Home / Romansa / Embrace Fate / 86. When Alone

Share

86. When Alone

Author: Chani yoh
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Sementara Cahterine mengikuti Susan bertemu dengan pria bernama Kyle McGroover, yang sayangnya kali ini Kyle McGroover yang dikenal Susan bukanlah CEO dari Hanocha coprs., melainkan hanya seorang salesman di perusahaan itu, Esme tetap di rumah. Pada saat Catherine dan Susan menuju tempat pertemuan dengan Kyle, pegawai Emerald Cake and Bakery yang lain pulang dari toko. Esme memanfaatkan waktu untuk berbenah dan sedikit merapikan tampilan bakerynya, selagi menunggu Darren menjemputnya.

Esme berdiri di depan lemari etalase kue nya. Dari sudut pandangnya, lemari itu sedikit menyerong posisinya. Esme mendekati lemari etalasenya dan membenahi posisinya.

Setelah gadis itu merasa sudah sesuai, Esme kembali membenahi posisi kursi dan meja yang tersedia untuk pelanggan.

Sementara itu, di luar toko, seseorang mengintai segala tingkah laku dan gerak-gerik Esme. Sosok itu berada di dalam mobil dan mengintai gerak-geriknya dengan teropong. Setelah sosok itu merasa situasi se

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Embrace Fate   87. What Would We Do?

    Catherine langsung menghambur ke dalam dan berlari menuju kamarnya yang berada di lantai 3. Di dalam kamar, dia menangis tersedu-sedu. Bahunya berguncang kasar, dan air matanya tumpah tanpa bisa dia bendung lagi. Semua pertahanan emosinya jebol. Catherine menangis sepuasnya, mengeluarkan setiap rasa sakit hatinya. Hingga lelah menguasai dan dia tertidur. Gadis itu tak lagi menyadari jika rumah terasa sangat sunyi, seakan kehadiran Esme tak ada di sana.Sementara itu di lantai dasar, Susan berkeliling dari ruang depan toko hingga ke dapur dan toilet. Tidak ada siapa-siapa di sana, termasuk Esme. Di mana bos nya itu? Biasanya Esme selalu menyambut jika Catherine pulang. Dan langkah gadis itu terhenti saat melihat ponsel Esme tergeletak di lantai toko.Apa yang terjadi? ***Mobil yang membawa tubuh pingsan Esme terus melaju hingga ke perbatas

  • Embrace Fate   88. Siapa yang Menculiknya? Kenapa?

    “Esme! Apa kau di dalam? Ini Susan. Aku menemukan ponselmu di lantai toko. Jadi, kubawakan ke sini,” ujar Susan menjelaskan kenapa dia bisa berada di lantai 3 dan menjadi sangat lancang melihat sampai ke ruang kamar bosnya. Setelah beberapa detik, masih tak ada jawaban sedikitpun dari dalam kamar Esme. Susan kembali mengetuk dan menunggu beberapa saat lamanya. Masih tak ada jawaban. Akhirnya, Susan memberanikan diri memutar kenop pintu. Tak dia duga, pintu itu terbuka dengan mudah. Tidak dikunci. Susan melongok ke dalamnya dan melihat bahwa kamar itu kosong melompong. Lalu, ke mana Esme? Sedang berpikir keras, ponsel bos nya di tangannya itu tiba-tiba berdering. Susan terlonjak kaget, nyaris melempar ponsel itu dari tangannya. Ketika dia berhasil mengendalikan keterkejutannya, Susan melihat nama Darren muncul di layar ponsel. Susan menghela napas lega dan menjawab telepon itu. “Halo?”

  • Embrace Fate   89. Aku Pusat Dendamnya!

