“Kenapa harus meminum vitamin sih?”
Catherine baru saja selesai sarapan saat Esme mengingatkannya untuk meminum vitamin penambah nutrisi tubuhnya. Meski mengiyakan, Catherine mengeluh akan hal itu. Dia menuang dua butir kapsul yang harus dia minum ke tangannya, sembari memberengutkan wajahnya.
“Itu untuk memastikan bayi mu cukup mendapat asupan gizi dan tubuhmu tidak kekurangan gizi, Cath.”
Mendengar penjelasan Esme, Catherine mendelik pada gadis itu. Cara berbicara sepupunya itu seakan sudah pernah mengalami kehamilan saja. Itu yang Catherine tidak suka.
“Huh!” Catherine mendenguskan oksigen dari paru-parunya dengan kuat. Setelah itu dia menelan dua butir kapsul itu sekaligus.
Detik itu juga, Catherine terbatuk-batuk dan kapsul-kapsul itu terlempar keluar dari mulutnya.
“Argh! Kapsul itu terlalu besar. Aku malas meminumnya.”
“Lalu? Kau tidak mau meminumnya lagi? Bagaimana kalau ba
Sementara Cahterine mengikuti Susan bertemu dengan pria bernama Kyle McGroover, yang sayangnya kali ini Kyle McGroover yang dikenal Susan bukanlah CEO dari Hanocha coprs., melainkan hanya seorang salesman di perusahaan itu, Esme tetap di rumah. Pada saat Catherine dan Susan menuju tempat pertemuan dengan Kyle, pegawai Emerald Cake and Bakery yang lain pulang dari toko. Esme memanfaatkan waktu untuk berbenah dan sedikit merapikan tampilan bakerynya, selagi menunggu Darren menjemputnya.Esme berdiri di depan lemari etalase kue nya. Dari sudut pandangnya, lemari itu sedikit menyerong posisinya. Esme mendekati lemari etalasenya dan membenahi posisinya.Setelah gadis itu merasa sudah sesuai, Esme kembali membenahi posisi kursi dan meja yang tersedia untuk pelanggan.Sementara itu, di luar toko, seseorang mengintai segala tingkah laku dan gerak-gerik Esme. Sosok itu berada di dalam mobil dan mengintai gerak-geriknya dengan teropong. Setelah sosok itu merasa situasi se
Catherine langsung menghambur ke dalam dan berlari menuju kamarnya yang berada di lantai 3. Di dalam kamar, dia menangis tersedu-sedu. Bahunya berguncang kasar, dan air matanya tumpah tanpa bisa dia bendung lagi. Semua pertahanan emosinya jebol. Catherine menangis sepuasnya, mengeluarkan setiap rasa sakit hatinya. Hingga lelah menguasai dan dia tertidur. Gadis itu tak lagi menyadari jika rumah terasa sangat sunyi, seakan kehadiran Esme tak ada di sana.Sementara itu di lantai dasar, Susan berkeliling dari ruang depan toko hingga ke dapur dan toilet. Tidak ada siapa-siapa di sana, termasuk Esme. Di mana bos nya itu? Biasanya Esme selalu menyambut jika Catherine pulang. Dan langkah gadis itu terhenti saat melihat ponsel Esme tergeletak di lantai toko.Apa yang terjadi? ***Mobil yang membawa tubuh pingsan Esme terus melaju hingga ke perbatas
“Esme! Apa kau di dalam? Ini Susan. Aku menemukan ponselmu di lantai toko. Jadi, kubawakan ke sini,” ujar Susan menjelaskan kenapa dia bisa berada di lantai 3 dan menjadi sangat lancang melihat sampai ke ruang kamar bosnya. Setelah beberapa detik, masih tak ada jawaban sedikitpun dari dalam kamar Esme. Susan kembali mengetuk dan menunggu beberapa saat lamanya. Masih tak ada jawaban. Akhirnya, Susan memberanikan diri memutar kenop pintu. Tak dia duga, pintu itu terbuka dengan mudah. Tidak dikunci. Susan melongok ke dalamnya dan melihat bahwa kamar itu kosong melompong. Lalu, ke mana Esme? Sedang berpikir keras, ponsel bos nya di tangannya itu tiba-tiba berdering. Susan terlonjak kaget, nyaris melempar ponsel itu dari tangannya. Ketika dia berhasil mengendalikan keterkejutannya, Susan melihat nama Darren muncul di layar ponsel. Susan menghela napas lega dan menjawab telepon itu. “Halo?”
