Mike masih diam saja, tak menanggapi pertanyaan kedua pria asing itu. Namun Mike cukup sadar bahwa pria berkaca mata itu tak begitu memerlukan jawaban darinya. Dari reaksinya, jelas terlihat kalau dia sudah bisa membacanya sejauh itu.
“Aku cukup mengerti jika kau memilih diam soal ini, karena dia adalah orang yang paling dicari saat ini,” lanjut pria berkaca mata itu.
“Aku tak tahu apakah ini juga ada hubungannya denganmu, tapi dari informasi yang kami dapatkan, dalam waktu dekat mereka akan kembali melakukan pergerakan di Eropa. Awalnya aku tak begitu mengerti karena dari kabar, katanya mereka akan berburu serigala di sana,” jelasnya.Mendengar cerita itu, reaksi Mike nampak berubah dan pria itu menangkap perubahan itu dengan cermat.
Laki-laki itu nampak tersenyum karena deduksinya seperti mencapai titik temunya.
&nb
Dia pun menjawab panggilan itu dengan raut wajah yang nampak tegang. “Tumben, ada perlu apa Pak Jenderal menelepon saya?” tanyanya berlagak bersikap tenang. << Mike, apa kau ada hubungannya dengan kejadian di Majalengka? >> Pertanyaan yang to do point itu sukses membuat Mike terdiam. [ Aku tak tahu apa motifmu, tapi apa yang telah kau perbuat ini benar-benar serius. Kau akan membuat negera ini kacau ] “Apa maksud Bapak berbicara seperti itu?” tanya Mike dengan ekspresi wajah yang semakin suram dengan wajah yang mulai pucat. Bagaimana dia tidak pucat, tiba-tiba saja seorang jenderal meneleponnya dan sekonyong-konyong bicara soal keamanan negara. [ Aku tak tahu apakah kau sudah menyadarinya atau belum.
Pada kisaran tahun 2011, beberapa tim ilmuan melakukan sebuah penelitian di beberapa titik di lingkar kutub utara. Mereka fokus meneliti segala kemungkinan bentuk kehidupan yang mungkin tersimpan membeku di bongkahan es di kawasan kutub tersebut. Namun, diantara sekian banyak peneliti tersebut, ada sebagian kelompok yang memiliki tujuan lain secara rahasia di beberapa titik di kawasan Siberia. Tujuan rahasia yang tidak diketahui oleh para pekerja yang ikut dalam proyek itu akhirnya menjadi malapetaka bagi rombongan tersebut. “Boris, apa yang sebenarnya terjadi?” tanya salah seorang peneliti dengan Bahasa Slovenski standar kepada operator yang kebetulan adalah orang Slovenia. “Aku tidak tahu, tiba-tiba temperaturnya naik begitu tajam,” jawab operator tersebut panik. “Apa kau tahu sumbernya?” Tanya nya lagi. “Sepertinya dari bongkahan es yang sedang di gali,” terang operator itu bergegas turun dari tempatnya memonitor proyek menuju lokasi penggalian. Seorang peneliti dari Malaysia
15 Tahun kemudian, di sebuah kelas. “Isu pemanasan global bukanlah masalah remeh-temeh sebatas keresahan soal naiknya suhu ruangan kelas. Atau soal melesetnya prakiraan cuaca sehingga membuat beberapa siswa basah kuyup karena hujan yang sering kali turun tanpa sempat memberikan notifikasi di grup W*.” “Ini sesuatu yang serius, dan kenaifan kita dalam meremehkan isu tersebut menambah keseriusan masalah ini.” “Salah satunya, mengenai isu yang sudah cukup hangat sejak dua dekade terakhir, tentang naiknya permukaan air laut.” “Meski banyak yang berpendapat tenggelamnya bekas Ibu Kota negara kita, Jakarta, sejak lima tahun yang lalu bukanlah akibat dari pemanasan global. Misalnya, tentang teori penyedotan air tanah secara berlebihan.” “Kenyataannya, beberapa pulau di negara kawasan Polynesia sudah mulai hilang dari peta dunia. Satu yang pasti, pulau tersebut sama sekali tidak memiliki isu yang sama soal air tanah. Namun mereka tenggelam juga. ” “Satu lagi soal merebaknya virus Antrak
Keanehan Mansa selama di sekolah membuatnya sering dianggap sebagai anak yang tidak normal. Sudah sering beredar isu tentangnya sebagai anak indigo. Namun tak sedikit yang berpikir bahwa dia hanya suka ngigau atau gejala skizofrenia.Meskipun begitu ada juga yang sedikit percaya karena tak jarang Mansa bisa membantu orang-orang yang datang meminta pertolongan padanya. Seperti pada suatu hari ada seorang siswi dari kelas sebelah mendatangi Mansa. Beberapa siswa yang ada di kelas hari itu menyadari bahwa akan ada sesuatu yang menarik sehingga mereka mengikuti siswi tersebut mengerubungi Mansa. Mansa yang tahu apa yang sedang menhampirinya terlihat sedikit jengkel. “Sudah berapa kali kubilang, berhenti memperlakukanku seperti orang aneh”Sedikit ragu-ragu, siswi itu langsung berbicara kepada Mansa. “Maaf, aku butuh bantuanmu,” ujarnya.“Bantuan apa?” tanya Mansa singkat.“Kucing kesayanganku hilang,” terangnya.“Sumpah, bukan aku yang nyuri,” jawab Mansa menghindar. “Dan jangan coba-cob
Sudah hampir tiga tahun Mansa menjalani kehidupan sebagai siswa SMP dengan identitas yang dipaksakan oleh sosial pada dirinya sebagai anak indigo. Meski begitu, Mansa cukup pandai beradaptasi dan menjaga diri untuk tidak terlalu menjadi sasaran bully.Hingga pada satu kejadian kecil yang memicu rentetan masalah dalam kehidupannya, membuatnya tak lagi bisa menjalani kehidupan sebagai seorang anak SMP normal pada umumnya.Suatu ketika, Mansa meminta izin untuk keluar dari kelas karena panggilan alam. Efektivitas dari sistem ekskresinya membuatnya tak kuasa berlama-lama mengikuti presentasi yang sedang berlangsung. Dia pun bergegas ke toilet untuk memenuhi hajatnya.Tak lama setelah Mansa keluar dari kelas, Danu dan dua orang temannya mengikuti Mansa keluar sementara guru yang mengajar di kelas saat itu seperti tak peduli dengan mereka.Ketika tiga orang siswa tersebut baru sampai di toilet, Mansa baru saja selesai menyetor jatah pengeluaran hariannya dan hendak bergegas kembali ke kelas.