    ‘Ergh! Apa ini?’ Esme berseru dalam hatinya saat merasakan tubuhnya sakit tetapi tak bisa dia gerakkan. Dia menggeliat-geliat berusaha meloloskan diri dari entah apa yang mengikatnya. ‘Eh? Mengikat?’ tanya Esme terkejut. Segera dia membuka kelopak matanya yang masih terasa berat. Diperhatikannya sekelilingnya. Gelap, dan pengap. Di- di mana ini? Esme kembali menggerakkan tangan dan tubuhnya. Tetapi tidak bisa. Pandangannya dia turunkan, dan dengan bantuan cahaya rembulan yang menyisip dari celah-celah jendela, Esme melihat bahwa tubuhnya terikat tali tambang yang tebal dan kencang. Si- siapa yang mengikatnya? Di mana ini? Kenapa dia terikat begini? Seketika, seluruh sel otaknya menyimpulkan satu hal bahwa jika dia diikat karena dia diculik. Oh, Tuhan! Diculik? Lagi? “Aaarrggh!!” Esme berteriak, seraya menangis frustrasi. Rasanya hatinya dan dirinya belumlah sembuh dari trauma penculikannya oleh Nicky Meizzo, kin

  • Embrace Fate   90. Pengantar Paket!

    Dengan kemarahan di dadanya, Esme memberanikan dirinya melawan si penculik. Jika memang dia tak bisa melawan secara fisik, dia bisa melawan secara verbal.“Ada tertulis, jika seseorang menampar pipi kirimu, berikan juga pipi kananmu. Ada tertulis juga, perlakukanlah orang lain sebagaimana engkau ingin dirimu diperlakukan. Aku sudah membiarkan kedua pipiku untuk kau gampar. Maka aku tahu, kau pun akan mendapatkan balasaan yang setimpal dengan segala tindak tandukmu.Kau menculiku, menggamparku, dan mungkin membunuhku. Setelah itu, aku yakin kau akan tertangkap, diadili, dan membusuk di penjara. Tubuhmu akan sama busuknya dengan hatimu. Ulat-ulat belatung akan kelaur dari pori-pori kulitmu dan membuat seluruh kulit tubuhmu akan sama berparutnya seperti wajah busukmu itu!”Mendengar wajahnya disebut-sebut, lengkap bersama dengan parut dan kebusukan hatinya, Tom kembali naik pitam dan menampar Esme lebih kuat lagi.Esme sampai terg

  • Embrace Fate   91. She Will Survive!

    Di saat Darren seakan ingin menyerah, pandangannya tak sengaja tertuju pada seseorang di trotoar jalanan yang berada di seberangnya. Sosok itu sesuai dengan yang disebutkan security tadi. Tinggi, botak, berkulit hitam, berjaket putih dengan angka 88 di dada jaket itu. Masalahnya, pria itu memainkan gitarnya sembari bernyanyi dengan suara yang sangat merdu. Di sampingnya, tampak sebuah ember kecil yang menjadi tempat uang bagi para pengunjung yang menikmati suara merdunya.Apakah pria itu menyamar sebagai pengamen?Tetapi, rasanya tidak benar. Dia tidak tampak sebagai bawahan penculik yang menyamar sebagai pengamen. Dia terlihat benar-benar mahir dalam hal gitar dan suaranya yang begitu merdu. Kecil kemungkinan jika dia menyamar sebagai pengamen.Lalu, apakah mungkin dia merangkap dua pekerjaan yang sangat bertolak belakang?Darren menghampirinya dengan gemuruh kekalutan yang hendak meledak dari dadanya.Tanpa banyak berkata-kata, karena sudah terla

  • Embrace Fate   92. Kami Pun Telah Siap!

    Catherine terbangun dari tidur panjangnya yang penuh dengan isak tangis. Hatinya merasa sakit oleh luka yang ditorehkan Kyle padanya lewat kebohongan pria itu. dengan langkah gontai dan tak bersemangat, Catherine melangkah keluar kamar.Gadis itu merasa heran dengan keadaan ruko mereka yang sangat sepi. Dia pun turun ke bawah, dan masih tak mendapati ESme. KE mana sepupunya itu? Pergi sepagi ini? Di pagi yang sedingin ini?Ah, Esme, Esme. Cahterine terkadang merasa sepupunya itu terlalu rajin mengelola bakery mereka. Catherine pun memutuskan untuk membuat sarapan seraya menunggu kepulangan Esme. Akan tetapi, hingga habis sarapannya, Esme belum juga pulang. Ke mana sepupunya itu?Selagi menunggu, ponselnya berbunyi. Catherine melihat nama ayahnya tertera di layar ponsel. Dengan malas, dia menjawab panggilan telepon dari ayahnya itu.“Ya, Dad?” tanyanya.“Kau di mana?” tanya sang ayah.&ldq

  • Embrace Fate   93. Tak Bisa Menyerah!

