Share

Bab 3

“Panggil aku kakak,” ujar Steven dengan sedikit meremehkan.

Stegen merengut, “Aku nggak mau! Kamu hanya keluar tiga menit lebih dulu dariku, itu nggak adil.”

Steven menepuk kepala adiknya sedikit keras, seperti memberikan hukuman dan menegurnya, “Sudah kubilang tadi lihat dari jauh saja, kenapa kamu mendekat? Hampir saja membuat masalah.”

Stegen menjulurkan lidah dan berkata, “Tapi … ayah nggak curiga padaku.”

Stegen sedikit sedih.

Padahal dirinya sangat mirip dengan ayahnya, tapi kenapa ayahnya sama sekali tidak ada reaksi? Waktu dirinya mendekati ayahnya tadi, rasanya ada kehangatan yang tidak bisa dijelaskan.

“Bodoh, kamu pakai topi, dia nggak melihat wajahmu dan lagipula … “ Steven menundukkan kepala dan melanjutkan, “Dia sama sekali nggak tahu kita ada, jadi tentu saja nggak bakal mengenalimu.”

“Benar juga!” jawab Stegen sambil mengangkat kepalanya tiba-tiba, mata bulatnya dipenuhi kemarahan dan melanjutkan, “Ayah bajingan itu malah menggendong anak kecil! Itu pasti anaknya dengan wanita lain!”

Memikirkan gadis kecil itu membuat Stegen langsung mengubah cara memanggil Samuel.

Steven menghela napas, reaksi adeknya ini agak lambat.

“Aku juga melihatnya. Sudah enam tahun berlalu, ibu belum mencari ayah baru untuk kita, tapi dia malah sudah menikah dan punya anak!”

Steven mengepalkan tinju kecilnya, wajahnya menunjukkan kemarahan yang tidak kalah dari adiknya.

Kegembiraan karena baru saja bertemu dengan ayah seketika hilang.

“Karena kita sudah kembali, kita harus pastikan Selina sayang mendapatkan keadilan. Pria itu harus bertanggung jawab atas kesalahannya,” ujar Steven. Meski masih kecil, kata-katanya terdengar sangat dewasa.

Sejak lahir, kedua bocah ini sudah ditakdirkan menjadi luar biasa. Steven berada di peringkat atas di daftar peretas dunia, sementara Stegen memiliki otak bisnis yang cemerlang, investasinya selalu sukses.

Mereka saling bertatapan dan tersenyum …

“Jam tangan berbunyi!”

Steven mendengar suara deringan, segera mengangkat pergelangan tangan dan menekan tombol untuk menerima panggilan.

Suara ibunya yang khawatir terdengar, “Steven, Stegen, kalian di mana? Apa kalian tersesat? Ibu mencari kalian sekarang.”

Selina semakin khawatir, walaupun kedua anaknya punya orientasi arah yang bagus, mereka ada di tempat baru, jadi kemungkinan besar mereka tidak familiar.

“Jangan khawatir Selina sayang, kami akan segera kembali. Kamu bahkan lebih pelupa dari kami, jangan turun dari mobil, nanti malah kita yang harus mencarimu.”

Steven tahu betul seberapa pelupa ibunya, dia bahkan bisa tersesat di studio desain …

Dia benar-benar heran bagaimana ibunya yang ceroboh ini bisa melahirkan mereka dan merawat mereka sampai sebesar ini.

Di dalam mobil lamborghini yang mewah.

“Tenang saja Selina, dua bocah pintar itu nggak akan ada masalah,” ujar Vina mencoba menenangkan sahabatnya.

Selina mengernyit dan masih merasa tidak tenang.

Terutama setelah melihat Samuel tadi …

“Steven dan Stegen adalah duplikatnya, kalau Samuel melihat mereka, dia pasti akan mengenali mereka,” ujar Selina dengan cemas.

“Kalau memang pria itu melihat mereka, menurutmu Steven dan Stegen masih bisa meneleponmu? Jangan berpikir aneh-aneh. Bandara ini besar, nggak mungkin begitu kebetulan.”

Mendengar kata-kata Vina, Selina sedikit lebih tenang.

Benar juga, Samuel sangat sibuk, tidak mungkin memerhatikan manusia kecil seperti mereka.

Baru saja Selina merasa lebih tenang dan bersiap menunggu kedua anaknya datang, tiba-tiba ponselnya berdering.

“Telepon dari Pak Billy, bos yang mengundangku untuk merawat anaknya.”

Ujar Selina, lalu mengangkat telepon.

