Ketika Barata melewati sebuah area lapang dengan luas yang cukup kecil, dia melihat ada sekelompok orang yang berpatroli dan berjaga-jaga. Sewaktu dia melihat mereka, Barata segera memerintahkan seluruh pasukannya untuk diam di tempat. Dia sama sekali tidak bisa menunjukkan dirinya atau mereka akan bersikap waspada bahkan menyerangnya.
“Kenapa kita berhenti, Tuan? Mereka bukan ancaman untuk kita,” ujar Supono yang terkejut dengan sikap Barata.
Mendengar salah satu bawahannya bertanya sekaligus menanyakan keputusannya, Barata sedikit mengernyitkan dahinya. Bukan karena pertanyaannya melainkan ketidaktahuan Supono pada masalah yang bisa muncul akibat tindakan gegabah itu.
“DIAMLAH SUPONO!! Tuan sedang mengamati mereka. Jangan mengganggunya, biarkan Tuan mengambil keputusan dengan tenang,” seru Surip yang mendengar pertanyaan yang Supono ajukan pada Barata.
Percakapan mereka Barata dengar dengan jelas. Namun, dia tidak mau menjawab at
Pada waktu mereka keluar dari tempatnya, Barata melihat mereka memiliki aura yang berbeda-beda. Meski, mereka menyembunyikannya dengan baik, Barata masih bisa melihatnya. Apalagi, dengan cara mereka menggunakan senjata serta sikap mereka. Barata sangat yakin jika mereka merupakan sosok yang tidak bisa dianggap sebelah mata.“Semakin aku perhatikan mereka, semakin aku merasa tertarik. Terutama pada pria itu, dia memiliki suatu daya tarik tersendiri dan dia juga sudah mengeluarkan aura yang tidak biasa,” ucap Barata pada bawahannya yang sedang memperhatikan semua prajurit itu.“Kisanak!! Apa yang telah kau lakukan benar-benar memberikan ancaman pada kami. Sebelum aku membunuhmu, katakan padaku mengapa kau melakukan serangan ini?” tanya pria yang terlihat memiliki wibawa terutama dengan kumis dan janggut rapinya itu.“Tujuanku? Kau ingin mengetahuinya? Mudah saja, aku ingin kalian semua menyerah padaku!!! Selama kalian menyerah, aku ti
Seluruh medan pertempuran terdiam seketika setelah Barata berteriak apalagi suaranya dipenuhi dengan niat membunuh yang kuat. Seketika jua mereka menatap ke arah Barata dan saat itu jua mereka menyaksikan ketua mereka terbunuh dengan cara yang mengerikan di mana tubuhnya terpotong dan tersayat-sayat.“Kami menyerah, jangan bunuh kami,” ucap salah seorang prajurit yang menjatuhkan senjatanya, lalu diikuti oleh yang lainnya.“Ampuni kami, Tuan.”“Tolong luangkan hidup kami, Tuan.”Banyak prajurit yang menyerah setelah melihat kematian ketua mereka. Tapi, ada jua prajurit yang menentang. Mereka yang memilih untuk menyerah, Barata luangkan hidupnya sedang bagi mereka yang masih menunjukkan perlawanan. Dia benar-benar tak menunjukkan sedikitpun ampunan pada mereka dan dia memberikan perintah untuk membantai mereka.Dia segera masuk ke dalam wilayah perlindungan dan begitu dia masuk melewati pintu itu. Barata melihat a
Tiga hari setelahnya, Barata berada di dalam gua tempat di mana dia bersemedi. Dia berada dalam posisi yang berbeda dari beberapa waktu yang lalu karena saat ini dia telah menjadi pemimpin dari ratusan orang. Lembah Kehidupan sendiri telah berubah sepenuhnya semenjak kedatangan orang-orang dari beberapa tempat. Selain dari mereka yang Barata bawa, ada pengungsi yang juga turut datang ke Lembah Kehidupan.Bowo yang menerima mereka juga menyaring bakat-bakat yang ada, meski bakat yang dia saring lebih mengarah ke pemerintahan daripada militer. Ada banyak pandai besi, tukang kayu, juru tulis atau orang terpelajar, pejabat juga ada di antara mereka meski para pejabat ini masih pada tingkat terendah. Namun, keberadaan mereka menjadi angin segar untuk Paviliun Lembah Kehidupan.Sedang bakat militer juga digali dari mereka, dan sosok yang berjasa dalam pemilihan ini ialah Sopo Barungan serta dua prajurit berpengalaman yang telah berubah menjadi seorang instruktur prajurit. Ba
