Setidaknya ketika tidak ada yang perlu dirisaukan, meski tidak ada juga kesempatan untuk bersenang-senang, seseorang tetap bisa mencari kebahagian dari sesuatu yang kecil.
Salah satu kebahagian itu mungkin bisa datang dari memasak dan membagikannya dengan tetangga.
“Tolong bawakan nuggetnya untuk ibu Yasri, dedek!!”
‘Baik bu..” jawab anak itu begitu imut.
Anak itu mampir sebentar di rumah tetangga dan kebetulan tetangga yang hendak ditemuinya sedang asyik menata bunga. Terlihat senyum cerah dari Bu Yasri menerima nugget yang diantarkan anak tersebut, dan se
Sudah dua minggu sejak Hasyim tidak lagi menjadi manager. Tapi Hassan Electronic semakin ramai saja pengunjung. Bahkan permintaan servis yang datang ke meja Mansapun semakin menumpuk saja.“Waah, kalau begini mah mending ini ruangan aku jadiin kamar kos saja.” Komentar nyeleneh Yono cukup bisa memecah kesunyian ruangan itu yang sudah dua jam tidak ada yang berbicara.“Kenapa Bang Yono tak pulang saja untuk hari ini?” tanya Mansa. “Yang tersisa juga tinggal instal ulang saja kan?”“Oh, benar juga, kenapa tidak kamu saja yang sekali-kali coba tidur di sini,” saran Yono ke Mansa. “Lumayan kan laptop sebanyak ini kamu ambil semua jatahnya.”“Apa bisa kamu selesaikan hari ini? Sendirian?” tanya Yono memastikan.Yono melihat ekspresi wajah Mansa dan sepertinya Mansa cukup tertarik untuk ide bermalam di toko. Lagipula kalaupun tidak sempat menyelesaikannya, mungkin mereka
Mansa terlihat cukup fokus dengan kerjaannya karena dia melakukan instal ulang empat laptop sekali jalan, dua di meja kerjanya dan dua lagi dikerjakannya di meja Yono yang sudah duluan pulang sore tadi. Sementara itu, Agus masih saja ngorok di sofa kantor manager.Mike sendiri sibuk melayani tamu yang tak diundang yang baru saja masuk dari toilet. Meski begitu, dia tetap berusaha melayaninnya sebaik mungkin.“Hey, ayolah...” serunya telihat masih santai meladeni pria itu.Seperti tidak peduli dengan apapun yang Mike katakan, pria itu tetap berusaha menyerang Mike dari segala sisi. Beberapa kali pria itu melancarkan pukulan ke arah wajah Mike. Setelah berka
Tanpa menunggu jawaban dari Mike, pria itu menarik tangan kanan Mike sembari mendorongnya kesamping untuk membantingnya ke pintu gundang. Pintu besi itu menjadi gaduh karenanya. Tentu itu tidak terlalu masalah bagi Mike, tapi dengan itu pria tersebut mendapatkan kesempatan untuk menjauh dari pojokan dan bergerak ke tengah gudang.Sebenarnya gudang tersebut tidaklah terlalu gelap karena masih ada cahaya yang masuk dari luar. Hanya saja butuh waktu bagi seseorang untuk menyesuaikan mata ketika ruangan yang terang tiba-tiba gelap. Apa lagi saat ini mereka sudah berada di sisi lain gudang di mana ada pintu angin dan dari situ ada sedikit cahaya yang masuk.Anehnya, Meski dengan keuntungan dari kondisi gudang yang gelap, saat ini serangan Mike tidaklah
Mike memaksakan fungsi matanya sesaat untuk mengamati aliran energi dari tubuh pria tersebut. Sepertinya pria itu cukup mahir menggunakan teknik pernafasan sehingga dalam waktu singkat saja dia sudah bisa mengkondisikan tubuhnya.“Jadi itu kenapa tubuhmu baik-baik saja setelah menerima seranganku?” tanya Mike.“Yah, mau bagaimana lagi,” sahutnya. “Aku tidak punya pilihan selain menerima seranganmu.”“Jadi?! Apa kita mulai ronde keduanya?”Pria itu kembali mematikan lampu. Tentu Mike cukup paham tujuannya. Pria itu sangat percaya diri dan ju
