“Ternyata kau mampu juga, Sudro. Walau penampilanmu tidak begitu meyakinkan, tapi sikap dan kinerjamu membuktikannya. Bagus!” seru Bawono setelah dia melihat perkembangan faksinya, dia melihat ada banyak wajah baru di pasukannya.
“Terima kasih, Tuanku. Hamba hanya memenuhi tugas sekaligus mencoba untuk membayar kepercayaan yang telah Tuan berikan,” jawab Sudro dengan penuh semangat. Kebahagiaan tidak bisa dia sembunyikan dan itu terlihat dari senyum lebarnya. Dia tidak bisa tidak senang, langkah pertamanya berhasil. Dalam beberapa hari belakangan ini, dia mencoba untuk menyerang beberapa kelompok.
Walau dia tidak menyerang semua kelompok yang ada di Hutan Jalungporo, paling tidak sudah separuh dari kekuatan yang ada di Hutan Jalungporo berada di tangannya. Dia tidak dapat menyembunyikan senyumnya dan hal itu tertangkap dalam mata Bawono.
Bawono tak mempermasalahkannya karena dia tidak mengkhawatirkan seseorang dengan ambisi yang besar. Te
Barata yang berada tepat di depan muka Hutan Jalungporo tak melakukan banyak hal selain mengamati tempat tersebut. Dengan sorot mata yang tajam, dia memperhatikan tempat yang terlihat mencurigakan. Beberapa bagian pohon yang tertebang tapi dibiarkan begitu saja tanpa diolah. Dengan adanya hal semacam itu, Barata semakin yakin bila di tempat itu ada sebuah kelompok yang sedang berkembang.Barata tidak beranjak dari posisinya dan terus mengamati semua hal yang ada di depan matanya termasuk jalan keluar jika dia mencoba masuk ke dalam Hutan Jalungporo seperti beberapa waktu lalu. Barata tak sebegitu bodohnya untuk langsung masuk ke dalam hutan meski hanya mengamati tempat itu saja. Dia benar-benar mengamati semuanya dengan teliti termasuk beberapa bagian hutan yang terlihat tidak natural.“Tampaknya mereka melakukan beberapa pekerjaan yang baik dengan membangun beberapa jebakan di bagian muka Hutan. Sungguh tindakan yang cukup langka. Tidak mudah untuk mempersiapkan
Barata membuat mereka semua sadar siapa yang terkuat di tempat itu. Dia juga tak membiarkan mereka lari dari tempat itu. Dengan situasi yang sudah berada dalam kendalinya, Barata menatap mereka semua dan melihat raut wajah mereka yang dipenuhi rasa ngeri. Dia tidak menunjukkan sisi lemahnya saat berhadapan dengan mereka sehingga dia bisa membuat mereka tahu jika mereka bukanlah lawannya.“Kami menyerah!! Jangan bunuh kami!!” teriak salah satu pria yang melemparkan senjatanya ke tanah. Dia tidak lagi memiliki keberanian untuk berhadapan atau melawan Barata.Setelah pria itu menyerah, pria lainnya pun mengikutinya dan hampir semua pria menyerah pada Barata setelah dia menghabisi pemimpinnya. Barata menerima mereka yang menyerah dan membunuh mereka yang melawan dengan melemparkan bola api. Dia tersenyum setelah melihat mereka semua menyerah. Dia sama sekali tak membuat hal menjadi rumit.Melihat mereka menyerah, Barata menerima penyerahan diri mereka, d
Cuaca begitu cerah dengan sinar matahari yang panas dan menyengat hingga membuat kulit terasa terbakar. Barata memimpin pasukannya menghadapi Faksi Kelawar. Dia memberi perintah pada salah seorang pria yang memang memiliki penampilan cukup kurus dan terlihat kurang gizi. Dia memintanya untuk berpura-pura menjadi seorang pengungsi.Situasi di depannya saat ini benar-benar berubah dan dia menembakkan bola api ke arah pria yang berada dekat dengan prajuritnya. Barata menembakkan bola api dengan kekuatan penuh dan mengarahkannya tepat ke kepala pria itu, sehingga saat bola api menghantam kepalanya sontak saja ledakan yang kuat menghancurkan kepalanya dan membuatnya menjadi abu.“Serang!! Jangan sisakan mereka yang melawan. Bunuh siapa saja yang mengangkat senjata dan memberikan perlawanan. Aku tidak ingin melihat kalian mati, jadi pertahankan juga hidup kalian!!” teriak Barata saat memberikan perintah. Dia tidak terlalu menganggap mereka karena mereka bukanlah
