Sudro bukan hanya pria yang licik, tapi dia juga seseorang yang tidak bisa dipandang sebagai pribadi baik. Sudah berapa banyak kekacauan yang dia ciptakan di masa lalu. Dia juga salah satu sosok yang tidak dapat dilihat sekali saja. Diperlukan pengamatan yang lama untuk melihat jati dirinya, walaupun dia sudah menunjukkan segala yang dia miliki.
Namun, untuk Bawono sendiri, dia melihat Sudro sebagai pribadi yang menyenangkan. Segala urusan yang dia miliki sudah ditangani olehnya. Bawono melihat kinerja yang dimiliki oleh Sudro sejak awal, dan melihatnya menunjukkan perkembangan yang baik. Bawono merasa jika dia benar-benar sosok yang bisa diandalkan.
“Kewenanganku berada di tanganmu, Sudro. Kau dapat menggunakan namaku untuk memperluas kekuasaan dan kekuatan yang ada. Kau juga akan memerintah mereka atas namaku. Jangan ragu dalam bergerak atau bertindak. Jika memang kau harus kejam, maka gunakan kekejaman tertinggi yang bisa kau lakukan!!” seru Bawono pada
Ketika Barata melewati sebuah area lapang dengan luas yang cukup kecil, dia melihat ada sekelompok orang yang berpatroli dan berjaga-jaga. Sewaktu dia melihat mereka, Barata segera memerintahkan seluruh pasukannya untuk diam di tempat. Dia sama sekali tidak bisa menunjukkan dirinya atau mereka akan bersikap waspada bahkan menyerangnya.“Kenapa kita berhenti, Tuan? Mereka bukan ancaman untuk kita,” ujar Supono yang terkejut dengan sikap Barata.Mendengar salah satu bawahannya bertanya sekaligus menanyakan keputusannya, Barata sedikit mengernyitkan dahinya. Bukan karena pertanyaannya melainkan ketidaktahuan Supono pada masalah yang bisa muncul akibat tindakan gegabah itu.“DIAMLAH SUPONO!! Tuan sedang mengamati mereka. Jangan mengganggunya, biarkan Tuan mengambil keputusan dengan tenang,” seru Surip yang mendengar pertanyaan yang Supono ajukan pada Barata.Percakapan mereka Barata dengar dengan jelas. Namun, dia tidak mau menjawab at
Pada waktu mereka keluar dari tempatnya, Barata melihat mereka memiliki aura yang berbeda-beda. Meski, mereka menyembunyikannya dengan baik, Barata masih bisa melihatnya. Apalagi, dengan cara mereka menggunakan senjata serta sikap mereka. Barata sangat yakin jika mereka merupakan sosok yang tidak bisa dianggap sebelah mata.“Semakin aku perhatikan mereka, semakin aku merasa tertarik. Terutama pada pria itu, dia memiliki suatu daya tarik tersendiri dan dia juga sudah mengeluarkan aura yang tidak biasa,” ucap Barata pada bawahannya yang sedang memperhatikan semua prajurit itu.“Kisanak!! Apa yang telah kau lakukan benar-benar memberikan ancaman pada kami. Sebelum aku membunuhmu, katakan padaku mengapa kau melakukan serangan ini?” tanya pria yang terlihat memiliki wibawa terutama dengan kumis dan janggut rapinya itu.“Tujuanku? Kau ingin mengetahuinya? Mudah saja, aku ingin kalian semua menyerah padaku!!! Selama kalian menyerah, aku ti
Seluruh medan pertempuran terdiam seketika setelah Barata berteriak apalagi suaranya dipenuhi dengan niat membunuh yang kuat. Seketika jua mereka menatap ke arah Barata dan saat itu jua mereka menyaksikan ketua mereka terbunuh dengan cara yang mengerikan di mana tubuhnya terpotong dan tersayat-sayat.“Kami menyerah, jangan bunuh kami,” ucap salah seorang prajurit yang menjatuhkan senjatanya, lalu diikuti oleh yang lainnya.“Ampuni kami, Tuan.”“Tolong luangkan hidup kami, Tuan.”Banyak prajurit yang menyerah setelah melihat kematian ketua mereka. Tapi, ada jua prajurit yang menentang. Mereka yang memilih untuk menyerah, Barata luangkan hidupnya sedang bagi mereka yang masih menunjukkan perlawanan. Dia benar-benar tak menunjukkan sedikitpun ampunan pada mereka dan dia memberikan perintah untuk membantai mereka.Dia segera masuk ke dalam wilayah perlindungan dan begitu dia masuk melewati pintu itu. Barata melihat a
Tiga hari setelahnya, Barata berada di dalam gua tempat di mana dia bersemedi. Dia berada dalam posisi yang berbeda dari beberapa waktu yang lalu karena saat ini dia telah menjadi pemimpin dari ratusan orang. Lembah Kehidupan sendiri telah berubah sepenuhnya semenjak kedatangan orang-orang dari beberapa tempat. Selain dari mereka yang Barata bawa, ada pengungsi yang juga turut datang ke Lembah Kehidupan.Bowo yang menerima mereka juga menyaring bakat-bakat yang ada, meski bakat yang dia saring lebih mengarah ke pemerintahan daripada militer. Ada banyak pandai besi, tukang kayu, juru tulis atau orang terpelajar, pejabat juga ada di antara mereka meski para pejabat ini masih pada tingkat terendah. Namun, keberadaan mereka menjadi angin segar untuk Paviliun Lembah Kehidupan.Sedang bakat militer juga digali dari mereka, dan sosok yang berjasa dalam pemilihan ini ialah Sopo Barungan serta dua prajurit berpengalaman yang telah berubah menjadi seorang instruktur prajurit. Ba
