Ledakan energi yang terjadi beberapa saat lalu begitu kuat. Barata yang sudah menguras seluruh kekuatannya pun segera mendekati Anta Sukmajang yang terbujur tak berdaya di tanah. Langkahnya stabil saat mendekatinya walau pandangannya terkadang tidak jelas.
Begitu ia melihat Anta Sukmajang dari dekat. Pemandangan yang menyedihkan ia lihat, Anta Sukmajang dipenuhi dengan darah dan luka di tubuhnya menganga hingga memperlihatkan dagingnya. Barata meletakkan tangannya ke hidung Anta Sukmajang untuk memeriksanya. Dia ingin memastikan jika Anta Sukmajang benar-benar tewas.
“Apakah semudah ini? Ugh-“ Barata tidak merasakan hembusan udara dari hidung pria itu. Saat dia merasakannya, sontak dia merasa ini terlalu mudah. Dia tidak mengharapkan situasi akan berakhir seperti ini. Walaupun dia juga terluka dari pertarungan itu. Dia merasa pertarungan ini tidak begitu mengancam nyawanya dan tampak begitu mudah.
“Inilah alasanku tak begitu suka berbicara deng
Tawarannya benar-benar tidak bisa diterima. Salangporo melihat situasi di depannya sungguh tidak menguntungkan dan dia tahu jika Anta Sukmajang tidak lagi bernafas. Hal itu terbukti dengan keberadaan Barata yang terluka.Salangporo tidak bisa menerima keadaan ini. Selain itu, jika dia menerima tawaran Barata maka dia hanya akan mengkhianati kepercayaan yang telah diberikan oleh Keluarga Anta termasuk dengan Anta Sukmajang yang memberinya kepercayaan besar.“Aku tidak bisa menerima tawaranmu, Barata. Tidak ada yang bisa mendapatkan kepercayaanku, bahkan dirimu.kau memang keturunan Anta, tapi kau juga yang mengakhiri keluarga itu sampai pada keturunan terakhir. Darah Anta memang ada di dalam dirimu, Barata. Hanya saja, aku tak akan berada di bawahmu!!” Salangporo menunjukkan senyum yang merendahkan dirinya dan dia juga mengangkat senjatanya.Barata mendengarnya dengan senyum dingin. Ia mengerti betul jika Salangporo tidak akan menerima tawarannya. Hal
Jauh dari hiruk pikuk pertempuran di sisi selatan. Seorang pemuda dengan tubuh yang terlihat seperti pahatan pematung memimpin sekelompok Kontraktor beserta dengan para Kontraktor. Dia yang belum lama ini menaklukkan Kota Bakung, dan kota-kota sekitarnya sedang menghadapi masalah besar.Sebelumnya, dia sudah yang memiliki Pusaka Ilahi dan memanfaatkannya untuk menyokongnya dalam penaklukkan kota-kota itu. Awalnya, dia enggan melakukan hal tersebut. Namun, setelah salah seorang Kultivator memberitahunya untuk membangun sebuah kekuasaan dan menjelaskan padanya tujuan dari pembentukan itu, barulah dia mengikutinya.“Monster tingkat Bencana baru-baru ini lebih aktif, Tuan. Mereka memimpin monster lainnya dan menghancurkan berbagai kota di berbagai tempat. Para pengungsi yang mampu sampai tempat ini menceritakan semuanya, dan memberitahuku seberapa mengerikannya monster-monster itu.” Pria paruh baya membungkuk sambil menceritakan apa yang dia dengar dari para pe
Tubuhnya terkulai lemas dan terjebak di dalam cengkeraman tangan Barata. Nafas yang tak beraturan, pandangan mata yang kabur, dan darah yang tak berhenti-henti menetes keluar dari tubuhnya. Salangporo kehabisan kekuatan dan tidak bisa menghentikan dominasi Barata akan dirinya. Dalam pertarungannya itu, dia menyaksikan kekuatan yang begitu merusak pikirannya dan membuat dia tak bisa berbuat apa-apa.“Sebenarnya aku tidak ingin membunuhmu, Salangporo. Kau tahu betul seberapa besar perbedaan kekuatan kita. Namun, kau terus memaksakan diri dan menghadapiku. Ini bukan hanya terjadi satu atau dua kali. Mengampunimu merupakan satu hal yang ingin aku lakukan. Sayangnya, pantaskah kau menerima pengampunan ku?” Barata mengeluarkan api di tangan kanannya saat tangan kirinya mencengkeram kepala Salangporo.Barata memberikan senyum penuh pengertian saat tatapan matanya menyapu para prajurit. Mereka yang memiliki semangat untuk berjuang pun tak berani mengalami tindakan.
