Melihat pemuda itu memimpin pasukannya dengan baik dan terus mengatur pasukannya. Barata cukup kagum dengan ketenangannya, entah mengapa dia merasa akan menjadi suatu hal yang buruk jika dia menghabisinya. Sehingga, hal ini membuat dia berpikir untuk menarik pemuda itu ke sisinya. Barata terus memainkan bola apinya dan tidak mengalihkan matanya dari pemuda itu.
Setelah mengamatinya, dia mulai bergerak dan segera dia menembakkan bola apinya sambil menunjukkan sebuah senyum kejam. Dia melepaskan auranya dan ledakan tak berbentuk disertai dengan tekanan yang besar menghantam mereka semua. Barata tidak menahannya, dia menarik pedangnya dan berjalan cepat ke arah pemuda itu. Sorot matanya benar-benar membuat siapa saja yang menatapnya akan berjalan mundur atau menjauh tanpa sadar.
“Tidak ada yang berbeda dari apa yang biasanya aku lakukan. Kau hanya salah satu dari mereka yang menghalangi jalanku dan perlu untuk aku hilangkan. Jika memang, kau merasa ini bukan akhir d
Syarat yang pemuda itu ajukan tidak jauh berbeda dengan apa yang dia pikirkan sehingga dia menyetujuinya begitu saja. Dari awal dia memang ingin membersihkan semua faksi yang ada di Hutan Jalungporo, tapi tanpa memiliki informasi yang lengkap. Menyerang tempat ini sangatlah buruk dan peluang yang dia miliki juga akan menurun dengan sangat tajam. Jadi, dia mencoba untuk melancarkan serangan dengan cara berbeda seperti pada saat ini.“Tak terlalu buruk. Aku akan melakukannya. Jadi, suruh seluruh anak buahmu untuk meletakkan senjata. Aku tidak ingin ada pertempuran lagi. Satu hal lagi, katakan bagaimana kekuatan mereka?” tanyanya dengan begitu lepas.Dia melihat mereka semua dengan tenang saat para prajurit itu berlutut dan meletakkan senjatanya. Barata melihat mereka sambil mengarahkan pandangan matanya ke sekeliling. Dia tidak bisa tidak waspada dengan sekitarnya. Tempat ini dikuasai oleh lima faksi yang kemungkinan mereka memiliki lebih dari s
Tidak butuh waktu lama untuk mereka sampai di depan markas Faksi Mardin. Dengan bantuan dari pemuda itu, Barata bisa mencapai tempat ini dengan mudah. Faksi Mardin terletak di antara pohon yang lebat serta ditutupi semak-semak yang tinggi dan merambat di pohon. Pertama kali melihat tempat macam ini pastilah hanya akan dilewati saja. Namun, di dalam sana ada sebuah pemukiman kecil yang memang dibangun laksana sebuah benteng.“Itu markas mereka, aku tidak menyarankanmu untuk menyerang mereka langsung. Mereka memiliki pertahanan yang jauh lebih baik dari yang kami miliki. Kau sendiri sudah melihat menara pengawas yang kami miliki bukan? Mereka memiliki bangunan serupa tapi jauh lebih baik dan juga mereka memiliki pemanah yang handal. Aku pernah melihat beberapa dari mereka, sehingga aku bisa mengatakan ini.” Pemuda itu tampak lebih memperhatilkan sesuatu dengan lebih detail dari kebanyakan orang.“Begitukah? Maka bagus kalua kau melihatnya. Pemanah bisa
“Tuan, apa kita benar-benar akan menyerang Faksi Mardin terlebih dahulu? Mereka salah satu faksi terlemah yang seharusnya tidak perlu kita khawatirkan.” Salah seorang prajurit bertanya pada Sudro karena dia heran dengan langkah yang diambil oleh Sudro yang memilih untuk menyerang Faksi Mardin yang notabene salah satu faksi yang lemah.Sudro yang memimpin pasukan tidak terlalu khawatir akan pertanyaan yang diajukan itu karena dia benar-benar tidak berpikir bila keputusannya salah. Sudro mengerti betul cara yang dia ambil ini cukup berbeda dari yang terbaik. Yang lemah bisa menjadi lawan mudah yang tidak perlu diperhatikan betul-betul selama ada musuh yang jauh lebih kuat dan fokusnya haruslah melawan sisi kuat terlebih dahulu dengan begitu menghapus yang lemah tidak akan menjadi masalah. Namun, saat dia memikirkan hal itu, tiba-tiba saja dia mendapatkan sebuah pemahaman lain.“Tidak ada yang salah dengan langkah ini karena mereka yang lemah akan menjad
Barata bertatap-tatapan dengan Bawono. Tekanan tak berbentuk tiba-tiba menghantam tubuhnya ketika Bawono melangkahkan salah satu kakinya. Barata segera mengambil sikap bertahan, dia tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh bawono saat ini. Dia tidak bisa memikirkan cara menyerang yang baik karena dia melihat angin di sekitar tubuh Bawono bergerak dalam kecepatan tinggi dan ini adalah kali pertama dia melihatnya. Tindakan yang bawono lakukan sangat berbeda dengan yang dilakukannya saat pertama kali dia bertemu dengannya.“Pria gila!! Apa waktu itu kau meremehkanku dan tidak menggunakan seluruh kemampuanmu?” tanyanya saat dia mengeluarkan bola api. Dia mencoba untuk mengalihkan perhatina Bawono dari tindakannya.“Meremehkanmu? Tidak. Kau salah mengerti. Aku tidak meremehkanmu. Aku hanya tidak menganggapmu sebagai seseorang yang pantas untuk kunodai!!” seru Bawono sambil menampilkan sebuah senyum yang keji lagi dingin pada Barata.Siapa yang
