Sudah empat hari berlalu sejak terakhir kali Mike mengunjunginya. Yang dilakukan Mansa hanya naik turun tangga di pagi hari dan kemudian ketiduran di pondok ketika menunggu durian jatuh di dalam hutan.
Namun sekarang Mansa tahu dirinya tidak lagi sendirian. Seiring waktu, dia sudah mulai terbiasa dengan keberadaan sesosok makhluk lain yang selalu mengikutinya. Setidaknya, sekarang dia memiliki teman mengobrol ketika sendirian di dalam hutan.
“Hey, jika nanti sudah gelap dan aku ketiduran lagi, tolong bangunkan saja aku”
<< Oh, apa kamu sudah mau tidur? >> tanya makhluk itu.
<< Tapi aku masih ingin melihat kelanjutan ceritanya >>“Sekadar jaga-jaga saja kalau aku ketiduran. Tidak kusangka kamu suka juga dengan cerita ini.”
<< Ya, aku selalu mengikuti apa yang Mansa baca >>
“Benarkah?” tanya Mansa sedikit kaget.
 
Mansa jadi dilema. Pilihan terbaik saat ini hanyalah untuk terus menutup kedua telinganya sampai dia benar-benar bisa bergerak ke belakang Mike dan hanya akan menepuk punggung Mike ketika telinganya benar-benar sudah aman. Tentu saja dia juga tahu seorang Mike tidak akan semudah itu membiarkannya.“Cobalah lagi,” pancing Mike.“Kita masih punya banyak waktu sebelum gelap.”Tak kunjung menemukan cara lain, Mansa ngotot menyeruduk bergerak mengintai kesempatan untuk menyelinap ke sisi belakang Mike dengan tetap menutup kedua telinganya. Sesaat dia terpikir untuk memberikan umpan dengan membiarkan satu telinganya bagian kanan dan mencoba mendekati Mike dari sisi kanan. Mansa tahu ketika dia mendekati punggung Mike, Mike pasti akan berusaha menjewer telinga kanannya itu.Ketika Mike berusaha meraih telinga kanan Mansa, Mansa kembali menutup telinganya dan secepat mungkin menyelinap ke belakang. Seketika dia mendapatkan kesempatan untuk menyentuh punggung Mike.“Wooaa!!!”Mansa terlihat keh
Mike menepukkan dompet yang berhasil direbutnya tersebut ke kening Mansa. “Sudah, kita lanjutkan besok saja!” seru Mike. Mike langsung jongkok di tempat itu mencoba mengambil buah durian yang baru saja jatuh. Tapi sepertinya Mike sama sekali tidak tahu cara membuka durian. Terlihat dia mencoba memasukkan jari-jarinya di sela-sela duri kulit durian dan mencoba menguak kulit durian tersebut secara paksa. Sadar bahwa sepertinya tidak seharusnya dia membukanya secara paksa seperti itu, dia berpikir mungkin ada cara khusus untuk membuka durian. “Hey, Mansa. bagaimana caranya kamu memb...” Ketika Mike menoleh, dilihatnya Mansa sudah memakai Karate Gi yang tadi dia berikan. Nampak dia mengikat erat sabuk dengan begitu kuat dan mantap, dan dengan senyum lebar serta mata berbinar-binar penuh semangat. “Ooouush!!!” serunya sembari menghentakkan tangannya ke bawah.“Ayo
Penjual siomay itu mendorong gerobaknya meninggalkan tempat mangkalnya saat ini. Setelah cukup jauh berjalan, diapun menyeberang ke sisi jalan lainnya dan berbalik ke arah kompleks tersebut. Sesekali dipukul-pukulnya kentongan penarik pelanggan, tak ada yang menyahut. “Pak siomay pak!” serunya menawarkan kepada satpam yang saat ini menjaga di pintu masuk kompleks. Meski satpam tersebut menggeleng dengan ramah, namun penjual siomay itu malah mangkal di situ. Kembali dipukulnya kentong untu
Tidak seperti di daerah perbukitan, pagi itu di pusat kota sudah sangat ramai dan bising. Jalan-jalan padat oleh kendaraan yang lalu-lalang. Bahkan pedestrian pun juga ramai. Situasi yang sudah cukup lama tidak dialami Mansa sejak terakhir kali dia bekerja paruh waktu di Hassan Electronic. Namun Mansa malah menemukan kondisi yang kontras ketika hendak memasuki toko Hassan Electronic. Selama ini dia hanya masuk ketika siang sepulang sekolah. Dia tak pernah menyangka toko tersebut akan sesunyi itu pagi ini. Hal itu membuat Mansa sangat canggung untuk masuk. Maklum, sudah lama juga dia tidak masuk tanpa memberikan kabar sekalipun. Seorang wanita datang dari belakang Mansa membawa sepiring lontong gulai. Melihat Mansa yang bertingkah aneh di pintu ma
Siapa yang menyangka, anak SMP yang tak jelas itu yang dulu datang untuk melamar kerja paruh waktu adalah anak dari sosok yang begitu penting dalam organisasi mereka. Seseorang yang jauh lebih berpengaruh dari Mike yang saat ini duduk di depannya. “Zulkifli??!” sahut manager itu sedikit tersekat.“Maaf Mike, aku benar-benar tidak tahu kalau...” “Yah, permintaan maaf diterima,” potong Mike datar.“Begitu juga dengan pengunduran dirimu”, tutupnya.
