Mansa menghambur keluar dari semak-semak di pinggir hutan. Kemudian dia berlari ke samping rumah hingga hilang dari pandangan Mike. Mike penasaran mencoba memeriksa. Namun Mansa kembali muncul membawa sebuah suluh.
“Ada apa Mansa?” tanya Mike penasaran.
Namun Mansa masih begitu bersemangat. “Buruan Mike” serunya lagi berhamburan melompati semak-semak.
Mike sempat khawatir dikiranya ada sesuatu yang serius. Ternyata setelah dilihat dari dekat, ternyata hanya karena Mansa masih dalam kondisi trance, seperti elektron pada tungsten yang tereksitasi. Terlihat dia masih begitu energik memasuki hutan. Tapi Mike jadi penasaran juga, untuk apa dia memba
Melihat Mansa terdiam kehabisan ide mengira-ngira apa yang telah dilakukannya, Mike berniat memperjelas alasan dibalik keputusannya menyuruh Mansa melakukan latihan gerakan Oi Zuki. “Kyokushin bisa berarti kebenaran tertinggi. Itu yang diyakini oleh Masutatsu Oyama, pendiri aliran tersebut.” “Namun Guruku dulu pernah berkata tentang falsafah hidup : Alam Takambang Jadi Guru” bahwa alam ini luas. Siapa yang tahu soal mana kebenaran tertinggi itu, karena akan selalu ada hal baru dan juga kebenaran baru.” “Bukankah itu falsafah hidup orang minang?” potong Mansa menimpali dengan retorika karena dia tahu betul falsafah tersebut. “Tapi apa hubungannya dengan ini?” tanya Mansa memastikan. “Apa ini tentang silat? Lalu kenapa kamu malah mengajarkanku Karate?” Sudah hal yang wajar jika Mansa tahu falsafah tersebut. Tapi mengetahui bukan berarti benar-benar memahaminya, dan Mike sudah bisa menangkap itu. Apa mungkin terlalu dini
Mike terlihat berusaha menstabilkan nafasnya seperti sedang mengkondisikan keadaan tubuhnya untuk kembali rileks dan santai. Tapi aneh, setelah itu Mike terlihat begitu pelan berjalan menuju teras pondok mencari tempat untuk duduk. “Itu hanya gerakan pukulan biasa” sahut Mike pelan. Terdengar Mike sekali berdehem kemudian kembali berusaha mengatur nafasnya. Sepertinya Mike benar-benar kelelahan. Jelas itu bukan pukulan biasa, dan Mansa tahu betul itu jauh sekali dari kata biasa. Setelah beberapa saat seakan Mike merasa keadaannya sudah mulai tenang, diapun mulai menjelaskannya pada Mansa.
<< Aku bilang juga apa >><< Nama jurus itu sama sekali tidak keren >>“Brisiiik” sahut Mansa terlepas jengkel ke arah Musa.“Haah.. haah.. iya maaf, maaf!” seru Mike nampak kesulitan mengejar nafasnya.“Aku benar-benar sudah kesulitan untuk menahan diri” jelas Mike semakin kelelahan karena tawanya barusan.Padahal tadi itu Mansa tak sengaja terlepas menghardik Musa, tapi Mike menyangka teriakan itu untuknya. Merasa tidak enak dengan Mansa, Mike me
Hari-hari berikutnya, semua kembali seperti biasa. Tapi mungkin ini akan menjadi hal yang baru bagi seorang Mike Hassan Handanovic. Bagi Mike, Menjadi seorang bos dan menjadi seorang manager secara profesional adalah dua hal yang berbeda. Meski dia memiliki kemampuan untuk itu, dia seperti belum terbiasa dengan kebosanan berdiam di lantai dua hanya untuk sesekali memperhatikan karyawan bekerja.Manager sebelumnya, Hasyim, adalah seorang manager yang ulet. Kepiawaiannya telah berhasil menciptakan sebuah sistem yang stabil, begitu stabil hingga masih terasa efektivitasnya meskipun dia sudah tidak lagi di sana. Semua itu sukses membuat Mike kembali merasa seperti lentera di siang hari.“Apa aku kembali hidup sebagai nocturnal saja ya..??!”
Dia tahu laptop pelanggan itu tidak ada pada anak gadis tersebut. Tapi Mansa tak punya pilihan lain selain mengikutinya.<< Apa rencanamu Mansa? Apa kamu ingin menangkapnya? >>“Apa yang akan kita dapatkan dengan menangkapnya? Menginterogasinya? Kalau dia tidak mau buka suara, aku tidak yakin bisa interogasi orang seperti itu. Kalau cuma bocah mungkin bisa aku takut-takuti. Tapi dia itu cewek,” jelasnya setengah berlari.<< Apa masalahnya kalau dia cewek? >> tanya Musa tak mengerti.“Wajar kamu tidak paham, karena aku sangat jarang berurusan deng
Satu orang lagi anak laki-laki yang berdiri di persimpangan gang tetap saja di tempatnya seakan mencoba menjauhkan cewek itu dari Mansa. Sementara empat yang lainnya terlihat mengkhawatirkan temannya yang tergeletak. “Zik.. zikrii..!! “Hey, zikrii!!!” Anak-anak itu terlihat begitu ketakutan mengkhawatirkan kondisi temannya. Itu membuat Mansa jadi ikut khawatir. Seingatnya ini pertama kalinya dia memukul orang. Lupakan soal kejadian di KM 50, karena Mansa setengah sadar saat itu. Saat ini dia sama sekali tidak bisa memprediksi akan jadi separah apa akibat dari pukulannya karena belum pernah mencobanya sama sekali. Jangan-jangan anak itu mati, pikirnya. Mansa mencoba memeriksa dan dia terlihat lega karena sepertinya anak itu hanya pingsan. Mansa membalikkan tubuh anak itu dan seketika itu anak tersebut terbatuk kecil dua kali namun tetap tak sadarkan diri. Satu orang dari empat anak jalanan mencoba menyerang Mansa untuk memaksanya menjauhi teman mereka yang sud
Sekarang ekspresinya seperti memohon pada Mansa untuk sudi memaksa udara itu untuk masuk ke dalam paru-parunya. Tapi yang didapatkannya malah sebuah upper cut amatiran dari tangan kiri Mansa mengenai dagunya. Memang hanya upper cut dari seorang yang amatiran, tapi cukup efektif menggoncang isi kepala anak itu dan membuat kakinya semakin lemas karena putusnya sokongan listrik dari otaknya. Dalam keadaan kehilangan keseimbangan setengah sadar, kesulitan bernafas karena kejutan pada diafragma, serta goncangan pada otak yang meski haya sesaat itu, si anak jalanan sekarang mendapatkan bonus tamparan sayang dari telapak tangan Mansa dan membuatnya terkapar di lantai. Sekarang Mansa sadar dia kembali kehilangan cewek yang ingin dia kejar tadi. Anak gadi
Setelah beberapa saat Mansa duduk di atas pundak salah satu anak jalanan yang pingsan, akhirnya dua orang anak jalanan lainnya datang. Mereka adalah si cewek tadi dan satu lagi anak cowok yang melarikan laptopnya.“Lepaskan teman-temanku.”“Aku akan mengembalikan laptopnya” seru anak laki-laki itu.“Apa maksudmu?”“Kau bahkan tidak membawa laptopnya ke sini” sahut Mansa padanya.“Tunggulah di sini, aku akan kembali mengambilnya” kata yang cewek seb