Seluruh medan pertempuran terdiam seketika setelah Barata berteriak apalagi suaranya dipenuhi dengan niat membunuh yang kuat. Seketika jua mereka menatap ke arah Barata dan saat itu jua mereka menyaksikan ketua mereka terbunuh dengan cara yang mengerikan di mana tubuhnya terpotong dan tersayat-sayat.
“Kami menyerah, jangan bunuh kami,” ucap salah seorang prajurit yang menjatuhkan senjatanya, lalu diikuti oleh yang lainnya.
“Ampuni kami, Tuan.”
“Tolong luangkan hidup kami, Tuan.”
Banyak prajurit yang menyerah setelah melihat kematian ketua mereka. Tapi, ada jua prajurit yang menentang. Mereka yang memilih untuk menyerah, Barata luangkan hidupnya sedang bagi mereka yang masih menunjukkan perlawanan. Dia benar-benar tak menunjukkan sedikitpun ampunan pada mereka dan dia memberikan perintah untuk membantai mereka.
Dia segera masuk ke dalam wilayah perlindungan dan begitu dia masuk melewati pintu itu. Barata melihat a
Tiga hari setelahnya, Barata berada di dalam gua tempat di mana dia bersemedi. Dia berada dalam posisi yang berbeda dari beberapa waktu yang lalu karena saat ini dia telah menjadi pemimpin dari ratusan orang. Lembah Kehidupan sendiri telah berubah sepenuhnya semenjak kedatangan orang-orang dari beberapa tempat. Selain dari mereka yang Barata bawa, ada pengungsi yang juga turut datang ke Lembah Kehidupan.Bowo yang menerima mereka juga menyaring bakat-bakat yang ada, meski bakat yang dia saring lebih mengarah ke pemerintahan daripada militer. Ada banyak pandai besi, tukang kayu, juru tulis atau orang terpelajar, pejabat juga ada di antara mereka meski para pejabat ini masih pada tingkat terendah. Namun, keberadaan mereka menjadi angin segar untuk Paviliun Lembah Kehidupan.Sedang bakat militer juga digali dari mereka, dan sosok yang berjasa dalam pemilihan ini ialah Sopo Barungan serta dua prajurit berpengalaman yang telah berubah menjadi seorang instruktur prajurit. Ba
Tidak mudah bagi Barata untuk meninggalkan tempat yang saat ini berada dalam pengembangan. Jalur yang saat ini tengah dilalui oleh bawahannya sudah tepat, dan dia ingin melihat perkembangannya dengan kedua matanya. Jarang untuk dirinya bisa melihat perubahan pada kelompoknya. Semakin dia memperhatikan perkembangan yang terjadi di sekitarnya, dia makin tak kuasa untuk menyaksikan perubahan yang akan terjadi.Barata tahu bila kesempatan yang dia tunggu-tunggu ini tidak akan datang karena dia harus meninggalkan tempat ini. Bahaya yang ada di sekitarnya sudah tidak lagi bisa dia abaikan. Masalah yang tertinggal di Kadipaten Swangiri menjadi sebuah hal yang sangat tidak menyenangkan. Dia tahu jika tempat itu akan menjadi sebuah tempat yang tak lagi bisa disebut sebagai tempat yang layak untuk ditinggali manusia.Barata harus segera mengubah pandangannya dan tidak lagi bisa membiarkannya ada. Salah satu hal yang ada di tempat itu pasti menjadi sebuah hal yang menyeramkan. Be
Makhluk dengan punggung berduri itu memberikan perasaan berbahaya dan mengancam. Barata dipenuhi dengan ledakan emosi buruk saat melihatnya, dia tidak mengerti mengapa dia bias merasakan hal ini padahal dia hanya memperhatikan gerak-geriknya. Awalnya, dia hanya memperhatikannya saja, tapi lambat laun muncul perasaan berbahaya pada dirinya saat dia melihat makhluk itu.Setelah menghabisi belasan Zombie Monar serta Zombie Kabewo, Barata mengarahkan pandangannya pada makhluk tersebut. Teknik {Ilusi Lingkungan} yang dia gunakan memberikan bantuan besar padanya saat dia bergerak menuju kea rah makhluk tersebut. Langkahnya lebih cepat dari angin dan dia juga menggunakan teknik lainnya demi memberikan serangan yang maksimal serta mengancam.Perasaan yang dilepaskan oleh makhluk itu benar-benar berbahaya dan membuat Barata tak kuasa menahan diri untuk menggunakan segala daya yang dia miliki demi bisa menghadapinya. Meski jarak mereka terpaut cukup jauh, Barata tetap merasakan