Tidak mudah bagi Barata untuk meninggalkan tempat yang saat ini berada dalam pengembangan. Jalur yang saat ini tengah dilalui oleh bawahannya sudah tepat, dan dia ingin melihat perkembangannya dengan kedua matanya. Jarang untuk dirinya bisa melihat perubahan pada kelompoknya. Semakin dia memperhatikan perkembangan yang terjadi di sekitarnya, dia makin tak kuasa untuk menyaksikan perubahan yang akan terjadi.Barata tahu bila kesempatan yang dia tunggu-tunggu ini tidak akan datang karena dia harus meninggalkan tempat ini. Bahaya yang ada di sekitarnya sudah tidak lagi bisa dia abaikan. Masalah yang tertinggal di Kadipaten Swangiri menjadi sebuah hal yang sangat tidak menyenangkan. Dia tahu jika tempat itu akan menjadi sebuah tempat yang tak lagi bisa disebut sebagai tempat yang layak untuk ditinggali manusia.Barata harus segera mengubah pandangannya dan tidak lagi bisa membiarkannya ada. Salah satu hal yang ada di tempat itu pasti menjadi sebuah hal yang menyeramkan. Be
Makhluk dengan punggung berduri itu memberikan perasaan berbahaya dan mengancam. Barata dipenuhi dengan ledakan emosi buruk saat melihatnya, dia tidak mengerti mengapa dia bias merasakan hal ini padahal dia hanya memperhatikan gerak-geriknya. Awalnya, dia hanya memperhatikannya saja, tapi lambat laun muncul perasaan berbahaya pada dirinya saat dia melihat makhluk itu.Setelah menghabisi belasan Zombie Monar serta Zombie Kabewo, Barata mengarahkan pandangannya pada makhluk tersebut. Teknik {Ilusi Lingkungan} yang dia gunakan memberikan bantuan besar padanya saat dia bergerak menuju kea rah makhluk tersebut. Langkahnya lebih cepat dari angin dan dia juga menggunakan teknik lainnya demi memberikan serangan yang maksimal serta mengancam.Perasaan yang dilepaskan oleh makhluk itu benar-benar berbahaya dan membuat Barata tak kuasa menahan diri untuk menggunakan segala daya yang dia miliki demi bisa menghadapinya. Meski jarak mereka terpaut cukup jauh, Barata tetap merasakan
Daya tahan yang Zombie Durma miliki tidak bisa dianggap sebelah mata meski tidak sekuat Zombie Monar. Barata cukup mengerti dengan hal tersebut sehingga dia menggunakan semua tekniknya demi menghapus pertahananyang dimiliki oleh zombie tersebut.“Sekuat apapun pertahanan yang kau miliki, tidak mungkin itu tidak bisa kupatahkan. Selama aku melepaskan serangan tanpa henti aku yakin kau akan hancur jua. Jadi, binasalah!!”seru Barata ketika dia menghentakkan satu kakinya ke tanah sebagai sebuah dorongan yang memungkinkan dirinya beranjak dari posisinya dengan kecepatan yang tinggi.Barata mengabaikan zombie lainnya dan fokus untuk menghabisi Zombie Durma yang memiliki kemampuan dalam mengendalikan zombie. Dia tidak bisa membiarkannya tetap ada atau seluruh zombie di area ini akan bergabung bersama dengannya.“Roarrr!!” “Grooaaarr!!”Teriakan itu kembali muncul saat Barata menyerangnya. Barata sudahmengharapkan hal ini, sehi
