Share

Bab 4

Selina menunduk dan melihat seorang gadis kecil yang berkulit putih dan imut sedang memeluk erat kakinya.

Gadis kecil itu mengenakan gaun putih dengan mata besar yang berkedip-kedip, terlihat sangat menggemaskan, seperti putri dari keluarga kaya.

“Ibu … “

Belum sempat Selina berbicara, gadis kecil itu memanggilnya dengan suara manja.

“Apa?”

Vina terkejut dan berseru, “Selina, sejak kapan kamu punya anak perempuan?”

Selina melirik Vina dengan tajam, lalu berjongkok dan menatap gadis kecil itu dengan lembut, bertanya, “Sayang, kamu terpisah dengan orang tuamu ya? Kamu salah orang ya, aku bukan ibumu.”

“Kamu adalah ibuku! Wanita cantik di foto pernikahan ayahku itu kamu! Ibu, kamu nggak suka denganku, ya? Aku janji akan menjadi anak yang baik, tolong jangan tinggalkanku.”

Gadis kecil itu memeluk kaki Selina semakin erat, takut jika ibunya yang baru saja dia temukan akan pergi.

Selina merasa lucu sekaligus kasihan mendengarnya.

Mungkin … anak ini tidak punya ibu, sehingga mengira siapa pun yang dia lihat adalah ibunya.

Selina melihat sekeliling, tetapi tidak menemukan siapa pun yang mungkin keluarganya. Sepertinya anak ini benar-benar tersesat.

“Sayang, kamu tahu nomor telepon keluargamu? Aku bisa menelepon mereka untuk menjemputmu.”

Mata besar Stella berputar-putar. Jika dia memberikan nomor telepon ayahnya, dirinya pasti akan dikirim kembali ke rumah dan itu berarti dirinya tidak bisa melihat ibunya lagi.

Stella cemberut dan tidak mau, dia baru saja menemukan ibunya.

“Aku nggak tahu nomor telepon ayahku,” jawabnya dengan mulut berkerucut dan hampir menangis.

“Jangan menangis sayang.”

Melihat gadis kecil itu hampir menangis, hati Selina terasa sakit. Entah kenapa, melihat anak kecil sedih membuat hatinya ikut bergejolak.

Mungkin karena dirinya juga seorang ibu, jadi naluri keibuannya muncul.

“Tante akan bawa kamu pulang dulu, bagaimana?”

Akhir-akhir ini, situasi di Kota Rom tidak aman. Sering terjadi kasus penculikan anak. Jika meninggalkan gadis kecil di sini, bisa jadi dia akan dalam bahaya.

Stella mengangguk kuat dan menjawab, “Iya, aku suka bersama dengan ibu. Ibu, mau gendong.”

Stella berbicara dengan suara lembut, lalu membuka kedua tangannya, minta digendong.

Meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak, Steven dan Stegen selalu mandiri dan tidak pernah manja. Sekarang, gadis kecil ini benar-benar meluluhkan hatinya.

“Iya, gendong.”

Selina menunduk dan menggendong gadis kecil itu ke dalam pelukannya.

“Ibu sangat wangi, nggak seperti tante jahat itu. Dia selalu pakai parfum yang banyak,” ujar Stella sambil cemberut, kemudian dengan senang hati merapatkan diri ke dalam pelukan Selina.

Selina terdiam, lalu menepuk punggung gadis kecil itu dengan lembut, sepertinya anak ini mengalami banyak penderitaan.

Namun, meskipun begitu, dirinya tetap harus mengembalikan gadis kecil ini pada keluarganya.

“Selina, coba lihat, aku merasa anak ini benar-benar mirip denganmu.”

Vina melihat sahabatnya yang menggendong gadis kecil itu, terlihat seperti ibu dan anak sungguhan.

“Tante cantik, ini adalah ibuku, aku nggak berbohong.”

Stella memiringkan kepalanya dan mengerucutkan bibirnya.

Gadis kecil ini sama sekali tidak takut pada orang asing dan sangat menggemaskan.

Vina mendengarnya dan langsung tertawa, menjawab, “Sayang, mulutmu manis sekali. Bolehkan tante menggendongmu sebentar?”

“Nggak mau,” tolak Stella dan langsung memeluk erat leher Selina, lalu melanjutkan, “Stella baru saja menemukan ibu, aku mau dekat dengan ibu, nggak mau digendong orang lain.”

Vina ingin menggendongnya, tapi gagal.

