Tidak mudah bagi Barata untuk meninggalkan tempat yang saat ini berada dalam pengembangan. Jalur yang saat ini tengah dilalui oleh bawahannya sudah tepat, dan dia ingin melihat perkembangannya dengan kedua matanya. Jarang untuk dirinya bisa melihat perubahan pada kelompoknya. Semakin dia memperhatikan perkembangan yang terjadi di sekitarnya, dia makin tak kuasa untuk menyaksikan perubahan yang akan terjadi.
Barata tahu bila kesempatan yang dia tunggu-tunggu ini tidak akan datang karena dia harus meninggalkan tempat ini. Bahaya yang ada di sekitarnya sudah tidak lagi bisa dia abaikan. Masalah yang tertinggal di Kadipaten Swangiri menjadi sebuah hal yang sangat tidak menyenangkan. Dia tahu jika tempat itu akan menjadi sebuah tempat yang tak lagi bisa disebut sebagai tempat yang layak untuk ditinggali manusia.
Barata harus segera mengubah pandangannya dan tidak lagi bisa membiarkannya ada. Salah satu hal yang ada di tempat itu pasti menjadi sebuah hal yang menyeramkan. Be
Makhluk dengan punggung berduri itu memberikan perasaan berbahaya dan mengancam. Barata dipenuhi dengan ledakan emosi buruk saat melihatnya, dia tidak mengerti mengapa dia bias merasakan hal ini padahal dia hanya memperhatikan gerak-geriknya. Awalnya, dia hanya memperhatikannya saja, tapi lambat laun muncul perasaan berbahaya pada dirinya saat dia melihat makhluk itu.Setelah menghabisi belasan Zombie Monar serta Zombie Kabewo, Barata mengarahkan pandangannya pada makhluk tersebut. Teknik {Ilusi Lingkungan} yang dia gunakan memberikan bantuan besar padanya saat dia bergerak menuju kea rah makhluk tersebut. Langkahnya lebih cepat dari angin dan dia juga menggunakan teknik lainnya demi memberikan serangan yang maksimal serta mengancam.Perasaan yang dilepaskan oleh makhluk itu benar-benar berbahaya dan membuat Barata tak kuasa menahan diri untuk menggunakan segala daya yang dia miliki demi bisa menghadapinya. Meski jarak mereka terpaut cukup jauh, Barata tetap merasakan
Daya tahan yang Zombie Durma miliki tidak bisa dianggap sebelah mata meski tidak sekuat Zombie Monar. Barata cukup mengerti dengan hal tersebut sehingga dia menggunakan semua tekniknya demi menghapus pertahananyang dimiliki oleh zombie tersebut.“Sekuat apapun pertahanan yang kau miliki, tidak mungkin itu tidak bisa kupatahkan. Selama aku melepaskan serangan tanpa henti aku yakin kau akan hancur jua. Jadi, binasalah!!”seru Barata ketika dia menghentakkan satu kakinya ke tanah sebagai sebuah dorongan yang memungkinkan dirinya beranjak dari posisinya dengan kecepatan yang tinggi.Barata mengabaikan zombie lainnya dan fokus untuk menghabisi Zombie Durma yang memiliki kemampuan dalam mengendalikan zombie. Dia tidak bisa membiarkannya tetap ada atau seluruh zombie di area ini akan bergabung bersama dengannya.“Roarrr!!” “Grooaaarr!!”Teriakan itu kembali muncul saat Barata menyerangnya. Barata sudahmengharapkan hal ini, sehi
Zombie yang mengepungnya tak menjadi masalah. Meski jumlah mereka sangatlah banyak, kekuatan mereka tidak terlalu mengancam ketimbang Zombie Durma yang baru saja dia habisi. Kekhawatiran pasti ada saat dia melihat mereka. Namun, rasa khawatir itu tak membuat dia merasa buruk atau tak bersemangat.Dengan adanya mereka, Barata merasa seperti mendapatkan sebuah kesempatan untuk meningkatkan kekuatannya. Dia benar-benar melihat ada sebuah peluang bagi dirinya bertambah kuat dan meloloskan diri dari bahaya ini. Memang mereka berjumlah ratusan dan mendekati ribuan, tapi mereka hanya sekumpulan semut di mata Barata.“Sejak kalian kehilangan Zombie Durma, kalian tak akan menjadi masalah besar untukku,” ucapnya saat dia bergegas menerjang badai amukan zombie yang taka da habisnya.Di tempat lain, Sopo Barungan, Surip, Supono, dan Walujeng memimpin 100 pejuang dan bergegas membersihkan segala ancaman yang ada di sekitar Lembah Kehidupan. Barat, Timur, dan utar