Zombie yang mengepungnya tak menjadi masalah. Meski jumlah mereka sangatlah banyak, kekuatan mereka tidak terlalu mengancam ketimbang Zombie Durma yang baru saja dia habisi. Kekhawatiran pasti ada saat dia melihat mereka. Namun, rasa khawatir itu tak membuat dia merasa buruk atau tak bersemangat.Dengan adanya mereka, Barata merasa seperti mendapatkan sebuah kesempatan untuk meningkatkan kekuatannya. Dia benar-benar melihat ada sebuah peluang bagi dirinya bertambah kuat dan meloloskan diri dari bahaya ini. Memang mereka berjumlah ratusan dan mendekati ribuan, tapi mereka hanya sekumpulan semut di mata Barata.“Sejak kalian kehilangan Zombie Durma, kalian tak akan menjadi masalah besar untukku,” ucapnya saat dia bergegas menerjang badai amukan zombie yang taka da habisnya.Di tempat lain, Sopo Barungan, Surip, Supono, dan Walujeng memimpin 100 pejuang dan bergegas membersihkan segala ancaman yang ada di sekitar Lembah Kehidupan. Barat, Timur, dan utar
“Tuanku, kami telah menemukan sebuah Pilar Ilahi yang cukup kuat. Kami sudah mengirimkan belasan prajurit, tapi mereka semua tewas sebelum bisa masuk ke dalam Pilar Ilahi. Kami menduga Pilar Ilahi itu berada pada tingkat tinggi,” ujar seorang prajurit yang bersenjatakan lengkap dan mengenakan armor berwarna hitam.“Kenapa kau begitu gegabah masuk ke dalam Pilar Ilahi? Bukankah peraturan sudah diberlakukan? Jika kalian menemukan sebuah Pilar Ilahi kalian harus melaporkannya. Jadi kita bisa mengirim para Kontraktor ke sana,” balas seorang pria berseragamkan militer selayaknya seorang Kapten.“Maaf beribu maaf, Tuanku. Awalnya kami hanya bergerak mendekati pilar tersebut untuk memeriksanya, dan membersihkan monster yang berada di sekitarnya. Namun, kami tidak menyangka jika monster itu akan muncul secara tiba-tiba dari dalam pilar,” jawabnya dengan suara yang gemetar, keringat membasahi punggungnya saat melaporkan hal ini.Pria p
Waktu mereka masuk ke dalam alam ketiadaan. Barata merasakan sensasi kesemutan dan getaran hebat di sekujur tubuhnya. Bagian-bagian tubuh yang sebelumnya tak berfungsi menunjukkan sedikit peningkatan yang membuat dia menjadi semangat. Di sisi lain, Hyang Barakala tidak hanya mengompres seluruh energi yang mengitari tubuhnya. Dengan satu tatapan yang serius serta mematikan, dia menarik seluruh energi tersebut dan menyatukannya dengan tubuhnya. Lantas, dengan sebuah gerakan sederhana, Hyang Barakala melesat maju ke arah Barata. Keadaan segera berubah saat Hyang Barakala mengambil langkah. Tidak hanya tekanan besar yang datang tapi juga sebuah ancaman yang langsung membuat Barata melipat gandakan kewaspadaannya. Walau begitu, dia tetap mengelak dari Hyang Barakala dan tidak menangkis maupun menahan serangannya. Ia tahu betul seberapa merusaknya serangan yang Hyang Barakala lepaskan barusan. Energi yang besar dan merusak saling bertemu. Baik energi yang Barata miliki mau
Semuanya berjalan sesuai dengan keinginan Hyang Barakala. Barata yang mengalami peningkatan drastis menjadi sesuatu hal yang memberi Hyang Barakala sebuah rasa takut. Dia memang menginginkan hal ini kembali, rasa takut yang sudah lama tak dia rasakan. Bagaimana dia tidak merasa senang saat dia menyaksikan perubahan pada Barata yang benar-benar jauh dari ekspektasinya dan sekarang dia merasa lebih segar.“Kau masih bisa bertahan, bukan? Kau membuat aku bersemangat dan semangat ini semakin lama menjadi semakin besar. Aku benar-benar bahagia sekarang. Pertarungan ini akan terus kukenang! Barata, kau benar-benar sosok penantang yang hebat dan aku senang. Aku senang kaulah yang berhasil mendapatkan semua benda itu, jika itu orang lain. Entah bagaimana akhirnya, mungkin aku tidak akan sesemangat ini!” ujar Hyang Barakala ketika dia melihat tubuh Barata mengalami perubahan dimana energi dalam jumlah besar mengelilinginya.Barata mendengar sebuah hal yang tak ingin
