Satu orang lagi anak laki-laki yang berdiri di persimpangan gang tetap saja di tempatnya seakan mencoba menjauhkan cewek itu dari Mansa. Sementara empat yang lainnya terlihat mengkhawatirkan temannya yang tergeletak.
“Zik.. zikrii..!! “Hey, zikrii!!!”
Anak-anak itu terlihat begitu ketakutan mengkhawatirkan kondisi temannya. Itu membuat Mansa jadi ikut khawatir. Seingatnya ini pertama kalinya dia memukul orang. Lupakan soal kejadian di KM 50, karena Mansa setengah sadar saat itu. Saat ini dia sama sekali tidak bisa memprediksi akan jadi separah apa akibat dari pukulannya karena belum pernah mencobanya sama sekali. Jangan-jangan anak itu mati, pikirnya.
Mansa mencoba memeriksa dan dia terlihat lega karena sepertinya anak itu hanya pingsan. Mansa membalikkan tubuh anak itu dan seketika itu anak tersebut terbatuk kecil dua kali namun tetap tak sadarkan diri. Satu orang dari empat anak jalanan mencoba menyerang Mansa untuk memaksanya menjauhi teman mereka yang sud
Sekarang ekspresinya seperti memohon pada Mansa untuk sudi memaksa udara itu untuk masuk ke dalam paru-parunya. Tapi yang didapatkannya malah sebuah upper cut amatiran dari tangan kiri Mansa mengenai dagunya. Memang hanya upper cut dari seorang yang amatiran, tapi cukup efektif menggoncang isi kepala anak itu dan membuat kakinya semakin lemas karena putusnya sokongan listrik dari otaknya. Dalam keadaan kehilangan keseimbangan setengah sadar, kesulitan bernafas karena kejutan pada diafragma, serta goncangan pada otak yang meski haya sesaat itu, si anak jalanan sekarang mendapatkan bonus tamparan sayang dari telapak tangan Mansa dan membuatnya terkapar di lantai. Sekarang Mansa sadar dia kembali kehilangan cewek yang ingin dia kejar tadi. Anak gadi
Setelah beberapa saat Mansa duduk di atas pundak salah satu anak jalanan yang pingsan, akhirnya dua orang anak jalanan lainnya datang. Mereka adalah si cewek tadi dan satu lagi anak cowok yang melarikan laptopnya.“Lepaskan teman-temanku.”“Aku akan mengembalikan laptopnya” seru anak laki-laki itu.“Apa maksudmu?”“Kau bahkan tidak membawa laptopnya ke sini” sahut Mansa padanya.“Tunggulah di sini, aku akan kembali mengambilnya” kata yang cewek seb
Sebelum kembali, Mansa menyempatkan membeli Es Tebu di pinggir jalan sekadar untuk menyiram kakinya. Kebetulan itu yang pertama kali ditemukannya. Untuk beberapa saat sebelumnya dia merasa risih jika harus berjalan di keramaian sementara kakinya masih bau pesing. Setidaknya, cukuplah satu orang si penjual es tebu yang menyadari bau pesing itu. Ini adalah kali kedua kaki Mansa mendapatkan kehangatan dari kencing orang lain.Di tempat itu juga dia langsung menyiramkan air tebu itu ke kakinya yang tentu saja sedikit memancing perasaan tidak enak si penjual. Barang dagangan yang seharusnya diminum digunakan Mansa untuk mencuci kaki. Mansa hanya tersenyum dan menjelaskan kondisi kakinya. Kemudian membeli satu bungkus lagi untuk dia minum sembari menemani penjual es tebu itu duduk di emperan jalan menjelang air tebu itu habis.