‘Ergh! Apa ini?’ Esme berseru dalam hatinya saat merasakan tubuhnya sakit tetapi tak bisa dia gerakkan. Dia menggeliat-geliat berusaha meloloskan diri dari entah apa yang mengikatnya. ‘Eh? Mengikat?’ tanya Esme terkejut. Segera dia membuka kelopak matanya yang masih terasa berat. Diperhatikannya sekelilingnya. Gelap, dan pengap. Di- di mana ini? Esme kembali menggerakkan tangan dan tubuhnya. Tetapi tidak bisa. Pandangannya dia turunkan, dan dengan bantuan cahaya rembulan yang menyisip dari celah-celah jendela, Esme melihat bahwa tubuhnya terikat tali tambang yang tebal dan kencang. Si- siapa yang mengikatnya? Di mana ini? Kenapa dia terikat begini? Seketika, seluruh sel otaknya menyimpulkan satu hal bahwa jika dia diikat karena dia diculik. Oh, Tuhan! Diculik? Lagi? “Aaarrggh!!” Esme berteriak, seraya menangis frustrasi. Rasanya hatinya dan dirinya belumlah sembuh dari trauma penculikannya oleh Nicky Meizzo, kin
Dengan kemarahan di dadanya, Esme memberanikan dirinya melawan si penculik. Jika memang dia tak bisa melawan secara fisik, dia bisa melawan secara verbal.“Ada tertulis, jika seseorang menampar pipi kirimu, berikan juga pipi kananmu. Ada tertulis juga, perlakukanlah orang lain sebagaimana engkau ingin dirimu diperlakukan. Aku sudah membiarkan kedua pipiku untuk kau gampar. Maka aku tahu, kau pun akan mendapatkan balasaan yang setimpal dengan segala tindak tandukmu.Kau menculiku, menggamparku, dan mungkin membunuhku. Setelah itu, aku yakin kau akan tertangkap, diadili, dan membusuk di penjara. Tubuhmu akan sama busuknya dengan hatimu. Ulat-ulat belatung akan kelaur dari pori-pori kulitmu dan membuat seluruh kulit tubuhmu akan sama berparutnya seperti wajah busukmu itu!”Mendengar wajahnya disebut-sebut, lengkap bersama dengan parut dan kebusukan hatinya, Tom kembali naik pitam dan menampar Esme lebih kuat lagi.Esme sampai terg
Di saat Darren seakan ingin menyerah, pandangannya tak sengaja tertuju pada seseorang di trotoar jalanan yang berada di seberangnya. Sosok itu sesuai dengan yang disebutkan security tadi. Tinggi, botak, berkulit hitam, berjaket putih dengan angka 88 di dada jaket itu. Masalahnya, pria itu memainkan gitarnya sembari bernyanyi dengan suara yang sangat merdu. Di sampingnya, tampak sebuah ember kecil yang menjadi tempat uang bagi para pengunjung yang menikmati suara merdunya.Apakah pria itu menyamar sebagai pengamen?Tetapi, rasanya tidak benar. Dia tidak tampak sebagai bawahan penculik yang menyamar sebagai pengamen. Dia terlihat benar-benar mahir dalam hal gitar dan suaranya yang begitu merdu. Kecil kemungkinan jika dia menyamar sebagai pengamen.Lalu, apakah mungkin dia merangkap dua pekerjaan yang sangat bertolak belakang?Darren menghampirinya dengan gemuruh kekalutan yang hendak meledak dari dadanya.Tanpa banyak berkata-kata, karena sudah terla
Catherine terbangun dari tidur panjangnya yang penuh dengan isak tangis. Hatinya merasa sakit oleh luka yang ditorehkan Kyle padanya lewat kebohongan pria itu. dengan langkah gontai dan tak bersemangat, Catherine melangkah keluar kamar.Gadis itu merasa heran dengan keadaan ruko mereka yang sangat sepi. Dia pun turun ke bawah, dan masih tak mendapati ESme. KE mana sepupunya itu? Pergi sepagi ini? Di pagi yang sedingin ini?Ah, Esme, Esme. Cahterine terkadang merasa sepupunya itu terlalu rajin mengelola bakery mereka. Catherine pun memutuskan untuk membuat sarapan seraya menunggu kepulangan Esme. Akan tetapi, hingga habis sarapannya, Esme belum juga pulang. Ke mana sepupunya itu?Selagi menunggu, ponselnya berbunyi. Catherine melihat nama ayahnya tertera di layar ponsel. Dengan malas, dia menjawab panggilan telepon dari ayahnya itu.“Ya, Dad?” tanyanya.“Kau di mana?” tanya sang ayah.&ldq
Catherine turun dari taxi dan masuk ke halaman rumah ayahnya. Beberapa pengawal sang ayah mengangguk penuh hormat pada gadis itu. Catherine pun menaikkan dagunya dan melangkah tegap dengan kaki jenjangnya, melewati mereka semua.Sampai di pintu utama rumah, Catherine mengetuk.Pintu ganda tebal itu dibuka oleh ibunya. Wanita paruh baya dengan rambut ikal pendek seleher, yang sebagian sudah memutih menggantikan warna aslinya yang pirang, menatapnya dengan binar mata penuh suka cita.“Catherine! Oh, Sayang. Kau akhirnya datang ke rumah,” seru ibunya sembari mengeratkan pelukan pada Catherine.Mereka berpelukan beberapa saat lamanya, hingga langkah kaki yang berat tiba di dekat mereka.Ayahnya berdiri di belakang sang ibu.“Daddy!” seru Catherine menghambur ke pelukan ayahnya. Mereka juga berpelukan erat beberapa saat lamanya, hingga sang ibu bertanya, “Mana Esme?”Mendengar pertanyaan it