Pada saat Bawono mengangkat kedua tangannya dan meletakkannya ke dada. Kulitnya mulai berubah warna dan tampak mengeras. Tidak hanya kulitnya saja yang berubah, tapi udara di sekitarnya juga semakin padat dan menguat. Satu demi satu puasaran angin muncul di sekitarnya, dan pusaran itu membuat debu atau bebatuan terbang ke berbagai arah. Angin itu begitu kuat dan memiliki daya hisap yang kuat juga.Barata melihat Bawono dengan cara yang berbeda. Saat ini dia mengerti jika Bawono sudah serius. Aura yang dikeluarkannya benar-benar berbeda dari beberapa saat lalu. Perubahan mendadak ini menangkap kelengahannya. Alhasil, Barata tidak bisa bersiap akan serangan yang tiba-tiba dilepaskan oleh Bawono. Dua buah pusaran angin Bawono tembakkan dan mengarah dengan tepat ke arahnya. Dia berusaha untuk menghindarinya, tapi cepatnya pusaran angin itu bergerak ke arahnya membuatnya tak bisa dihindari dan dia dihantam dengan kuat.“Ugh!!! Pusaran yang sangat kuat. Sekali dihantam
Debu yang menutupi area tempat Bawono dan Barata bertarung mulai menghilang dan perlahan-lahan situasi di tempat itu menjadi jelas. Dua sosok pria yang bertarung dengan segenap kekuatannya berada pada posisi yang sama. Mereka berlutut dan sama-sama terluka. Namun, salah satu dari mereka memiliki luka yang lebih parah dari yang lain.Genangan darah di bawah tubuhnya menjadi sebuah bukti akan kondisinya. Bawono memegangi dadanya dan sekali lagi memuntahkan seteguk darah. Wajahnya memucat dengan keringat yang tak henti menetes dari tubuhnya. Sorot matanya memberikan rasa tak percaya akan apa yang baru saja terjadi. Dalam ingatannya yang masih basah, dia melihat ada serangan lain di balik gelombang kejut yang dihasilkan dari benturan serangan.Serangan itulah yang melukainya, dia benar-benar tidak mengharapkan Barata akan menggunakan serangan kombinasi seperti itu. Saat dia memikirkannya kembali, Bawono menjadi waspada ketika dia menatap Barata yang juga terluka. Namun, di
“Kau sudah kalah Barata, bukan aku!! Lihatlah sekelilingmu. Semua anak buahmu sudah binasa di tangan Sudro. Hahaha … sayang sekali, uhuk!! Meski aku menyukai dan akan menerima tawaranmu. Sayang sekali semua itu tak akan terjadi!!” seru Bawono yang mengusap darah di mulutnya. Dia tidak percaya akan kalah dalam adu kekuatan seperti detik ini. Saat ini, dia hanya bisa melihat Barata yang menghampirinya tanpa menyembunyikan hawa nafsu membunuhnya.Barata berdiri dengan tenangnya ketika dia berada sangat dekat Bawono yang sudah berlutut. Tubuh Bawono begitu menyedihkan dengan darah yang ada di mana-mana. Barata menatapnya dan tatapan itu membuat siapa saja akan merasa kedinginan dan ngeri. Selagi menatapnya dia berkata, “Jangan mengharapkan sesuatu yang semu Bawono. Mereka memang orang-orangku tapi mereka bukan bawahanku yang sebenarnya. Aku baru saja merekrut mereka dan membawa mereka untuk mendapatkan manfaat yang lebih. Jadi … pikirlah dengan jer
Pertempuran melawan Faksi Jalwungan memengaruhi seluruh tempat. Faksi-faksi yang berdiam diri pun juga bertindak setelah mengetahui kejadian ini. Dua faksi lainnya, Faksi Luwinar dan Faksi Sulan, merekamulai menunjukkan tanda-tanda untuk bergerak. Mereka mengumpulkan pasukan. Dengan kekuatan yang mereka miliki, mereka bisa mengumpulkan ratusan orang dalam satu waktu. Mereka berada di satu tempat denghan seorang pemuda berparas tampan sebagai pemimpinnya.Pemuda itu memiliki sebuah senjata berupa pedang dengan bentuk yang cukup unik. Pakaiannya cukup tertutup secara menyeluruh dan hanya menyisakan bagian wajah saja. Bahkan, dia mengenakan sarung tangan. Matanya yang tajam mampu mengintimidasi siapa saja yang menatapnya. Rambutnya cukup panjang hingga menyentuh punggungnya. Penampilannya tidak bisa diabaikan saja karena cukup memikat serta memberi perasaan akrab.“Aku tidak tahu apakah Faksi Jalwungan sudah bergerak atau tidak. Namun, daripada kita menunggu mereka