Melihat pemuda itu memimpin pasukannya dengan baik dan terus mengatur pasukannya. Barata cukup kagum dengan ketenangannya, entah mengapa dia merasa akan menjadi suatu hal yang buruk jika dia menghabisinya. Sehingga, hal ini membuat dia berpikir untuk menarik pemuda itu ke sisinya. Barata terus memainkan bola apinya dan tidak mengalihkan matanya dari pemuda itu.Setelah mengamatinya, dia mulai bergerak dan segera dia menembakkan bola apinya sambil menunjukkan sebuah senyum kejam. Dia melepaskan auranya dan ledakan tak berbentuk disertai dengan tekanan yang besar menghantam mereka semua. Barata tidak menahannya, dia menarik pedangnya dan berjalan cepat ke arah pemuda itu. Sorot matanya benar-benar membuat siapa saja yang menatapnya akan berjalan mundur atau menjauh tanpa sadar.“Tidak ada yang berbeda dari apa yang biasanya aku lakukan. Kau hanya salah satu dari mereka yang menghalangi jalanku dan perlu untuk aku hilangkan. Jika memang, kau merasa ini bukan akhir d
Syarat yang pemuda itu ajukan tidak jauh berbeda dengan apa yang dia pikirkan sehingga dia menyetujuinya begitu saja. Dari awal dia memang ingin membersihkan semua faksi yang ada di Hutan Jalungporo, tapi tanpa memiliki informasi yang lengkap. Menyerang tempat ini sangatlah buruk dan peluang yang dia miliki juga akan menurun dengan sangat tajam. Jadi, dia mencoba untuk melancarkan serangan dengan cara berbeda seperti pada saat ini.“Tak terlalu buruk. Aku akan melakukannya. Jadi, suruh seluruh anak buahmu untuk meletakkan senjata. Aku tidak ingin ada pertempuran lagi. Satu hal lagi, katakan bagaimana kekuatan mereka?” tanyanya dengan begitu lepas.Dia melihat mereka semua dengan tenang saat para prajurit itu berlutut dan meletakkan senjatanya. Barata melihat mereka sambil mengarahkan pandangan matanya ke sekeliling. Dia tidak bisa tidak waspada dengan sekitarnya. Tempat ini dikuasai oleh lima faksi yang kemungkinan mereka memiliki lebih dari s
Tidak butuh waktu lama untuk mereka sampai di depan markas Faksi Mardin. Dengan bantuan dari pemuda itu, Barata bisa mencapai tempat ini dengan mudah. Faksi Mardin terletak di antara pohon yang lebat serta ditutupi semak-semak yang tinggi dan merambat di pohon. Pertama kali melihat tempat macam ini pastilah hanya akan dilewati saja. Namun, di dalam sana ada sebuah pemukiman kecil yang memang dibangun laksana sebuah benteng.“Itu markas mereka, aku tidak menyarankanmu untuk menyerang mereka langsung. Mereka memiliki pertahanan yang jauh lebih baik dari yang kami miliki. Kau sendiri sudah melihat menara pengawas yang kami miliki bukan? Mereka memiliki bangunan serupa tapi jauh lebih baik dan juga mereka memiliki pemanah yang handal. Aku pernah melihat beberapa dari mereka, sehingga aku bisa mengatakan ini.” Pemuda itu tampak lebih memperhatilkan sesuatu dengan lebih detail dari kebanyakan orang.“Begitukah? Maka bagus kalua kau melihatnya. Pemanah bisa
“Tuan, apa kita benar-benar akan menyerang Faksi Mardin terlebih dahulu? Mereka salah satu faksi terlemah yang seharusnya tidak perlu kita khawatirkan.” Salah seorang prajurit bertanya pada Sudro karena dia heran dengan langkah yang diambil oleh Sudro yang memilih untuk menyerang Faksi Mardin yang notabene salah satu faksi yang lemah.Sudro yang memimpin pasukan tidak terlalu khawatir akan pertanyaan yang diajukan itu karena dia benar-benar tidak berpikir bila keputusannya salah. Sudro mengerti betul cara yang dia ambil ini cukup berbeda dari yang terbaik. Yang lemah bisa menjadi lawan mudah yang tidak perlu diperhatikan betul-betul selama ada musuh yang jauh lebih kuat dan fokusnya haruslah melawan sisi kuat terlebih dahulu dengan begitu menghapus yang lemah tidak akan menjadi masalah. Namun, saat dia memikirkan hal itu, tiba-tiba saja dia mendapatkan sebuah pemahaman lain.“Tidak ada yang salah dengan langkah ini karena mereka yang lemah akan menjad
Barata bertatap-tatapan dengan Bawono. Tekanan tak berbentuk tiba-tiba menghantam tubuhnya ketika Bawono melangkahkan salah satu kakinya. Barata segera mengambil sikap bertahan, dia tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh bawono saat ini. Dia tidak bisa memikirkan cara menyerang yang baik karena dia melihat angin di sekitar tubuh Bawono bergerak dalam kecepatan tinggi dan ini adalah kali pertama dia melihatnya. Tindakan yang bawono lakukan sangat berbeda dengan yang dilakukannya saat pertama kali dia bertemu dengannya.“Pria gila!! Apa waktu itu kau meremehkanku dan tidak menggunakan seluruh kemampuanmu?” tanyanya saat dia mengeluarkan bola api. Dia mencoba untuk mengalihkan perhatina Bawono dari tindakannya.“Meremehkanmu? Tidak. Kau salah mengerti. Aku tidak meremehkanmu. Aku hanya tidak menganggapmu sebagai seseorang yang pantas untuk kunodai!!” seru Bawono sambil menampilkan sebuah senyum yang keji lagi dingin pada Barata.Siapa yang