Meski pekerjaan numpuk, tapi Mansa tidaklah terlalu sibuk. Tak banyak yang harus dilakukannya karena sebagian besar dari servis yang dilakukannya adalah instalasi sistem operasi pada laptop pelanggan, dan sebagian besar dari kerjaan itu adalah menunggu diam hingga prosesnya selesai. Sudah lama juga Mansa tidak melakukan hal itu, jadi dia belum terbiasa dengan kebosanan tersebut. Tiba-tiba Mansa bicara sendirian di ruangan itu. “Hey, aku jadi kepikiran. Apa kamu punya nama?” << Huh? Kamu bertanya padaku? >> “Siapa lagi?” sahut Mansa sembari mengeklik tombol “next” beberapa kali. << Mansa >> sahutnya. “Iya, aku bertanya padamu. Apa kamu punya nama?” << Iya, Mansa! >> kembali sosok itu menyahut. Tampak bagian kening diantara dua alis Mansa berkerut setelah mendapatkan respon polos boc
Setelah merapikan meja, Mansa bergegas meninggalkan ruangan. Sementara itu Yossy langsung berjalan menuju Pantri. Sebelum benar-benar keluar dari koridor, dari kejauhan Mansa langsung melihat wajah yang lumayan cukup lama tidak dilihatnya. Mansa kaget nampak jelas dia sama sekali tidak mengharapkan kedatangannya. Untung baginya, orang tersebut sedang menoleh ke sisi lain sehingga tidak menyadari bahwa Mansa sudah melihatnya. Buru-buru dia mengambil satu setengah langkah mundur dan bersandar di dinding. “Apa yang dia lakukan di sini?” gumamnya. Mansa sedikit teralihkan dari gumamannya itu ketika Yossy berjalan di depannya. Mansa dengan cepat menarik Yossy mundur dan mencoba berbicara padanya. “Kak, tolong kakak bilang saja tidak ada orang yang bernama Mansa di sini” pintanya. Yossy nampak heran, tak tahu kenapa Mansa harus menghindar seperti itu. “Tapi kakak sudah terlanjur bilang kalau kamu ada.”Sudah ya, kakak lagi sibuk nih!” serayanya bergegas pergi. “Apaan lagi sih?!” gumam
Kekonyolan itu tidak luput dari pengamatan Mansa. Meskipun saat ini dia duduk membelakangi sudut ruangan di mana Yono tertidur, tapi sesaat sebelumnya dia sempat mengamati dari layar laptop yang masih hitam belum menyala. Meski mungkin tidak cukup jelas untuk mengamati Yono, tapi reaksi jijik Rani begitu jelas nampak olehnya. Mansa terlihat sedikit menggelengkan kepala. Dia sekarang mulai sedikit berbisik pelan-pelan. “Musa, apa kamu bisa membangunkan Yono?” tanya Mansa lirih. > jawabnya singkat. “Kok?!” Mansa terlihat tak percaya. > Begitu tahu sudah tidak bisa berbuat apa-apa, Mansa langsung saja memasukkan flash disk ke masing-masing laptop yang akan diinstal ulangnya dan mulai masuk ke settingan bios. “Ya sudah, biar