris itu dan saat ini berada di bawah kulkas tak jauh dari tempatnya bersimpuh. Namun entah bagaimana, Ki Bejo seperti menyadari keberadaan keris itu. Dia pun mulai meraba-raba ke bawah kulkas itu, berusaha meraihnya dengan jari-jarinya. Pria itu menyeret kaki Mansa ketika dia hendak menghampiri Ki Bejo di bagian dapur. Musa langsung datang mencoba menolongnya. Namun pria itu hanya berteriak, melepaskan tekanan energi yang cukup besar. Tekanan energi yang dilepaskannya itu mendorong Musa cukup jauh dan membuat sebagian besar tubuhnya terurai. Setelah itu pria tersebut kembali berjalan menghampiri Ki Bejo. Begitu sampai, diapun menginjak tangannya hingga patah. “Sayang sekali, sepertinya tanganmu tak bisa menjangkau keris itu,” ujarnya nampak menatap d
Mansa yang mulai menyadari keunikan tubuh dari pria misterius itu langsung menyerangnya dari belakang dengan tenaga espernya. Serangan itu mengenai bahunya, dan membuat bagian itu pecah seperti kembali ke bentuk api.Pria itu memang nampak kesakitan, namun dia segera menyerang Mike yang ada di dekatnya dan mengabaikan Mansa. Tubuhnya kembali memadat, dan mulai menghantam Mike ke lantai.Mulut Mike yang sudah seperti kepala serigala itu menganga seperti mencoba menerkam pria itu. Namun dia langsung memukul kepalanya begitu brutal.Sementara itu, Mansa diam saja melihat Mike menjadi bulan-bulanan. Ternyata serangan yang terakhir itu telah menguras staminanya. Meski dia masih bisa berdiri dan pandangannya belum benar-benar kabur, namun dia sudah mulai kesulitan mengumpulkan aura espernya.“Diam kau!” ujar pria itu terus memukuli mulut Mike yang terus saja meronta.
Meskipun terlihat saling mengenal, tak nampak bahwa kedua orang tersebut memiliki hubungan yang baik. Ki Bejo sendiri meski sedang mengintimidasi pria yang dipanggilnya Mantir itu, dia sendiri nampak ragu dengannya.Kedua orang itu nampak saling waspada satu sama lainnya. Hanya ketika pria misterius itu sudah merasa cukup memperhatikan kondisi Ki Bejo, dia pun nampak bersikap tenang.“Apa yang bisa kau lakukan dengan kondisimu saat ini?” tanya pria itu mulai bersikap santai.Lantas pria itu bergerak sesaat, dan tiba-tiba Ki Bejo langsung menyabetkan keris yang dipegangnya. Ternyata memang benar, dalam sekejap pria itu sudah mendekati Ki Bejo dan saat ini tangannya terkena sabetan keris dari Ki Bejo.Pria itu langsung kembali mundur, memegangi lengannya yang terkena sabetan keris. Tangannya yang terkena sabetan keris itu seperti terbakar dan berubah seperti ongg
Mike kembali berdiri, melepaskan satu pukulan Oizuki dari jarak jauh. Pria misterius itu hanya sedikit memiringkan tubuhnya. Dengan mudah dia menghindari serangan tersebut. Namun saat itu Mike langsung bergerak ke arahnya. Dia sudah bergitu dekat, siap menyerang dengan kedua lengan dan kuku-kuku tajamnya. Braakk!!! Tiba-tiba pria misterius itu menghempaskan satu bangku kayu ke tubuh Mike. Mike pun dibanting ke salah satu dinding dapur dan lansung tergeletak di lantai. Pria misterius itu hendak membantingkan bangku kayu di tangannya itu ke arah Mike. Namun bangku kayu itu langsung hancur berantakan sebelum dia berhasil melakukannya. Pria misterius itu menoleh ke arah Mansa. Salah satu alis matanya naik, memperhatikan Mansa dalam postur tubuh Oizukinya. Namun secara tiba-tiba Mansa kembali melancarkan serangan cepat ke arahnya. Se
“Jadi benar kalian adalah orang-orangnya Belial yang dari Amerika itu?” tanya Mike.“Maaf saja, tapi dua orang yang sedang kalian cari sudah tewas, dan kalian pun akan bernasib sama jika mengganggu kami,” lanjutnya mengancam.Ekspresi laki-laki berambut afro itu sedikit berubah mendengar kata-kata dari Mike.“Dari caramu berbicara, sepertinya aku bisa menebak siapa yang membunuh mereka. Tapi soal anak buah Belial, sepertinya kau salah paham dan itu cukup bisa aku pahami,” balas laki-laki itu.Namun dedemit baru terus bermunculan, baik itu dari dalam rumah maupun dari tanah. Mereka pun tak punya waktu untuk meluruskan kesalahpahaman mereka.“Nanti saja kita bicarakan, yang jelas kita harus cari jalan keluar dari tempat ini,” ujar laki-laki berambut afro itu.