Masalahnya, hanya tiga hari anak-anak bandel itu tidak masuk. Di hari ke empat mereka bertiga seperti kompak kembali datang ke sekolah. Kebetulan saja, guru yang sebelumnya memberikan skors pada mereka tidak mengajar di kelas tersebut. Sementara guru yang lain tidak tahu-menahu soal skrosing itu. Tak seperti biasanya, Danu, Eri dan Dodi hanya diam saja sejak awal mereka masuk sampai habis jam pelajaran. Mereka sama sekali tidak mengobrol, tidak terlihat juga saling sapa. Tak sekalipun mereka bertingkah usil menggoda cewek-cewek yang ada di dekat mereka seperti yang sering mereka lakukan. Setelah pelajaran hari itu habis, hampir semua murid-murid pergi meninggalkan kelas. Mereka bertiga masih tetap diam di tempat duduknya. Entah alasan apa, Mansa pun juga sama sekali tidak beranjak dari tempat duduknya. Seakan dia tahu mereka sengaja menunggu kelas kosong untuk berurusan dengannya, dan Mansa seperti tak ada niat untuk menghindar. Hingga Danu mulai berdiri dan berjalan menenteng tasny
Tak seorang pun yang tahu kondisi dua orang siswa tersebut selepas Dodi pergi meninggalkan kelas. Bahkan di hari-hari berikutnya, tak satupun dari mereka yang kembali masuk ke sekolah. Sementara Mansa sendiri tetap mengikuti pelajaran seperti biasanya seperti tak pernah terjadi apa-apa. Lagi pula, sedari awal ketiga anak itu memang sedang menjalani skorsing selama tiga minggu sehingga tak ada yang mempertanyakan perihal mereka. Namun ketika masa skorsing itu telah lewat, Danu dan Eri masih saja tidak masuk ke sekolah. Dodi sendiri sudah kembali masuk menjadi murid patuh dan pendiam selama beberapa hari itu. Kebetulan saat itu yang mengajar adalah Pak Syamsudin, guru geografi yang dulu memberikan skorsing pada tiga siswa bermasalah tersebut. Karena ingat masa skorsing tiga anak itu seharusnya sudah lewat, guru tersebut menanyakan keadaan Danu dan Eri yang tidak masuk kepada Dodi. “Dodi Permana, ada apa dengan Danu dan Eri?” tanya guru tersebut. Dodi hanya diam terlihat ragu-ragu un
Tak banyak yang berubah setelah seminggu Mansa tak lagi masuk. Tak sedikit yang berpikir bahwa dia adalah dukun sakti yang entah bagaimana caranya, bisa menggunakan kemampuan itu untuk bisa lulus pada seleksi yang diikutinya. Namun rumor tetaplah rumor. Setelah itu, semua kembali pada kehidupan mereka masing-masing, menjalani masa-masa sekolah seperti biasanya. Tapi tidak bagi Rani. Baginya, Mansa sudah seperti sebuah novel misteri dalam kehidupan remajanya. Sudah tiga tahun dia sekelas dengan Mansa, dan dia sengaja memilih duduk dekat dengannya karena satu alasan khusus. Rani yang kepo dan penasaran, sementara Mansa yang misterius, membuatnya seperti terperangkap dalam lumpur hisap yang dia sendiri tak ingin terbebas darinya. Namun sekarang Mansa tak lagi ada di tempat duduk itu. Bangku itu kosong namun pikiran Rani tidak. Saat ini pikirannya masih sibuk mengulang-ulang kembali segala hal yang pernah sempat terlintas perihal novel misteri yang berjudul Mansa tersebut. “Oh, bukank