“Nona Sunny, kami sudah menunggumu di bandara, kamu ada di mana sekarang?”

Selina baru ingat bahwa bosnya bilang akan menjemputnya sendiri …

Namun situasi di luar tidak jelas dan dirinya tidak tahu di mana Samuel, jadi nggak berani turun dari mobil.

“Nggak perlu, aku sudah pergi. Aku akan pergi sendiri untuk merawat pasien sesuai jadwal.”

Selina berdeham dan berusaha mengelak.

Di ujung telepon, Billy menyalakan pengeras suara.

Samuel yang ada di dekatnya mendengarkan suara itu …

Samuel langsung menyipitkan matanya, merasa suara itu sangat familiar.

Mirip sekali dengan suara wanita sialan itu!

“Bos, orangnya sudah pergi … “

Billy menurunkan suaranya dan melaporkan dengan hati-hati.

“Aku sudah mendengarnya,” jawab Samuel dengan mengatupkan giginya. Berani sekali membatalkan pertemuan dengannya.

“Pulang saja.”

Ujar Samuel dengan dingin, berjalan cepat meninggalkan tempat itu.

Billy menghela napas. Emosi bosnya … sedang tidak stabil.

Selina melempar ponselnya ke samping, sambil mengusap dahinya.

“Bos dari mana?” tanya Vina dengan penasaran.

“Itu tugas yang Steven ambil di platform online. Seratus enam puluh miliar untuk menyelamatkan nyawa seorang anak. Aku sudah pelajari penyakitnya dan kebetulan masih dalam lingkup penelitian yang sedang kulakukan, jadi bisa disembuhkan.”

“Kamu tahu sendiri, aku butuh uang untuk membesarkan dua anak. Jadi aku terima tawaran itu. Aku akan selesaikan secepatnya … maksimal tiga hari. Setelah itu, aku akan bawa Steven dan Stegen pulang.”

Anggap saja seperti tidak pernah ke sini, pergi dengan diam, Samuel tidak akan tahu.

Vina mengangguk dan berkata, “Untungnya Steven dan Stegen pintar. Dengan adanya dua bocah ini, rasanya hidup ini menjadi lebih lengkap.”

Vina terlihat sangat iri, sangat ingin punya anak juga.

Namun … itu tidak mungkin.

“Selina sayang, kami sudah balik.”

Stegen membuka pintu mobil dan langsung masuk.

Melihat kedua bocah itu baik-baik saja, Selina merasa lega.

“Ayo, ibu angkat membawa kalian ke rumah baru.”

Saat mereka bilang akan pulang ke sini, Vina sudah menyiapkan semuanya. Dia membeli sebuah vila mewah di pinggiran kota. Tentu saja … dibeli dengan uang hasil investasi Stegen.

Di perjalanan pulang, Selina merasa perutnya tiba-tiba nyeri. Wajahnya memucat, sial … waktunya sangat tidak tepat sekali.

“Vina, berhenti di sini, aku mau beli sesuatu.”

Vina melihat wajah sahabatnya dari kaca spion dan langsung paham.

Dia menghentikan mobil di depan minimarket.

“Steven, Stegen, kalian menunggu di mobil ya. Aku dan ibumu akan segera kembali.”

Vina tahu bahwa sahabatnya ini selalu punya masalah meriang di tubuhnya, jadi dia segera mengikuti Selina menuruni mobil.

“Selina, kamu sudah bertahun-tahun di laboratorium medis, kenapa belum bisa menyembuhkan masalah meriang tubuhmu ini?” ujar Vina mengomel pada sahabatnya, tetapi tangannya tetap membantu membawakan barang.

Selina baru saja menelan obat pereda nyeri, jadi dia merasa sedikit lebih baik. “Aku sangat sibuk setiap hari, banyak pasien yang harus diselamatkan, mana sempat memikirkan masalah kecil seperti ini.”

“Kamu itu terlalu keras sama diri sendiri.”

Vina mendengus pelan dan kesal.

“Aku sudah membuat janji dengan tabib, kamu harus pergi periksa, nggak boleh menolak.”

Ujar Vina dengan tegas. Dia paling tidak bisa tahan melihat sahabatnya sakit. Melihat wajah pucat Selina saja sudah membuatnya cemas.

Selina tertawa dan menjawab, “Siap ibu Vina, aku menurut saja padamu.”

Mereka saling bercanda sambil menuruni tangga. Begitu sampai di depan pintu minimarket, tiba-tiba kaki Selina dipeluk oleh sepasang tangan kecil.
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Dedeh haedaroh
sangat panasaran
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status