Seperti tak ada pilihan lain, pria itu akhirnya kembali mematikan lampu dan langsung menyorotkan senternya ke arah Mike dan terus mengawasinya. Namun ternyata Mike sama sekali tidak melakukan apa-apa. Tentu saja, karena saat ini dia sudah tidak bisa melakukannya. Tapi kebimbangan pria itu sudah cukup memberi waktu untuk Mike beristirahat. Dengan tetap menyoroti Mike dengan senter pria itu mulai menyerang. Mike cukup terganggu oleh senter itu dan berusaha menjaga jarak. Sempat kakinya terbentur oleh drum yang ada di dalam gudang. Mike tahu drum tersebut adalah drum minyak ukuran 20 L untuk generator listrik tapi isinya sudah kosong. Dia berharap setidaknya masih ada sedikit sisanya dan kemudian menggulingkan drum tersebut. Sedikit minyak tumpah me
Mansa datang dengan perasaan emosi yang tak terkendali karena melihat kondisi Mike saat ini. Insting pria itu berkata bahwa anak ini berbahaya. Tergerak oleh insting dari pengalaman yang sudah bertahun-tahun, pria itu bermasud menodongkan pistolnya ke arah Mansa. Alih-alih membunuh Mike, saat ini dia tegerak untuk segera membunuh Mansa. Tapi Mike yang menyadari itu, berusaha menahan tangan pria tersebut. Api yang tadinya begitu enggan tumbuh tiba-tiba membesar. Pria itu semakin panik karena isntingnya selalu memberikan sinyal bahaya. Diapun menembakkan pistol itu ke arah Mike karena Mike tidak juga mau melepaskannya. “Dor!!” pria itu menarik pelatuk pistolnya.
Mansa dan Agus membantu Mike masuk ke dalam mobilnya, sementara pintu toko masih dibiarkan terbuka. Anehnya, Mike malah bersikeras untuk duduk di bangku kemudi. “Mike?!” seru Agus khawatir. “Tidak apa-apa. Kamu di sini saja jaga toko.” “Aku yakin masih bisa. Biar Mansa yang menemaniku.” Mike masuk dan menutup pintunya meski Agus masih berdiri di situ tampak ragu. Setelah duduk, Mike menyetting tujuan kendaraan dan rute yang akan mereka tempuh. “Oh, Self-Driving Mode” gumam Agus begitu tahu apa yang sedang dilakukan Mike di mobil. Agus memang tahu sebenarnya Mike masih bisa menyetir meski agak ragu juga. Tapi kalau dengan bantuan mode auto pilot seperti itu, setidaknya Mike mungkin tidak terlalu terbebani. “Kalau ragu, telepon saja salah seorang yang di Pattimura untuk ke sini menemanimu Gus” Agus hanya mangangguk mengacungi jempol dan sesaat kemudian berlari membukakan pagar. Mungkin dengan mode auto pilot mereka tidak
Kawasan ini dulu sebagian besarnya adalah hutan belantara masih bagian dari Bukit Barisan Sumatera. Tapi beberapa tahun belakangan, tempat itu lumayan berpenghuni karena sudah ada beberapa orang bermukim di kawasan tersebut. Apa lagi sejak berdirinya industri Hassan Pharmaceutical di tempat itu. Setelah berjalan sekitar lima menit, Mansa menyeberang ke sisi lain jalan. Rani nampak berdiri di pinggir jalan menantikannya datang. “Jadi di sini rumah makannya?” tanya Mansa. “Oh, kamu tahu keluargaku punya rumah makan di sini?” “Tidak juga. Bukannya di Indarung?” tanya Mansa “Iya di bawah juga ada satu,” timpal Rani. “Mainlah dulu ke dalam,” ajak Rani mengundangnya. Halaman parkir rumah makan itu lumayan luas, justru terlihat jauh lebih luas dari ukuran rumah makannya. Nampak dua mobil L300 dan beberapa motor masih terparkir di situ. Tadi Mansa berpikir sudah mau tutup, tapi sepertinya di dalam masih ada pelanggan. Meski di
Dia pun menjawab panggilan itu dengan raut wajah yang nampak tegang. “Tumben, ada perlu apa Pak Jenderal menelepon saya?” tanyanya berlagak bersikap tenang. << Mike, apa kau ada hubungannya dengan kejadian di Majalengka? >> Pertanyaan yang to do point itu sukses membuat Mike terdiam. [ Aku tak tahu apa motifmu, tapi apa yang telah kau perbuat ini benar-benar serius. Kau akan membuat negera ini kacau ] “Apa maksud Bapak berbicara seperti itu?” tanya Mike dengan ekspresi wajah yang semakin suram dengan wajah yang mulai pucat. Bagaimana dia tidak pucat, tiba-tiba saja seorang jenderal meneleponnya dan sekonyong-konyong bicara soal keamanan negara. [ Aku tak tahu apakah kau sudah menyadarinya atau belum.