Daya tahan yang Zombie Durma miliki tidak bisa dianggap sebelah mata meski tidak sekuat Zombie Monar. Barata cukup mengerti dengan hal tersebut sehingga dia menggunakan semua tekniknya demi menghapus pertahananyang dimiliki oleh zombie tersebut.“Sekuat apapun pertahanan yang kau miliki, tidak mungkin itu tidak bisa kupatahkan. Selama aku melepaskan serangan tanpa henti aku yakin kau akan hancur jua. Jadi, binasalah!!”seru Barata ketika dia menghentakkan satu kakinya ke tanah sebagai sebuah dorongan yang memungkinkan dirinya beranjak dari posisinya dengan kecepatan yang tinggi.Barata mengabaikan zombie lainnya dan fokus untuk menghabisi Zombie Durma yang memiliki kemampuan dalam mengendalikan zombie. Dia tidak bisa membiarkannya tetap ada atau seluruh zombie di area ini akan bergabung bersama dengannya.“Roarrr!!” “Grooaaarr!!”Teriakan itu kembali muncul saat Barata menyerangnya. Barata sudahmengharapkan hal ini, sehi
Zombie yang mengepungnya tak menjadi masalah. Meski jumlah mereka sangatlah banyak, kekuatan mereka tidak terlalu mengancam ketimbang Zombie Durma yang baru saja dia habisi. Kekhawatiran pasti ada saat dia melihat mereka. Namun, rasa khawatir itu tak membuat dia merasa buruk atau tak bersemangat.Dengan adanya mereka, Barata merasa seperti mendapatkan sebuah kesempatan untuk meningkatkan kekuatannya. Dia benar-benar melihat ada sebuah peluang bagi dirinya bertambah kuat dan meloloskan diri dari bahaya ini. Memang mereka berjumlah ratusan dan mendekati ribuan, tapi mereka hanya sekumpulan semut di mata Barata.“Sejak kalian kehilangan Zombie Durma, kalian tak akan menjadi masalah besar untukku,” ucapnya saat dia bergegas menerjang badai amukan zombie yang taka da habisnya.Di tempat lain, Sopo Barungan, Surip, Supono, dan Walujeng memimpin 100 pejuang dan bergegas membersihkan segala ancaman yang ada di sekitar Lembah Kehidupan. Barat, Timur, dan utar
“Tuanku, kami telah menemukan sebuah Pilar Ilahi yang cukup kuat. Kami sudah mengirimkan belasan prajurit, tapi mereka semua tewas sebelum bisa masuk ke dalam Pilar Ilahi. Kami menduga Pilar Ilahi itu berada pada tingkat tinggi,” ujar seorang prajurit yang bersenjatakan lengkap dan mengenakan armor berwarna hitam.“Kenapa kau begitu gegabah masuk ke dalam Pilar Ilahi? Bukankah peraturan sudah diberlakukan? Jika kalian menemukan sebuah Pilar Ilahi kalian harus melaporkannya. Jadi kita bisa mengirim para Kontraktor ke sana,” balas seorang pria berseragamkan militer selayaknya seorang Kapten.“Maaf beribu maaf, Tuanku. Awalnya kami hanya bergerak mendekati pilar tersebut untuk memeriksanya, dan membersihkan monster yang berada di sekitarnya. Namun, kami tidak menyangka jika monster itu akan muncul secara tiba-tiba dari dalam pilar,” jawabnya dengan suara yang gemetar, keringat membasahi punggungnya saat melaporkan hal ini.Pria p
“Ternyata kau mampu juga, Sudro. Walau penampilanmu tidak begitu meyakinkan, tapi sikap dan kinerjamu membuktikannya. Bagus!” seru Bawono setelah dia melihat perkembangan faksinya, dia melihat ada banyak wajah baru di pasukannya.“Terima kasih, Tuanku. Hamba hanya memenuhi tugas sekaligus mencoba untuk membayar kepercayaan yang telah Tuan berikan,” jawab Sudro dengan penuh semangat. Kebahagiaan tidak bisa dia sembunyikan dan itu terlihat dari senyum lebarnya. Dia tidak bisa tidak senang, langkah pertamanya berhasil. Dalam beberapa hari belakangan ini, dia mencoba untuk menyerang beberapa kelompok.Walau dia tidak menyerang semua kelompok yang ada di Hutan Jalungporo, paling tidak sudah separuh dari kekuatan yang ada di Hutan Jalungporo berada di tangannya. Dia tidak dapat menyembunyikan senyumnya dan hal itu tertangkap dalam mata Bawono.Bawono tak mempermasalahkannya karena dia tidak mengkhawatirkan seseorang dengan ambisi yang besar. Te
Barata yang berada tepat di depan muka Hutan Jalungporo tak melakukan banyak hal selain mengamati tempat tersebut. Dengan sorot mata yang tajam, dia memperhatikan tempat yang terlihat mencurigakan. Beberapa bagian pohon yang tertebang tapi dibiarkan begitu saja tanpa diolah. Dengan adanya hal semacam itu, Barata semakin yakin bila di tempat itu ada sebuah kelompok yang sedang berkembang.Barata tidak beranjak dari posisinya dan terus mengamati semua hal yang ada di depan matanya termasuk jalan keluar jika dia mencoba masuk ke dalam Hutan Jalungporo seperti beberapa waktu lalu. Barata tak sebegitu bodohnya untuk langsung masuk ke dalam hutan meski hanya mengamati tempat itu saja. Dia benar-benar mengamati semuanya dengan teliti termasuk beberapa bagian hutan yang terlihat tidak natural.“Tampaknya mereka melakukan beberapa pekerjaan yang baik dengan membangun beberapa jebakan di bagian muka Hutan. Sungguh tindakan yang cukup langka. Tidak mudah untuk mempersiapkan