Setidaknya ketika tidak ada yang perlu dirisaukan, meski tidak ada juga kesempatan untuk bersenang-senang, seseorang tetap bisa mencari kebahagian dari sesuatu yang kecil.Salah satu kebahagian itu mungkin bisa datang dari memasak dan membagikannya dengan tetangga. “Tolong bawakan nuggetnya untuk ibu Yasri, dedek!!”‘Baik bu..” jawab anak itu begitu imut.Anak itu mampir sebentar di rumah tetangga dan kebetulan tetangga yang hendak ditemuinya sedang asyik menata bunga. Terlihat senyum cerah dari Bu Yasri menerima nugget yang diantarkan anak tersebut, dan se
Sudah dua minggu sejak Hasyim tidak lagi menjadi manager. Tapi Hassan Electronic semakin ramai saja pengunjung. Bahkan permintaan servis yang datang ke meja Mansapun semakin menumpuk saja.“Waah, kalau begini mah mending ini ruangan aku jadiin kamar kos saja.” Komentar nyeleneh Yono cukup bisa memecah kesunyian ruangan itu yang sudah dua jam tidak ada yang berbicara.“Kenapa Bang Yono tak pulang saja untuk hari ini?” tanya Mansa. “Yang tersisa juga tinggal instal ulang saja kan?”“Oh, benar juga, kenapa tidak kamu saja yang sekali-kali coba tidur di sini,” saran Yono ke Mansa. “Lumayan kan laptop sebanyak ini kamu ambil semua jatahnya.”“Apa bisa kamu selesaikan hari ini? Sendirian?” tanya Yono memastikan.Yono melihat ekspresi wajah Mansa dan sepertinya Mansa cukup tertarik untuk ide bermalam di toko. Lagipula kalaupun tidak sempat menyelesaikannya, mungkin mereka
Mansa terlihat cukup fokus dengan kerjaannya karena dia melakukan instal ulang empat laptop sekali jalan, dua di meja kerjanya dan dua lagi dikerjakannya di meja Yono yang sudah duluan pulang sore tadi. Sementara itu, Agus masih saja ngorok di sofa kantor manager.Mike sendiri sibuk melayani tamu yang tak diundang yang baru saja masuk dari toilet. Meski begitu, dia tetap berusaha melayaninnya sebaik mungkin.“Hey, ayolah...” serunya telihat masih santai meladeni pria itu.Seperti tidak peduli dengan apapun yang Mike katakan, pria itu tetap berusaha menyerang Mike dari segala sisi. Beberapa kali pria itu melancarkan pukulan ke arah wajah Mike. Setelah berka
Tanpa menunggu jawaban dari Mike, pria itu menarik tangan kanan Mike sembari mendorongnya kesamping untuk membantingnya ke pintu gundang. Pintu besi itu menjadi gaduh karenanya. Tentu itu tidak terlalu masalah bagi Mike, tapi dengan itu pria tersebut mendapatkan kesempatan untuk menjauh dari pojokan dan bergerak ke tengah gudang.Sebenarnya gudang tersebut tidaklah terlalu gelap karena masih ada cahaya yang masuk dari luar. Hanya saja butuh waktu bagi seseorang untuk menyesuaikan mata ketika ruangan yang terang tiba-tiba gelap. Apa lagi saat ini mereka sudah berada di sisi lain gudang di mana ada pintu angin dan dari situ ada sedikit cahaya yang masuk.Anehnya, Meski dengan keuntungan dari kondisi gudang yang gelap, saat ini serangan Mike tidaklah
Mike memaksakan fungsi matanya sesaat untuk mengamati aliran energi dari tubuh pria tersebut. Sepertinya pria itu cukup mahir menggunakan teknik pernafasan sehingga dalam waktu singkat saja dia sudah bisa mengkondisikan tubuhnya.“Jadi itu kenapa tubuhmu baik-baik saja setelah menerima seranganku?” tanya Mike.“Yah, mau bagaimana lagi,” sahutnya. “Aku tidak punya pilihan selain menerima seranganmu.”“Jadi?! Apa kita mulai ronde keduanya?”Pria itu kembali mematikan lampu. Tentu Mike cukup paham tujuannya. Pria itu sangat percaya diri dan ju