“Tuanku, kami telah menemukan sebuah Pilar Ilahi yang cukup kuat. Kami sudah mengirimkan belasan prajurit, tapi mereka semua tewas sebelum bisa masuk ke dalam Pilar Ilahi. Kami menduga Pilar Ilahi itu berada pada tingkat tinggi,” ujar seorang prajurit yang bersenjatakan lengkap dan mengenakan armor berwarna hitam.“Kenapa kau begitu gegabah masuk ke dalam Pilar Ilahi? Bukankah peraturan sudah diberlakukan? Jika kalian menemukan sebuah Pilar Ilahi kalian harus melaporkannya. Jadi kita bisa mengirim para Kontraktor ke sana,” balas seorang pria berseragamkan militer selayaknya seorang Kapten.“Maaf beribu maaf, Tuanku. Awalnya kami hanya bergerak mendekati pilar tersebut untuk memeriksanya, dan membersihkan monster yang berada di sekitarnya. Namun, kami tidak menyangka jika monster itu akan muncul secara tiba-tiba dari dalam pilar,” jawabnya dengan suara yang gemetar, keringat membasahi punggungnya saat melaporkan hal ini.Pria p
“Ternyata kau mampu juga, Sudro. Walau penampilanmu tidak begitu meyakinkan, tapi sikap dan kinerjamu membuktikannya. Bagus!” seru Bawono setelah dia melihat perkembangan faksinya, dia melihat ada banyak wajah baru di pasukannya.“Terima kasih, Tuanku. Hamba hanya memenuhi tugas sekaligus mencoba untuk membayar kepercayaan yang telah Tuan berikan,” jawab Sudro dengan penuh semangat. Kebahagiaan tidak bisa dia sembunyikan dan itu terlihat dari senyum lebarnya. Dia tidak bisa tidak senang, langkah pertamanya berhasil. Dalam beberapa hari belakangan ini, dia mencoba untuk menyerang beberapa kelompok.Walau dia tidak menyerang semua kelompok yang ada di Hutan Jalungporo, paling tidak sudah separuh dari kekuatan yang ada di Hutan Jalungporo berada di tangannya. Dia tidak dapat menyembunyikan senyumnya dan hal itu tertangkap dalam mata Bawono.Bawono tak mempermasalahkannya karena dia tidak mengkhawatirkan seseorang dengan ambisi yang besar. Te
Barata yang berada tepat di depan muka Hutan Jalungporo tak melakukan banyak hal selain mengamati tempat tersebut. Dengan sorot mata yang tajam, dia memperhatikan tempat yang terlihat mencurigakan. Beberapa bagian pohon yang tertebang tapi dibiarkan begitu saja tanpa diolah. Dengan adanya hal semacam itu, Barata semakin yakin bila di tempat itu ada sebuah kelompok yang sedang berkembang.Barata tidak beranjak dari posisinya dan terus mengamati semua hal yang ada di depan matanya termasuk jalan keluar jika dia mencoba masuk ke dalam Hutan Jalungporo seperti beberapa waktu lalu. Barata tak sebegitu bodohnya untuk langsung masuk ke dalam hutan meski hanya mengamati tempat itu saja. Dia benar-benar mengamati semuanya dengan teliti termasuk beberapa bagian hutan yang terlihat tidak natural.“Tampaknya mereka melakukan beberapa pekerjaan yang baik dengan membangun beberapa jebakan di bagian muka Hutan. Sungguh tindakan yang cukup langka. Tidak mudah untuk mempersiapkan
Barata membuat mereka semua sadar siapa yang terkuat di tempat itu. Dia juga tak membiarkan mereka lari dari tempat itu. Dengan situasi yang sudah berada dalam kendalinya, Barata menatap mereka semua dan melihat raut wajah mereka yang dipenuhi rasa ngeri. Dia tidak menunjukkan sisi lemahnya saat berhadapan dengan mereka sehingga dia bisa membuat mereka tahu jika mereka bukanlah lawannya.“Kami menyerah!! Jangan bunuh kami!!” teriak salah satu pria yang melemparkan senjatanya ke tanah. Dia tidak lagi memiliki keberanian untuk berhadapan atau melawan Barata.Setelah pria itu menyerah, pria lainnya pun mengikutinya dan hampir semua pria menyerah pada Barata setelah dia menghabisi pemimpinnya. Barata menerima mereka yang menyerah dan membunuh mereka yang melawan dengan melemparkan bola api. Dia tersenyum setelah melihat mereka semua menyerah. Dia sama sekali tak membuat hal menjadi rumit.Melihat mereka menyerah, Barata menerima penyerahan diri mereka, d
Cuaca begitu cerah dengan sinar matahari yang panas dan menyengat hingga membuat kulit terasa terbakar. Barata memimpin pasukannya menghadapi Faksi Kelawar. Dia memberi perintah pada salah seorang pria yang memang memiliki penampilan cukup kurus dan terlihat kurang gizi. Dia memintanya untuk berpura-pura menjadi seorang pengungsi.Situasi di depannya saat ini benar-benar berubah dan dia menembakkan bola api ke arah pria yang berada dekat dengan prajuritnya. Barata menembakkan bola api dengan kekuatan penuh dan mengarahkannya tepat ke kepala pria itu, sehingga saat bola api menghantam kepalanya sontak saja ledakan yang kuat menghancurkan kepalanya dan membuatnya menjadi abu.“Serang!! Jangan sisakan mereka yang melawan. Bunuh siapa saja yang mengangkat senjata dan memberikan perlawanan. Aku tidak ingin melihat kalian mati, jadi pertahankan juga hidup kalian!!” teriak Barata saat memberikan perintah. Dia tidak terlalu menganggap mereka karena mereka bukanlah