Zombie yang mengepungnya tak menjadi masalah. Meski jumlah mereka sangatlah banyak, kekuatan mereka tidak terlalu mengancam ketimbang Zombie Durma yang baru saja dia habisi. Kekhawatiran pasti ada saat dia melihat mereka. Namun, rasa khawatir itu tak membuat dia merasa buruk atau tak bersemangat.
Dengan adanya mereka, Barata merasa seperti mendapatkan sebuah kesempatan untuk meningkatkan kekuatannya. Dia benar-benar melihat ada sebuah peluang bagi dirinya bertambah kuat dan meloloskan diri dari bahaya ini. Memang mereka berjumlah ratusan dan mendekati ribuan, tapi mereka hanya sekumpulan semut di mata Barata.
“Sejak kalian kehilangan Zombie Durma, kalian tak akan menjadi masalah besar untukku,” ucapnya saat dia bergegas menerjang badai amukan zombie yang taka da habisnya.
Di tempat lain, Sopo Barungan, Surip, Supono, dan Walujeng memimpin 100 pejuang dan bergegas membersihkan segala ancaman yang ada di sekitar Lembah Kehidupan. Barat, Timur, dan utar
“Tuanku, kami telah menemukan sebuah Pilar Ilahi yang cukup kuat. Kami sudah mengirimkan belasan prajurit, tapi mereka semua tewas sebelum bisa masuk ke dalam Pilar Ilahi. Kami menduga Pilar Ilahi itu berada pada tingkat tinggi,” ujar seorang prajurit yang bersenjatakan lengkap dan mengenakan armor berwarna hitam.“Kenapa kau begitu gegabah masuk ke dalam Pilar Ilahi? Bukankah peraturan sudah diberlakukan? Jika kalian menemukan sebuah Pilar Ilahi kalian harus melaporkannya. Jadi kita bisa mengirim para Kontraktor ke sana,” balas seorang pria berseragamkan militer selayaknya seorang Kapten.“Maaf beribu maaf, Tuanku. Awalnya kami hanya bergerak mendekati pilar tersebut untuk memeriksanya, dan membersihkan monster yang berada di sekitarnya. Namun, kami tidak menyangka jika monster itu akan muncul secara tiba-tiba dari dalam pilar,” jawabnya dengan suara yang gemetar, keringat membasahi punggungnya saat melaporkan hal ini.Pria p
“Ternyata kau mampu juga, Sudro. Walau penampilanmu tidak begitu meyakinkan, tapi sikap dan kinerjamu membuktikannya. Bagus!” seru Bawono setelah dia melihat perkembangan faksinya, dia melihat ada banyak wajah baru di pasukannya.“Terima kasih, Tuanku. Hamba hanya memenuhi tugas sekaligus mencoba untuk membayar kepercayaan yang telah Tuan berikan,” jawab Sudro dengan penuh semangat. Kebahagiaan tidak bisa dia sembunyikan dan itu terlihat dari senyum lebarnya. Dia tidak bisa tidak senang, langkah pertamanya berhasil. Dalam beberapa hari belakangan ini, dia mencoba untuk menyerang beberapa kelompok.Walau dia tidak menyerang semua kelompok yang ada di Hutan Jalungporo, paling tidak sudah separuh dari kekuatan yang ada di Hutan Jalungporo berada di tangannya. Dia tidak dapat menyembunyikan senyumnya dan hal itu tertangkap dalam mata Bawono.Bawono tak mempermasalahkannya karena dia tidak mengkhawatirkan seseorang dengan ambisi yang besar. Te
Barata yang berada tepat di depan muka Hutan Jalungporo tak melakukan banyak hal selain mengamati tempat tersebut. Dengan sorot mata yang tajam, dia memperhatikan tempat yang terlihat mencurigakan. Beberapa bagian pohon yang tertebang tapi dibiarkan begitu saja tanpa diolah. Dengan adanya hal semacam itu, Barata semakin yakin bila di tempat itu ada sebuah kelompok yang sedang berkembang.Barata tidak beranjak dari posisinya dan terus mengamati semua hal yang ada di depan matanya termasuk jalan keluar jika dia mencoba masuk ke dalam Hutan Jalungporo seperti beberapa waktu lalu. Barata tak sebegitu bodohnya untuk langsung masuk ke dalam hutan meski hanya mengamati tempat itu saja. Dia benar-benar mengamati semuanya dengan teliti termasuk beberapa bagian hutan yang terlihat tidak natural.“Tampaknya mereka melakukan beberapa pekerjaan yang baik dengan membangun beberapa jebakan di bagian muka Hutan. Sungguh tindakan yang cukup langka. Tidak mudah untuk mempersiapkan
Barata membuat mereka semua sadar siapa yang terkuat di tempat itu. Dia juga tak membiarkan mereka lari dari tempat itu. Dengan situasi yang sudah berada dalam kendalinya, Barata menatap mereka semua dan melihat raut wajah mereka yang dipenuhi rasa ngeri. Dia tidak menunjukkan sisi lemahnya saat berhadapan dengan mereka sehingga dia bisa membuat mereka tahu jika mereka bukanlah lawannya.“Kami menyerah!! Jangan bunuh kami!!” teriak salah satu pria yang melemparkan senjatanya ke tanah. Dia tidak lagi memiliki keberanian untuk berhadapan atau melawan Barata.Setelah pria itu menyerah, pria lainnya pun mengikutinya dan hampir semua pria menyerah pada Barata setelah dia menghabisi pemimpinnya. Barata menerima mereka yang menyerah dan membunuh mereka yang melawan dengan melemparkan bola api. Dia tersenyum setelah melihat mereka semua menyerah. Dia sama sekali tak membuat hal menjadi rumit.Melihat mereka menyerah, Barata menerima penyerahan diri mereka, d