Setelah Barata menyelesaikan urusannya dengan Salangporo. Dia kembali dan dalam perjalanannya ia menggunakan Pusaka Cincin Kehidupan yang ia dapatkan. Pusaka Ilahi itu coba ia pakai dan saat ia memakainya. Sebuah tekanan yang teramat besar mengguncang tubuhnya dan membuat Ruang Jiwanya bergetar.Dia tak bisa bergerak saat tekanan itu muncul. Barata terdiam mematung. Tatapan matanya tak berubah hanya saja ada fluktuasi pada auranya. Dia tak pernah mengalami kejadian seperti ini. Energi masuk ke dalam tubuhnya dan meluap-luap. Tidak hanya itu, dia juga mendapati tubuhnya sulit untuk digerakkan. Pengalaman itu terjadi untuk waktu yang tak sebentar. Ia tersentak diam lagi sesaat setelah dia mencoba untuk bergerak.“Sial! Sebenarnya apa yang terjadi pada tubuhku? Kenapa aku tidak bisa bergerak dan hanya terpaku diam di sini? Apalagi, rasa tak nyaman apa ini?” Mengesalkan memang untuk merasakan sesuatu yang tak biasa di tubuh dan tak mengetahui apa
Ken Bamang memiliki penampilan yang berbeda setelah beberapa hari melalui siksaan yang tak terbayangkan. Ia kehilangan banyak prajurit ketika memasuki Pilar Ilahi.Tak dia bayangkan situasi akan berakhir sampai seburuk itu. Bukan hanya para penjaga Pilar Ilahi saja yang harus dia hadapi, melainkan monster yang mendiami sekitar lokasi Pilar Ilahi turut menjadi masalah.Meski begitu, di sangat puas dengan hasilnya. Ia kembali dengan berbagai rencana dalam pikirannya. Selain itu, saat dia mendapatkannya, ia juga mendengar beberapa hal yang tidak menyenangkan.Ancaman itu datang di waktu yang tidak tepat. Namun, hal itu tak memengaruhi rencananya dan dia tetap tenang walau tahu risikonya. Dia akan memperluas kekuasaannya.Berbeda dengan Ken Bamang yang dipenuhi dengan energi, Barata berada dalam kondisi yang tak menyenangkan. Dia harus berurusan dengan Pusaka Ilahi yang baru saja dia dapatkan.Dia mempelajarinya sekaligus mencoba untuk mengendalikannya
Beberapa hari kemudian, Barata memutuskan untuk meninggalkan kota setelah seluruh penduduk selesai dievakuasi. Dia membawa sebagian pasukan dan tentu saja dia membiarkan para Kontraktor baru untuk kembali ke Lembah Kehidupan. Kali ini, dia mencoba untuk pergi ke Pusat Kerajaan.Mungkin dia tak akan menemukan apapun di sana, tapi rasa penasarannya terus menghantuinya selama beberapa hari terakhir. Dia tak pernah bisa melepaskan perasaan itu dan terus diganggu olehnya. Dia tak memedulikan kelompok-kelompok yang ada di sekitar.Fokusnya jelas, apalagi setelah dia mengalami insiden yang aneh itu. Keinginannya untuk mengumpulkan 7 Pusaka Ilahi semakin menguat seiring berjalannya waktu. Sedangkan, untuk membangun kembali peradaban yang terkikis. Dia menyerahkannya pada bawahannya.“Pusaka Ilahi, sebenarnya kau ini apa? Kenapa kau bisa muncul dan alasan apa yang membuatmu menjadi begitu penting? Mungkinkah, ini berkaitan dengan pencipta dunia? Dewa? Langit? Apa k
Setelah menunggu cukup lama, akhirnya Ken Bamang keluar dari ruangannya. Dengan wajah yang tampak lelah dan kesal, ia menemui mereka. Ia mendengarkan seluruh laporan yang mereka bawa dengan tenang.“Jadi, ada monster tingkat bencana di rawa itu? Seluruh kelompok yang dikirim ke sana musnah seutuhnya termasuk para Kontraktor yang mengikuti mereka? Apa itu benar-benar monster tingkat bencana atau di atasnya? Aku tahu, para Kontraktor yang aku sertakan dalam kelompok itu memiliki kemampuan untuk mempertahankan diri saat berhadapan dengan monster setingkat itu.”Pria yang melaporkannya memiliki keringat di dahinya. Tubuhnya sedikit membungkuk dan terus menurun meski tak ada tekanan yang menindasnya. Dia menurunkan suaranya saat berkata, “Maaf, Tuanku. Apa yang kami dengar seperti itu. Hanya ada beberapa orang yang selamat tapi pada akhirnya mereka tewas juga, Tuan. Karena itulah aku hanya bisa mengatakan bila monster itu berada pada tingkatan bencana.&rdq
Begitu kelompok Kontraktor terbaiknya kembali, Ken Bamang segera memimpin mereka menuju ke rawa. Dia tak membiarkan masalah itu terlalu lama dan berlarut-larut. Bukan hanya itu masalah yang menghantui wilayahnya, Ken Bamang telah menerima laporan dari kelompok-kelompok yang telah ia sebar dan dalam beberapa hari ini dia mengolah setiap informasi tersebut.“Kali ini kita akan pergi menuju ke rawa yang berada di dekat sebuah hutan kecil. Entah bagaimana awalnya, saat ini tempat itu telah menjadi zona mematikan dan tak ada penduduk kita yang mendekati tempat itu. Ancamannya terlalu tinggi, beberapa kelompok musnah saat mencoba menyelesaikannya. Sekarang, aku akan memimpin kalian untuk menumpasnya!”Ken Bamang memberitahu kontraktor terpercayanya tentang tindakan yang akan mereka lakukan. Kehadiran monster tingkat bencana telah menjadi masalah yang membuatnya pusing. Tak diragukan lagi, Ken Bamang tidak memiliki keinginan selain membersihkan monster tersebut.