    Catherine turun dari taxi dan masuk ke halaman rumah ayahnya. Beberapa pengawal sang ayah mengangguk penuh hormat pada gadis itu. Catherine pun menaikkan dagunya dan melangkah tegap dengan kaki jenjangnya, melewati mereka semua.Sampai di pintu utama rumah, Catherine mengetuk.Pintu ganda tebal itu dibuka oleh ibunya. Wanita paruh baya dengan rambut ikal pendek seleher, yang sebagian sudah memutih menggantikan warna aslinya yang pirang, menatapnya dengan binar mata penuh suka cita.“Catherine! Oh, Sayang. Kau akhirnya datang ke rumah,” seru ibunya sembari mengeratkan pelukan pada Catherine.Mereka berpelukan beberapa saat lamanya, hingga langkah kaki yang berat tiba di dekat mereka.Ayahnya berdiri di belakang sang ibu.“Daddy!” seru Catherine menghambur ke pelukan ayahnya. Mereka juga berpelukan erat beberapa saat lamanya, hingga sang ibu bertanya, “Mana Esme?”Mendengar pertanyaan it

  • Embrace Fate   94. You Aren't As Capable As I Am!

    “Ya, halo, Darren? Ada apa menelpon pagi-pagi begini?”Archie yang baru saja akan bersiap dengan rutinitas paginya untuk berangkat ke kantor, menyempatkan diri menjawab panggilan telepon dari Darren. Tidak biasanya Darren menelepon di pagi-pagi begini.“Apa? Kau akan menyelidiki gudang bekas milik Britney Anderson?” tanya Archie lagi, terheran-heran. Apa yang merasuki Darren hingga tiba-tiba property atas nama orang lain ingin diselidikinya.Terdengar jawaban ‘ya’ di ujung teleponnya. Archie pun menghela napas dalam. “Baiklah, kirimkan saja alamatnya. Nanti aku bersama yang lain menyusul ke sana. Lima menit lagi aku akan menuju kantor.”Selesai dengan pembicaraan via teleponnya bersama Darren, Archie membatalkan sarapannya. Dia hanya meminum kopi kemudian menuju mobil.Setibanya di kantor, Archie menyempatkan diri memeriksa alamat yang dikirimkan Darren. Setelah data yang tertera seperti

Latest chapter

  • Embrace Fate   Extra Endings

    Tiga hari di Claymont terasa kurang bagi Darren maupun Esme. Akan tetapi, apa mau dikata. Mereka sudah harus pulang. Pekerjaan Darren menantinya. Dengan pangkat baru, tanggung jawab baru, Darren tidak bisa berlama-lama cuti, meskipun dia berharap dia bisa. Sebelum meninggalkan Claymont di hari itu, pagi harinya Esme mengajak Darren menuju ke perkebunan anggur. Dia ingin membawa pulang anggur berkualitas yang langsung bisa dia petik di perkebunan itu. Kebetulan, pemilik perkebunan mengenal baik keluarga Darren. Mereka menyusuri perkebunan itu dengan Mr. Thompson, pemilik perkebunan. Pria paruh baya itu sambil menjelaskan pohon anggur mana yang buahnya berkualitas baik. Hingga tiba di deretan pohon yang berada tepat di tengah-tengah kebun, Mr. Thompson berhenti. “Ini yang paling berkualitas di sini. Dan kau beruntung, ada yang baru berbuah dan belum dipetik. Jika kau datang siang ini, aku yakin buah ini sudah tidak ada di sini.” Esme tersenyum senang. “Trims, Mr. Thompson. Tapi, ak

  • Embrace Fate   170. As Long As You Love Me

    “Aku ingin tempat yang lebih tenang untuk hidup. Kota kecil atau pedesaan rasanya lebih cocok untukku.”“Pedesaan? Bagaimana kau bisa hidup di pedesaan?”“Aku bisa bertani. Atau beternak. Rasanya lebih menantang, dari pada hanya duduk seharian di apartemen dan menghabiskan uangku untuk minum dan makan saja.”Selesai mengucapkan itu, Martinez melewati Catherine begitu saja.Catherine begitu shock hingga dia tidak tahu apa yang harus dia katakan. Dia juga tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Mengejar pria itu? Atau membiarkannya pergi? Catherine seperti kehilangan akalnya sendiri.Baru saat langkah Martinez semakin jauh darinya, Catherine baru tersadar. Gegas dia mengejar pria itu.“Jangan! Jangan pergi!”Martinez menghela napasnya. “Tekadku sudah bulat, Cath.”“Sudah bulat bagaimana? Kenapa kau tiba-tiba pergi? Padahal kau tidak boleh pergi! Kau ha

  • Embrace Fate   169. Throw a Party or Investment?