Melihat gadis kecil ini hampir menangis, Selina segera menepuk punggungnya, menenangkan dengan lembut, “Iya iya, aku yang menggendongmu, orang lain nggak boleh menggendongmu.”

Selina memberi isyarat pada Vina dan berkata pelan, “Vina, hubungi polisi dulu, nanti kita serahkan gadis kecil ini pada mereka. Untuk sementara … kita bawa pulang dulu.”

Telinga Stella tajam. Begitu mendengar kata polisi, dia langsung menangis.

Tangisannya begitu menyayat hati, membuat siapa pun merasa iba.

“Ibu nggak mau Stella lagi. Ibu mau mengirim Stella ke kantor polisi. Huhu … Stella anak paling malang di dunia. Mereka bilang Stella adalah anak liar yang nggak diinginkan. Ternyata memang benar begitu, huhu … “

Gadis kecil itu menangis dengan tersedu, tidak seperti anak-anak biasanya yang begitu berisik. Justru tangisannya membuat orang merasa sangat kasihan.

Selina yang tadinya memang menyukai anak perempuan dan melihat gadis kecil ini menangis seperti ini membuat hatinya melemah. Sudah berapa banyak penderitaan yang dialami anak ini … sampai-sampai disebut anak liar yang tak diinginkan.

Ah … mungkin ada masalah di keluarganya. Jika tidak, dia tidak akan memanggilnya ibu pada pertemuan pertama. Mungkin dia salah mengenali karena wajahnya mirip dengan ibunya. Sebenarnya, Selina ingin menjelaskannya, tetapi tidak tega, sehingga dia hanya berkata, “Jangan menangis sayang. Aku janji nggak akan menelepon polisi. Sebelum keluargamu menemukanmu, kamu bisa tinggal di rumah tante dulu, bagaimana?”

“Bukan tante, tapi ibu,” ujar Stella dengan terisak sambil mengusap air matanya.

“Iya iya.”

Selina pasrah.

Untuk menenangkan gadis kecil itu, Selina hanya bisa mengajaknya naik ke mobil.

“Selina sayang, kenapa kalian lama sekali? Jangan-jangan bertemu dengan orang jahat?”

Steven dan Stegen sedang bermain laptop, begitu mendengar pintu terbuka, Steven perlahan menutup situs web berbahasa inggris. Ketika mereka mengangkat kepala, kedua kembar itu langsung melihat ada seorang gadis kecil.

“Bukankah ini … “

Stegen membelalakan matanya, langsung mengenali bahwa ini adalah gadis kecil yang ada di pelukan ayah mereka tadi.

Anak yang dilahirkan dari wanita lain!

Namun sebelum Stegen berbicara, Steven segera menarik tangannya. Sebagai saudara kembar, mereka punya insting dan Stegen segera menutup mulutnya.

“Selina sayang, siapa ini?” tanya Steven dengan bingung dan berpura-pura tenang.

“Ibu kalian diam-diam melahirkan seorang adik perempuan untuk kalian, bagaimana?” ujar Vina sengaja menggoda kedua bocah itu.

Stegen mengangkat alisnya dengan serius dan menjawab, “Selama beberapa tahun ini, ibu selalu tidur di studio desain, bahkan nggak pernah berinteraksi dengan pria mana pun. Bagaimana caranya punya adik perempuan?”

Sudut bibir Selina berkedut, rasanya menusuk hati.

Pertanyaannya, bagaimana bisa anaknya begitu pintar?

Untuk menghindari ucapan lain yang lebih menyakitkan hati, Selina segera menjelaskan, “Ini gadis kecil yang ditemukan di depan minimarket. Dia terpisah dengan orang tuanya, sementara tinggal di rumah kita.”

“Oh.”

“Kakak, kalian berdua tampan sekali, seperti tokoh di dalam komik.”

Entah kenapa, Stella merasa sangat dekat dengan kedua kakak ini, ingin sekali berbicara dengan mereka.

Namun, sepertinya kedua kakaknya agak dingin.

Stegen mendengus, “Dasar gadis bodoh yang nggak pernah lihat dunia luar.”

Stella cemberut, merasa sedikit terluka.

Selina melirik putranya dengan tajam dan menegurnya, “Jangan menakuti Stella. Aku akan duduk di kursi depan, kalian berdua jangan buat masalah di belakang.”

Karena lahir beberapa menit lebih dulu, sifat Steven lebih dewasa. Melihat gadis kecil itu duduk di kursi depan bersama ibunya, matanya memancarkan kilatan gelap.

Hehe … dasar pria brengsek! Bersiaplah menerima balasan dariku.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status