Hanya ada satu Keluarga Taslim di Kota RomDan itu adalah mantan suaminya yang pernah dirinya jebak dulu!Siapa sangka bisa begitu kebetulan, dirinya datang hari ini untuk memeriksa pasien dan Samuel juga ada di sini.Selina mulai merasa ingin pergi.“Dokter Sunny, kami ada di kamar 888. Kalau sudah tiba, aku akan turun untuk menjemputmu.”Ponselnya berbunyi dan itu pesan dari Pak Billy.Selina mengatupkan bibirnya. Karena sudah sampai, dia memutuskan untuk tetap melanjutkan saja. Bagaimanapun, rumah sakit ini sangat besar, seharusnya tidak mungkin bertemu dengan Samuel.“Permisi, bisa tunjukkan jalan ke kamar 888? Tanya Selina dengan sopan pada perawat.Perawat yang sedang sibuk langsung mengangkat kepalanya saat mendengar nomor kamar 888. Wajahnya tampak terkejut saat melihat wanita cantik di depannya. “Kamu … mau ke kamar 888?”“Benar, aku sudah berbicara dengan direktur rumah sakit sebelum datang,” ujar Selina sambil tersenyum lembut.Perawat itu semakin terkejut. Siapa yang bisa b
Selina berdeham pelan, lalu menjawab, “Ada sedikit masalah, aku memutuskan untuk nggak mengambil tugas ini.”Stegen mengernyit dengan bingung dan bertanya, “Bukankah paman itu bilang akan kasih bayaran tiga kali lipat? Kenapa nggak jadi?”Mereka tahu betul bahwa Selina adalah pecinta uang. Jadi, bagaimana mungkin menolak pekerjaan senilai ratusan miliar?“Ibu terlalu lelah, boleh kan kalau ibu mau istirahat? Kalian memang nggak punya hati nurani … kalian nggak tahu ibu sangat lelah setelah melakukan operasi? Sama sekali nggak mempedulikanku.”Selina memasang pose pura-pura marah dengan kedua tangan di pinggangnya, lalu menolehkan kepalanya.Steven dan Stegen mendekat, masing-masing menggenggam lengan ibunya dan berkata, “Selina sayang, jangan marah. Nggak perlu ambil uang itu, kita berdua bisa menghidupimu.”Vina yang melihat semua ini dari samping, hampir saja menangis karena iri.“Iya iya, kalian jangan membuatku tambah cemburu. Aku jadi ingin segera mencari pria dan melahirkan beber
Ketiganya meringkuk di satu ranjang dengan lampu kecil yang redup di sisi ranjang, menciptakan suasana yang sangat hangat dan nyaman.Karena kesibukannya, Selina jarang menghabiskan waktu bersama kedua anaknya, tetapi dia mencurahkan seluruh kasih sayangnya untuk mereka.Tak ada pilihan lain, dirinya harus bekerja keras untuk menghidupi keluarga. Jika bukan karena bantuan dari Vina, akan sangat sulit baginya untuk membesarkan kedua bocah ini.Untungnya, semua itu sudah berlalu.Selina memiliki bakat luar biasa dalam menceritakan cerita seram, yang selalu membuat Steven dan Stegen cepat tertidur.Selina tersenyum tipis dan berkata, “Dasar tukang tidur.”“Maafkan ibu, nggak memberikan keluarga yang utuh untuk kalian. Ibu … bahkan nggak bisa memberitahu siapa ayah kalian.” Selina menatap wajah tampan kedua putranya sambil tersenyum getir, melanjutkan, “Kalian sangat mirip dengannya. Kalau kalian bertemu dengannya, dia pasti akan menyadarinya. Maafkan ibu atas keegoisan ini.”Selina mengus
“Lebih baik dibatalkan dulu, tunggu sampai Stegen benar-benar sembuh, baru kita rencanakan lagi.”Untuk saat ini, memang itu yang terbaik.Vina mengangguk, menghela napas, lalu menurunkan suaranya, berusaha agar Stegen tidak mendengarnya, “Tenang saja Selina, aku pasti akan menangani masalah ini dengan baik. Aku nggak akan membiarkan kalian bertemu dengan pria itu.”Selina tersenyum nakal dan menjawab, “Jangan merasa bersalah, aku dan kedua anakku hidup bergantung padamu, Vina. Ini hanya masalah kecil saja, lagipula kamu juga berniat baik. Stegen nggak akan menyalahkan ibu angkat kesayangannya.”Vina menarik napas dalam, merasa cemas karena kondisi Stegen sama seperti yang dirasakan Selina.…Steven baru saja keluar dari kamar perawatan dan berencana mencari rekam medis Stegen. Tiba-tiba, dia melihat seorang pria bertubuh tinggi di kejauhan sedang menelepon. Seketika, tubuh kecilnya membeku, tidak bisa bergerak. Saat bertemu lagi, Steven mengepalkan tinju kecilnya dengan kuat dan menat