    Pagi itu, Darren duduk di kursi makannya. Dia sedang menyesap kopinya saat matanya tertuju pada layar ponsel. Claire mengiriminya undangan pesta pernikahan. Sebagai kakaknya, tanpa dikirimi undangan pun Darren pasti harus hadir. Tetapi, adiknya itu tetap ingin mengiriminya undangan.Melihat undangan itu, Darren merasa ada yang menggelitik hatinya.Sepiring poblano peppers tersaji di hadapannya secara tiba-tiba. Esme menyusul dengan duduk di sebelah pria itu. Wajahnya tersenyum lembut, memancarkan kebahagiaan.“Wow! Sarapan yang menggiurkan,” ucap Darren dengan matanya berbinar penuh gejolak.“Ya! Tadi kebetulan bangun lebih pagi, dan semua bahannya ini lengkap. Jadi, aku masak saja ini.” Esme mengambil satu dan memasukkannya ke dalam mulut. Dia mengunyah dengan perlahan dan sambil menikmatii rasa yang bercampur dalam mulutnya.“Hmmm, ini sangat lezat. Kau tidak makan?”“Tentu, aku akan

  • Embrace Fate   168. I'm not Incomplete

    “Apa yang terjadi di sini, biarlah berlalu. Tidak perlu disimpan dalam hati apalagi sampai dibawa pulang ke rumah kita. Aku tidak ingin kebersamaan kita nantinya ternoda dengan segala hal yang diucapkan Claire padamu. Bisakah?”Mendengar ucapan Darren, air mata Esme luruh lagi. Dia menganggukkan kepalanya. Darren menghapus air mata itu dan mengecup wajah Esme dengan penuh kasih.Setelahnya, mereka membawa segala barang bawaan mereka keluar kamar.Baru juga membuka pintu, sosok Claire sudah menghadang Esme di sana.“Mau apa lagi kau?” hardik Esme pada Claire. Rasanya seluruh persendian tubuhnya terasa sakit karena segala emosinya tersentak pada perseteruannya dengan Claire.Darren pun yang masih menarik koper di belakang Esme langsung menghardik Claire juga. “Claire, please. Apa tidak capek kau memikirkan hal itu terus-menerus?”Claire menggeleng. Wajahnya terlihat pucat dan lemah. Dan dengan

  • Embrace Fate   167. Farewell and Forgetting

    Catherine menahan napasnya selama perkelahian mereka dan baru mengembuskan napasnya itu saat Garry telah kehilangan kesadaran. Dia mengangkat wajahnya dan pandangannya tertaut pada tatapan mata Martinez. Di benaknya, dia mengharapkan Martinez akan menanyakan dengan lembut, ‘apa kau tidak apa-apa?’ Namun yang terjadi sesungguhnya, pria itu menatapnya marah dan membentaknya. “Apa kau sudah gila?! Apa kau sudah tidak punya harga diri lagi?!” Catherine shock minta ampun. Dia sampai terbelalak dan mulutnya menganga lebar. Martinez masih melanjutkan kemarahannya pada Catherine. “Kalau kau bodoh, lebih baik kau tinggal di rumah dan mengurus bayimu. Bukannya berkeliaran mencari lelaki lajang. Kau haus belaian atau apa, huh?!” Kata-kata Martinez begitu menusuk hati Catherine. Dia yang baru saja merasakan keterkejutan karena perlakuan Garry yang membuatnya takut, kini malah harus menghadapi kemarahan Martinez. Dia bahkan dikatai b

  • Embrace Fate   166. Where's Your Pride?