Mike masih diam saja, tak menanggapi pertanyaan kedua pria asing itu. Namun Mike cukup sadar bahwa pria berkaca mata itu tak begitu memerlukan jawaban darinya. Dari reaksinya, jelas terlihat kalau dia sudah bisa membacanya sejauh itu.“Aku cukup mengerti jika kau memilih diam soal ini, karena dia adalah orang yang paling dicari saat ini,” lanjut pria berkaca mata itu.“Aku tak tahu apakah ini juga ada hubungannya denganmu, tapi dari informasi yang kami dapatkan, dalam waktu dekat mereka akan kembali melakukan pergerakan di Eropa. Awalnya aku tak begitu mengerti karena dari kabar, katanya mereka akan berburu serigala di sana,” jelasnya.Mendengar cerita itu, reaksi Mike nampak berubah dan pria itu menangkap perubahan itu dengan cermat.Laki-laki itu nampak tersenyum karena deduksinya seperti mencapai titik temunya.&nb
Sementara itu, di halaman rumah terdengar suara Acil dan ‘Aini. Mereka nampak kebingungan sekaligus ngeri dengan kondisi di tempat itu.“Apa yang sebenarnya terjadi di tempat ini?” gumam Acil, menutupi mulutnya seperti sedang berusaha menahan diri agar tidak muntah.Wajah mereka nampak pucat. Mereka pun semakin tercengang begitu berdiri di pintu masuk rumah. Pada detik itu, Acil tak lagi kuasa menahan diri dan memuntahkan semua isi perutnya. Sementara ‘Aini masih nampak berdiri melongo di pintu masuk itu.Hingga tiba-tiba Mike sadar dan bangkit. Tanpa sepenuhnya sadar dengan kondisinya, dia membiarkan kain itu terlepas dari badannya.“Hey, Mike!” seru Mansa kaget, berusaha mengingatkan.Namun ‘Aini sudah terlanjur melihatnya. Dia berteriak dan sesaat kemudian pingsan, kaget karena ti
Suara burung gagak itu menarik perhatian dua orang asing yang masih sibuk di perkarangan halaman. Mereka menyaksikan burung gagak berapi itu terus terbang menuju sedikit celah di bagian puncak dari kelopak bunga raksasa yang tidak sepenuhnya menutup itu.“Did you see that, mate?” tanya pria yang berkaca mata.“Apa mungkin itu Ki Bejo? Aku tak menyangka kalau dia juga chimera, tapi bentuk apa itu? Burung Phoenix?” balas pria yang berambut afro itu dengan berbahasa inggris.“Dasar bodoh, mana ada chimera model phoenix,” balas temannya.“Tapi entahlah, aku juga tak tahu apa itu. Sebaiknya kita coba periksa ke dalam,” seru pria berkaca mata itu, bergegas berlari ke dalam rumah.Begitu mereka masuk ke dalam rumah, ruangan tengah itu sudah begitu sesak oleh
Ki Bejo nampak menoleh ke sana ke mari, mencari di mana kerisnya berada. Dia tak tahu bahwa pria itu sebelumnya telah menendang keris itu dan saat ini berada di bawah kulkas tak jauh dari tempatnya bersimpuh. Namun entah bagaimana, Ki Bejo seperti menyadari keberadaan keris itu. Dia pun mulai meraba-raba ke bawah kulkas itu, berusaha meraihnya dengan jari-jarinya. Pria itu menyeret kaki Mansa ketika dia hendak menghampiri Ki Bejo di bagian dapur. Musa langsung datang mencoba menolongnya. Namun pria itu hanya berteriak, melepaskan tekanan energi yang cukup besar. Tekanan energi yang dilepaskannya itu mendorong Musa cukup jauh dan membuat sebagian besar tubuhnya terurai. Setelah itu pria tersebut kembali berjalan menghampiri Ki Bejo. Begitu sampai, diapun menginjak tangannya hingga patah. “Sayang sekali, sepertinya tanganmu tak bisa menjangkau keris itu,” ujarnya nampak menatap d
Mansa yang mulai menyadari keunikan tubuh dari pria misterius itu langsung menyerangnya dari belakang dengan tenaga espernya. Serangan itu mengenai bahunya, dan membuat bagian itu pecah seperti kembali ke bentuk api.Pria itu memang nampak kesakitan, namun dia segera menyerang Mike yang ada di dekatnya dan mengabaikan Mansa. Tubuhnya kembali memadat, dan mulai menghantam Mike ke lantai.Mulut Mike yang sudah seperti kepala serigala itu menganga seperti mencoba menerkam pria itu. Namun dia langsung memukul kepalanya begitu brutal.Sementara itu, Mansa diam saja melihat Mike menjadi bulan-bulanan. Ternyata serangan yang terakhir itu telah menguras staminanya. Meski dia masih bisa berdiri dan pandangannya belum benar-benar kabur, namun dia sudah mulai kesulitan mengumpulkan aura espernya.“Diam kau!” ujar pria itu terus memukuli mulut Mike yang terus saja meronta.