Tidak mudah bagi Barata untuk meninggalkan tempat yang saat ini berada dalam pengembangan. Jalur yang saat ini tengah dilalui oleh bawahannya sudah tepat, dan dia ingin melihat perkembangannya dengan kedua matanya. Jarang untuk dirinya bisa melihat perubahan pada kelompoknya. Semakin dia memperhatikan perkembangan yang terjadi di sekitarnya, dia makin tak kuasa untuk menyaksikan perubahan yang akan terjadi.Barata tahu bila kesempatan yang dia tunggu-tunggu ini tidak akan datang karena dia harus meninggalkan tempat ini. Bahaya yang ada di sekitarnya sudah tidak lagi bisa dia abaikan. Masalah yang tertinggal di Kadipaten Swangiri menjadi sebuah hal yang sangat tidak menyenangkan. Dia tahu jika tempat itu akan menjadi sebuah tempat yang tak lagi bisa disebut sebagai tempat yang layak untuk ditinggali manusia.Barata harus segera mengubah pandangannya dan tidak lagi bisa membiarkannya ada. Salah satu hal yang ada di tempat itu pasti menjadi sebuah hal yang menyeramkan. Be
Makhluk dengan punggung berduri itu memberikan perasaan berbahaya dan mengancam. Barata dipenuhi dengan ledakan emosi buruk saat melihatnya, dia tidak mengerti mengapa dia bias merasakan hal ini padahal dia hanya memperhatikan gerak-geriknya. Awalnya, dia hanya memperhatikannya saja, tapi lambat laun muncul perasaan berbahaya pada dirinya saat dia melihat makhluk itu.Setelah menghabisi belasan Zombie Monar serta Zombie Kabewo, Barata mengarahkan pandangannya pada makhluk tersebut. Teknik {Ilusi Lingkungan} yang dia gunakan memberikan bantuan besar padanya saat dia bergerak menuju kea rah makhluk tersebut. Langkahnya lebih cepat dari angin dan dia juga menggunakan teknik lainnya demi memberikan serangan yang maksimal serta mengancam.Perasaan yang dilepaskan oleh makhluk itu benar-benar berbahaya dan membuat Barata tak kuasa menahan diri untuk menggunakan segala daya yang dia miliki demi bisa menghadapinya. Meski jarak mereka terpaut cukup jauh, Barata tetap merasakan
Daya tahan yang Zombie Durma miliki tidak bisa dianggap sebelah mata meski tidak sekuat Zombie Monar. Barata cukup mengerti dengan hal tersebut sehingga dia menggunakan semua tekniknya demi menghapus pertahananyang dimiliki oleh zombie tersebut.“Sekuat apapun pertahanan yang kau miliki, tidak mungkin itu tidak bisa kupatahkan. Selama aku melepaskan serangan tanpa henti aku yakin kau akan hancur jua. Jadi, binasalah!!”seru Barata ketika dia menghentakkan satu kakinya ke tanah sebagai sebuah dorongan yang memungkinkan dirinya beranjak dari posisinya dengan kecepatan yang tinggi.Barata mengabaikan zombie lainnya dan fokus untuk menghabisi Zombie Durma yang memiliki kemampuan dalam mengendalikan zombie. Dia tidak bisa membiarkannya tetap ada atau seluruh zombie di area ini akan bergabung bersama dengannya.“Roarrr!!” “Grooaaarr!!”Teriakan itu kembali muncul saat Barata menyerangnya. Barata sudahmengharapkan hal ini, sehi
Zombie yang mengepungnya tak menjadi masalah. Meski jumlah mereka sangatlah banyak, kekuatan mereka tidak terlalu mengancam ketimbang Zombie Durma yang baru saja dia habisi. Kekhawatiran pasti ada saat dia melihat mereka. Namun, rasa khawatir itu tak membuat dia merasa buruk atau tak bersemangat.Dengan adanya mereka, Barata merasa seperti mendapatkan sebuah kesempatan untuk meningkatkan kekuatannya. Dia benar-benar melihat ada sebuah peluang bagi dirinya bertambah kuat dan meloloskan diri dari bahaya ini. Memang mereka berjumlah ratusan dan mendekati ribuan, tapi mereka hanya sekumpulan semut di mata Barata.“Sejak kalian kehilangan Zombie Durma, kalian tak akan menjadi masalah besar untukku,” ucapnya saat dia bergegas menerjang badai amukan zombie yang taka da habisnya.Di tempat lain, Sopo Barungan, Surip, Supono, dan Walujeng memimpin 100 pejuang dan bergegas membersihkan segala ancaman yang ada di sekitar Lembah Kehidupan. Barat, Timur, dan utar