Putrinya yang manis belum pernah menangis sekeras ini sebelumnya. Samuel membungkuk dan memeluk gadis kecil itu, lalu menenangkannya, “Stella sayang, jangan menangis lagi.”“Aku nggak mau … “ Stella mengayunkan tinju kecilnya yang berwarna merah muda, suaranya yang lembut masih terdengar serak karena menangis, “Stella kangen dengan ibu, pelukan ibu sangat hangat, nggak seperti pelukan ayah. Anak-anak lain punya ibu, Stella juga mau.”“Stella, aku adalah ibumu. Mulai sekarang, biar aku yang menjagamu, ya? Kamu juga akan punya apa yang dimiliki anak-anak lain, bahkan lebih baik.”Linda meletakkan tas mahalnya di samping dan dengan suara lembut, dia mencoba menenangkan Stella.Namun, mendengar suara Linda, Stella justru menangis lebih keras, “Aku nggak mau dijaga oleh tante jahat! Tante jahat selalu mengatakan hal-hal buruk tentang ibu, dia juga suka menggangguku.”Stella meringkuk dalam pelukan ayahnya, tampak ketakutan.Dengan lembut, Samuel menepuk punggung putrinya yang manis, berusah
Setelah berhasil merebut kembali gelangnya, Stella segera memeriksa apakah ada goresan. Syukurlah, gelang itu tidak rusak.Rasa sakit di pipinya pun diabaikan, yang ada di pikirannya hanya hadiah dari ibunya.“Stella, tante benar-benar bukan sengaja. Dengarkan tante, jangan bilang pada ayahmu, ya? Apa pun yang Stella mau akan tante kabulkan.”“Tante jahat, aku nggak mau melindungimu. Ayahku bukan orang bodoh, dia pasti tahu begitu melihat bekas tamparan di wajahku.”Meskipun pipinya terasa sakit, Stella menahan tangisnya. Dia tidak ingin menangis di depan tante jahat. DIa akan menangis nanti saat bertemu ayah, agar ayah menjauhkan tante jahat darinya.Linda merasa kesal melihat gadis kecil itu tidak menurut, jadi dia tidak mau berpura-pura menjadi ibu tiri yang baik lagi. Lagipula, Samuel juga tidak ada di sini.“Hehe, kamu mengira mainan using itu dibelikan ibumu? Ibumu sudah lama mati. Dia meninggal karena pendarahan saat melahirkanmu. Lagipula, ayahmu pasti akan menikah denganku cep
“Ibu, aku nggak berbohong. Ini kamu, kamu adalah ibuku.”Dengan wajah penuh kegembiraan, Stella memamerkannya. Kini, dirinya juga punya ibu.“Dari mana foto ini?” Jari-jari Selina gemetar saat menggenggamnya, suaranya pun bergetar.“Ini dari kamar ibu. Ayah bilang dulu ibu tidur di kamar itu, di dalamnya ada semua barang-barangnya milik ibu.”Stella mengerucutkan bibirnya, bersemangat menceritakan semuanya pada ibunya, seolah ingin menceritakan semua hal yang terjadi selama bertahun-tahun.Stegen yang melihat foto itu terkejut, dia merasakan firasat buruk dan segera mengirim pesan diam-diam pada kakaknya.“Ibu, kenapa kamu nggak bicara? Apa kamu masih nggak percaya dengan Stella?”Dengan mata berbinar, Stella mengeluarkan satu foto lagi dari kantong kecil bajunya.“Aku juga punya foto pernikahan ayah dan ibu.”Stella diam-diam meletakkan foto itu di tangan Selina.Untungnya dia cerdik dan meminta seseorang untuk membuat salinan dari foto akta nikah ayah dan ibunya.Selina menarik napas
Apakah mungkin ini perbuatan Selina?Tatapan mata Samuel tampak tajam dan dalam. Jika memang benar dia pelakunya, dirinya tidak akan pernah memaafkannya seumur hidup ini!Seorang ibu yang tega menyakiti anak kandungnya sendiri tidak layak menjadi seorang ibu yang baik.Mendengar pertanyaan itu, Linda merasa sedikit gugup. Dia memberi tatapan peringatan pada Stella, memintanya agar tidak mengatakannya.Stella semakin menyusup ke dalam pelukan ayahnya, jelas terlihat bahwa dia merasa takut.Samuel mengernyit. Putri kecilnya tidak pernah seperti ini sebelumnya. Apa yang sebenarnya terjadi hingga dirinya begitu ketakutan?“Stella sayang, siapa yang memukulmu? Jangan takut, ayah ada di sini. Ayah nggak akan membiarkan siapa pun menyakitimu.”“Samuel, mungkin Stella membuat kesal pasien lain, jadi dipukul. Lebih baik kita nggak memperpanjang masalah ini … “Linda mencoba mendekat dan menutupi masalah ini.Namun, bagi Samuel, ini adalah masalah besar!Jika ini meninggalkan trauma di hati putr