Meskipun terlihat saling mengenal, tak nampak bahwa kedua orang tersebut memiliki hubungan yang baik. Ki Bejo sendiri meski sedang mengintimidasi pria yang dipanggilnya Mantir itu, dia sendiri nampak ragu dengannya.Kedua orang itu nampak saling waspada satu sama lainnya. Hanya ketika pria misterius itu sudah merasa cukup memperhatikan kondisi Ki Bejo, dia pun nampak bersikap tenang.“Apa yang bisa kau lakukan dengan kondisimu saat ini?” tanya pria itu mulai bersikap santai.Lantas pria itu bergerak sesaat, dan tiba-tiba Ki Bejo langsung menyabetkan keris yang dipegangnya. Ternyata memang benar, dalam sekejap pria itu sudah mendekati Ki Bejo dan saat ini tangannya terkena sabetan keris dari Ki Bejo.Pria itu langsung kembali mundur, memegangi lengannya yang terkena sabetan keris. Tangannya yang terkena sabetan keris itu seperti terbakar dan berubah seperti ongg
Mike kembali berdiri, melepaskan satu pukulan Oizuki dari jarak jauh. Pria misterius itu hanya sedikit memiringkan tubuhnya. Dengan mudah dia menghindari serangan tersebut. Namun saat itu Mike langsung bergerak ke arahnya. Dia sudah bergitu dekat, siap menyerang dengan kedua lengan dan kuku-kuku tajamnya. Braakk!!! Tiba-tiba pria misterius itu menghempaskan satu bangku kayu ke tubuh Mike. Mike pun dibanting ke salah satu dinding dapur dan lansung tergeletak di lantai. Pria misterius itu hendak membantingkan bangku kayu di tangannya itu ke arah Mike. Namun bangku kayu itu langsung hancur berantakan sebelum dia berhasil melakukannya. Pria misterius itu menoleh ke arah Mansa. Salah satu alis matanya naik, memperhatikan Mansa dalam postur tubuh Oizukinya. Namun secara tiba-tiba Mansa kembali melancarkan serangan cepat ke arahnya. Se
“Jadi benar kalian adalah orang-orangnya Belial yang dari Amerika itu?” tanya Mike.“Maaf saja, tapi dua orang yang sedang kalian cari sudah tewas, dan kalian pun akan bernasib sama jika mengganggu kami,” lanjutnya mengancam.Ekspresi laki-laki berambut afro itu sedikit berubah mendengar kata-kata dari Mike.“Dari caramu berbicara, sepertinya aku bisa menebak siapa yang membunuh mereka. Tapi soal anak buah Belial, sepertinya kau salah paham dan itu cukup bisa aku pahami,” balas laki-laki itu.Namun dedemit baru terus bermunculan, baik itu dari dalam rumah maupun dari tanah. Mereka pun tak punya waktu untuk meluruskan kesalahpahaman mereka.“Nanti saja kita bicarakan, yang jelas kita harus cari jalan keluar dari tempat ini,” ujar laki-laki berambut afro itu.