Cuaca begitu cerah dengan sinar matahari yang panas dan menyengat hingga membuat kulit terasa terbakar. Barata memimpin pasukannya menghadapi Faksi Kelawar. Dia memberi perintah pada salah seorang pria yang memang memiliki penampilan cukup kurus dan terlihat kurang gizi. Dia memintanya untuk berpura-pura menjadi seorang pengungsi.Situasi di depannya saat ini benar-benar berubah dan dia menembakkan bola api ke arah pria yang berada dekat dengan prajuritnya. Barata menembakkan bola api dengan kekuatan penuh dan mengarahkannya tepat ke kepala pria itu, sehingga saat bola api menghantam kepalanya sontak saja ledakan yang kuat menghancurkan kepalanya dan membuatnya menjadi abu.“Serang!! Jangan sisakan mereka yang melawan. Bunuh siapa saja yang mengangkat senjata dan memberikan perlawanan. Aku tidak ingin melihat kalian mati, jadi pertahankan juga hidup kalian!!” teriak Barata saat memberikan perintah. Dia tidak terlalu menganggap mereka karena mereka bukanlah
Melihat pemuda itu memimpin pasukannya dengan baik dan terus mengatur pasukannya. Barata cukup kagum dengan ketenangannya, entah mengapa dia merasa akan menjadi suatu hal yang buruk jika dia menghabisinya. Sehingga, hal ini membuat dia berpikir untuk menarik pemuda itu ke sisinya. Barata terus memainkan bola apinya dan tidak mengalihkan matanya dari pemuda itu.Setelah mengamatinya, dia mulai bergerak dan segera dia menembakkan bola apinya sambil menunjukkan sebuah senyum kejam. Dia melepaskan auranya dan ledakan tak berbentuk disertai dengan tekanan yang besar menghantam mereka semua. Barata tidak menahannya, dia menarik pedangnya dan berjalan cepat ke arah pemuda itu. Sorot matanya benar-benar membuat siapa saja yang menatapnya akan berjalan mundur atau menjauh tanpa sadar.“Tidak ada yang berbeda dari apa yang biasanya aku lakukan. Kau hanya salah satu dari mereka yang menghalangi jalanku dan perlu untuk aku hilangkan. Jika memang, kau merasa ini bukan akhir d
Syarat yang pemuda itu ajukan tidak jauh berbeda dengan apa yang dia pikirkan sehingga dia menyetujuinya begitu saja. Dari awal dia memang ingin membersihkan semua faksi yang ada di Hutan Jalungporo, tapi tanpa memiliki informasi yang lengkap. Menyerang tempat ini sangatlah buruk dan peluang yang dia miliki juga akan menurun dengan sangat tajam. Jadi, dia mencoba untuk melancarkan serangan dengan cara berbeda seperti pada saat ini.“Tak terlalu buruk. Aku akan melakukannya. Jadi, suruh seluruh anak buahmu untuk meletakkan senjata. Aku tidak ingin ada pertempuran lagi. Satu hal lagi, katakan bagaimana kekuatan mereka?” tanyanya dengan begitu lepas.Dia melihat mereka semua dengan tenang saat para prajurit itu berlutut dan meletakkan senjatanya. Barata melihat mereka sambil mengarahkan pandangan matanya ke sekeliling. Dia tidak bisa tidak waspada dengan sekitarnya. Tempat ini dikuasai oleh lima faksi yang kemungkinan mereka memiliki lebih dari s
Tidak butuh waktu lama untuk mereka sampai di depan markas Faksi Mardin. Dengan bantuan dari pemuda itu, Barata bisa mencapai tempat ini dengan mudah. Faksi Mardin terletak di antara pohon yang lebat serta ditutupi semak-semak yang tinggi dan merambat di pohon. Pertama kali melihat tempat macam ini pastilah hanya akan dilewati saja. Namun, di dalam sana ada sebuah pemukiman kecil yang memang dibangun laksana sebuah benteng.“Itu markas mereka, aku tidak menyarankanmu untuk menyerang mereka langsung. Mereka memiliki pertahanan yang jauh lebih baik dari yang kami miliki. Kau sendiri sudah melihat menara pengawas yang kami miliki bukan? Mereka memiliki bangunan serupa tapi jauh lebih baik dan juga mereka memiliki pemanah yang handal. Aku pernah melihat beberapa dari mereka, sehingga aku bisa mengatakan ini.” Pemuda itu tampak lebih memperhatilkan sesuatu dengan lebih detail dari kebanyakan orang.“Begitukah? Maka bagus kalua kau melihatnya. Pemanah bisa