Pukulan itu melayang dengan kecepatan tinggi dan sangat menekan. Seluruh energi berkumpul dalam kepalan tangan Barata yang melesat ke arah Hyang Barakala. Udara terpecah belah dan berbagai pusaran angin dalam bermacam-macam ukuran muncul saat pukulan itu mendekati tubuh Hyang Barakala.Sewaktu pukulan itu menghantam tubuh Hyang Barakala sontak sebuah gelombang kejut muncul dari benturan itu. Hyang Barakala cukup terkejut dengan kemampuan Barata yang begitu mengerikan terutama daya ledak dari pukulannya. Energinya sungguh besar dan dampak dari pukulannya langsung terasa. Tidak ada sedikitpun celah dalam serangan itu dan Hyang Barakala melihatnya dalam cahaya berbeda, seolah serangan itu merupakan serangan terkuat yang Barata lepaskan sejak pertarungan pertama.“Uagh!!” Hyang Barakala terdorong mundur dan memuntahkan seteguk darah serta di dadanya ada sebuah luka yang berbentuk seperti kepalan tangan. Tatapannya sedikit menunjukkan rasa takut saat Barata meny
Hyang Barakala menembakkan bola energi yang sudah dia kompresi hingga ke titik terbaik. Bola energi yang seharusnya sangat besar ia kompresi menjadi sedemikian rupa. Lantas dengan satu gerakkan telunjuknya, dia menembakkan bola energi itu ke arah Barata yang juga melakukan hal yang sama dengannya. Kumpulan bola energi saling bertabrakan dan berbenturan. Sebuah gelombang kejut yang sangat kuat menghantam seluruh area.Barata terdorong mundur dan memiliki berbagai macam luka di tubuhnya hingga mengeluarkan darah yang tak terhitung jumlahnya. Hanya saja, Barata memiliki kemampuan untuk menyembuhkan diri dan kemampuan itu berkembang dengan cepat, sehingga ketika luka itu muncul di waktu yang sama luka itu segera pulih. Kejadian itu tak luput dari mata Hyang Barakala dan dia merasa bila kemampuan Barata semakin membaik di setiap detiknya.“Hahahaha … sungguh pertarungan yang menyenangkan. Aku tidak pernah berharap kau bisa mengeluarkan kekuatan yang sama dengan
Tubuhnya melenting saat Barata menyerap seluruh energi yang ada di sekitarnya. Baik Hyang Barakala maupun Barata saling menyerap energi di sekitarnya hingga menyebabkan fluktuasi menakutkan di lingkungan sekitarnya dan membuat ruang serta udaranya terdistorsi dengan hebatnya. Barata melayang dan energi di sekitarnya bergerak menuju ke dirinya dengan kecepatan tinggi membuat dia menjadi lebih berbahaya.Hyang Barakala tersenyum puas ketika dia menyaksikan perubahan pada Barata. Walaupun hal itu akan membuatnya makin berbahaya dan mengancamnyam Hyang Barakala tetap merasa senang karena dia tidak bisa menghadapi lawan yang setara selama ini. Dengan adanya Barata yang mulai berkembang dan bertambah kuat seiring mereka bertarung, Hyang Barakala menjadi semakin bersemangat hingga wajahnya berseri-seri.“Aku melakukan apapun yang aku inginkan tanpa ada makhluk yang bisa menahanku dan kau bisa datang ke tempat ini juga karenaku. Kau bertambah kuat atas izinku. Tidak ada