    “LEPASKAN! KAU BAJINGAN!” Catherine berusaha keras untuk berteriak, memukul, menendang. Apa saja agar terlepas dari kungkungan Garry. Tetapi, pria itu jauh lebih kuat darinya.Kini, wajah Garry berada di atas wajahnya. Bibirnya menjelajah di sekeliling pipi dan lehernya, membiarkan liurnya menempel di kulit Catherine. Dan pada akhirnya bibir itu mendarat di bibirnya.Catherine meronta-ronta ingin melepaskan dirinya.Namun nyatanya, tangan Garry malah merobek kaosnya.Catherine semakin histeris. Segala tenaga dia kerahkan hanya untuk merasakan terjangan tenaga yang lebih besar lagi dari Garry.“HELP! HELP!!!” teriak Catherine putus asa. Garry sudah bagai binatang buas yang siap membantai korbannya. ***Tok tok tok.Darren mengetuk pintu kamar orang tuanya. Tak lama kemudian, ayahnya membuka pintu dengan perlahan. Te

  • Embrace Fate   165. Foolishness

    Sementara itu di kamarnya, Claire juga menangis tersedu. Dia memikirkan betapa James Carter adalah pria yang baik.James sudah berteman dengan Darren sejak mereka di awal karier kepolisian. Claire suka berada di dekat mereka jika James datang ke rumah.Dan entah sejak kapan, James mulai menunjukkan tanda-tanda suka pada Claire. Meskipun gadis itu tidak menganggap James lebih dari seorang teman, Claire tidak pernah meremehkan perasaan James.Di hari ketika kabar tewasnya James tiba di telinganya, Claire mulai sering memikirkan pria itu. Saat itu, Claire merasa tidak ada salahnya membuka hatinya untuk James. Pria itu dewasa dan sangat baik. Dirinya yang manja mungkin akan bisa merasakan cinta yang manis saat bersama James.Claire bahkan sudah menyusun kata-kata yang akan dia ungkapkan pada James, bahwa dia ingin membuka hatinya untuk James.Tetapi kemudian kabar itu datang. Hatinya hancur remuk.Baru bertahun-tahu

  • Embrace Fate   The Accusation (ii)

    Garry benar-benar mengajak Catherine ke apartemennya. Dalam setiap langkahnya, Catherine merasa semakin gelisah.Meskipun semua ini adalah idenya sendiri, tetapi memikirkan dia akan kepergok Martinez mengunjungi apartemen pria lain, yang malahan baru dia kenal lewat kencan buta, tetaplah membuat perutnya terasa mual.Langkah kaki Cahterine hampir saja berbalik arah jika bukan karena wanita itu terngiang lagi akan ucapan Martinez sebelum ini.‘Kau berhak mendapatkan pria lain yang lebih sempurna. Yang layak mendapatkan dirimu.’Huh! Dasar lelaki tidak peka! Memangnya Martinez tidak sadar jika yang Catherine inginkan adalah pria itu sendiri? Dan karena kebodohannya itu, sekarang Catherine benar-benar ingin mencari yang lebih baik dari pria itu. Dia akan tunjukkan bahwa dia tidak akan mengemis cinta.“Unitmu di lantai ini?” tanya Cahterine terkejut saat mereka keluar dari lift. Bahkan unit Garry berada di lantai yang sama denga

  • Embrace Fate   164. The Accusation

    Garry pun memberitahu apartemen tempatnya tinggal. Cahterine terkejut karena nama apartemen yang disebut Garry adalah apartemen tempat Martinez tinggal. Mendadak, selintas ide gila lewat di otak Catherine. Dan idenya ini telah menghilangkan rasa malu Cahterine sebagai wanita. Dia berkata, “Boleh aku mampir ke apartemenmu? Ehm, maksudku, sekarang?” Pertanyaan Cahterine sukses membuat Garry tercengang. Tidak ada wanita yang lebih seterus terang dan segesit dia. Garry juga tidak menyangka jika Catherine bisa mengatakan ini semua mengingat saat makan di kafe tadi, Catherine tidak terlihat ramah. Dia begitu cuek, dingin, dan jutek. Wanita itu seperti tidak memiliki pikirannya di tubuhnya. Tetapi sekarang, tiba-tiba wanita ini memintanya untuk mengajaknya ke apartemen? Mungkin sebentar lagi akan hujan uang. Namun begitu, Garry laki-laki normal. Tidak mungkin dia melewatkan kesempatan emas seperti ini. Apalagi Catherine adalah wanita pirang seksi. Sungguh me

DMCA.com Protection Status