Hyang Barakala kembali mengirimkan sebuah bola energi yang jauh lebih kuat. Saat dilihat lebih dekat dan teliti, bola energi itu dipenuhi dengan kandungan elemen alam. Barata memperkuat pertahanannya dengan menebalkan dinding pertahanan dari energi di sekitar tubuhnya. Tatapan matanya terus tertuju dan terpaku pada Hyang Barakala yang melakukan gerakan yang sama tapi dengan tekanan serta momentum yang jauh lebih kuat dari sebelumnya.Serangan kedua datang dengan kekuatan yang jauh lebih besar. Barata tidak menahan diri saat dia melihat gerakan yang dilakukan oleh Hyang Barakala. Bola energi itu datang dengan kecepatan tinggi. Barata yang begitu fokus melihat arah serangan itu dan secepat mungkin dia bergerak ke samping untuk menghindarinya, akan tetapi begitu dia hendak bergerak. Tatapan mata Hyang Barakala segera tertuju padanya dan memiliki dominasi tertentu hingga membuat Barata terpaku diam untuk beberapa saat.Pada waktu Barata hendak menghindar, dia benar-benar d
Tanpa menunggu Hyang Barakala bertindak, Barata mengambil langkah pertama dengan melancarkan sebuah serangan yang didasari akan seluruh kekuatan serta emosinya. Hasilnya, serangannya memberikan tekanan yang begitu besar. Di sekitar kepalan tangannya muncul retakan ruang dan tampak waktu terhenti karena tak ada hembusan apapun, lalu disertai dengan ilusi sebuah makhluk kuat. Ada beberapa elemen alam yang menyatu dalam kepalan tangannya yang membuat sebuah luka dari kepalan tangannya hingga bahunya, tapi pulih dengan sendirinya.Hyang Barakala tersenyum ketika dia merasakan kekuatan yang ada dalam pukulan Barata. Dia tidak menghindarinya ataupun membuat suatu gerakan tertentu untuk menahan pukulan itu. Hyang Barakala membiarkan serangan itu menghantam tubuhnya dan pukulan itu menabrak langsung ke dadanya hingga memicu sebuah dentuman yang memekakkan telinga serta mendorongnya mundur. Sorot matanya sedikit berubah saat dia terdorong mundur.Ada rasa tidak percaya dalam so
Barata meresapi perkataan Kalia dan menatap sosok yang menyebut dirinya Hyang Barakala sekaligus mengatakan dirinya sebagai Dewa ataupun Tuhan. Sulit untuknya menerima hal itu begitu saja. Dia sendiri tidak yakin akan keberadaan Dewa, tapi dihadapannya saat ini muncul sesosok makhluk yang mengatasnamakan dirinya sebagai Dewa. Sesuatu hal yang cukup aneh sebenarnya. Sayangnya, apa yang terjadi sebelumnya dan keadaan saat ini membuka mata Barata lebar-lebar. Sehingga, mau tidak mau dia harus mengakui bila ucapan sosok itu benar adanya.Mengenai apa yang dikatakan dan dilakukan oleh sosok itu, Barata tak begitu memikirkannya pada awalnya. Hanya saja, setelah dia mendengar ucapan Kalia. Dia menjadi lebih sadar akan keberadaan serta kekuatan yang dimiliki oleh Hyang Barakala. Selain itu, di sepanjang waktu pembicaraan terjadi, Barata bisa melihat ada sedikit rasa senang dari sorot mata serta wajah yang Hyang Barakala tunjukkan seolah dia sudah menanti pertemuan ini sejak lama.
Sosok yang melepaskan dominasi menakutkan itu tak bergerak. Dia juga tidak merespons pertanyaan Barata. Sosok itu hanya menatapnya dan terus mengawasinya seolah-olah dia sedang mengukur kemampuannya. Tatapan itu mengandung tekanan yang jauh melampaui segala tekanan yang pernah Barata rasakan. Penampilannya yang begitu agung tampak seperti manusia tapi jauh lebih menawan dari manusia biasa dan memiliki beberapa tanduk di kepalanya dengan rambut panjang yang terurai serta taring yang menjulur keluar dari mulutnya. Matanya besar dengan pupil menonjol. Saat dia tersenyum dunia tampak berhenti.Pandangan matanya terus menyapu sekitarnya dan sosok itu perlahan-lahan menunjukkan senyuman dinginnya. Tatapannya juga mulai mengalami perubahan saat menatap Barata yang mencoba untuk menahan segala tekanan yang dia keluarkan. Bagaimanapun situasi saat ini ada karena tindakannya dan dia menyukai sikap yang Barata tunjukkan.Sosok itu menatap Barata dengan dingin seraya berujar, &ldq