“Aku akan selalu melindungimu,” bisik Darren lembut. “Selalu.”
Seiring bisikan lembut Darren padanya, kecupan lembut nan hangat hadir di bibir Esme. Meski gadis itu tak sempat memperkirakannya sebelumnya, Esme menikmatinya. Kedua matanya terpejam seraya syaraf-syaraf bibirnya menikmati lumatan bibir Darren yang begitu membuai.
Mereka tak lagi mengingat di mana mereka berada saat ini. Dan saat akhirnya bibir mereka kembali berpisah, hanya tinggal tatapan lembut yang saling mengikat mereka satu sama lain.
***
“Kau yakin kau yang memasaknya?” tanya Esme seraya meletakkan bahan-bahan mentah hasil belanjaan mereka di kitchen table apartemen Darren.
Selepas berbelanja bahan-bahan mentah tadi, Darren mengundangnya singgah dan makan di apartemennya. Esme yang tadinya ragu-ragu. Tetapi, Darren mengin
Esme menatap sajian Poblano peppers yang ditatanya rapi di atas meja. Total semua ada sepuluh porsi. Dari aromanya saja Esme sudah tak sabar untuk menikmatinya. Dia sungguh tak menyangka jika Darren bisa memasak. Pria itu sungguh penuh kejutan.Sembari menunggu Darren selesai mandi, Esme memutuskan untuk memfoto Poblano Peppers yang telah berhasil mereka buat. Dia mengeluarkan ponsel dan saat akan membuka ponsel, terlihat chat dari Dave: Aku akan ke rumah sakit jam 6 nanti. Just wait, Baby. Miss you so much.Esme mengernyit membaca pesan itu. Sedari siang saat Darren menjemputnya di rumah sakit, tak sedetik pun dia mengingat tentang Dave. Dan sekarang, dia malah berada di apartemen Darren, menunggu pria itu selesai mandi untuk makan malam bersama.Rasa bersalah langsung menghimpitnya. Kekasih macam apa dia sehingga tega berbuat begitu?Esme tak jadi mengabadikan Poblano Peppers mereka. Dia memasukkan ponselnya dan tiba-tiba suara dehaman baritone menarik
Aku hanya ingin memelukmu begini. Karena setelah ini, kau akan pulang ke rumahmu. Dan kau akan bersama pria itu lagi.” Butuh beberapa detik bagi Esme untuk mengerti arah pembicaraan Darren. Gadis itu terdiam mencerna kata-kata Darren. Kenapa pria itu mengatakan hal begitu padanya? Jika memang Darren menginginkan kebersamaan mereka, jika memang Darren serius menginginkannya, kenapa dia masih berpikiran Esme akan kembali pada Dave. Lalu, apa arti segala ciuman mereka tadi? “Apa maksudmu, Darren? Apakah kita-“ Esme tak sanggup melanjutkan kata-katanya. Rasa sesak mencekal tenggorokannya. Lagipula, jika dia menanyakannya akan terdengar seperti dia yang merengek pada Darren agar mereka menjadi sepasang kekasih. Tidak! Dia tidak mau seperti itu! dia ingin Darren lah yang memintanya, bukan sebaliknya. Seakan belum cukup, saat Esme masih gelisah dengan segala pemikirannya itu, tiba-tiba bel pintu terdengar merusak medan magnet yang merekatkan m
Esme masih berdiri di lobby apartemen Darren menatap punggung pria itu yang berlari ke atas menuju unitnya. Darren menyuruhnya menunggu di bawah, sementara dia ke atas mengambil kunci mobil.Esme termenung menatap pintu gedung apartemen. Dia bimbang, haruskah dia menunggu Darren? Tapi, yang benar saja! Pria itu didatangi teman wanitanya untuk memasak bersama. Meskipun Darren bilang Trisha hanyalah rekan kerjanya, tapi mereka sedekat itu. Entah sudah seberapa sering mereka memasak bersama. Setelah memasak, mereka akan makan bersama. Dan siapa yang tahu kejadian tadi saat dia bersama Darren tidak terjadi juga pada Trisha?Tapi jika dia pulang sendiri sekarang, selain takut dan masih trauma, dia juga masih ingin mendengarkan penjelasan Darren lebih jauh lagi. Apa maksud ciuman dan kata-kata mesranya sedari tadi?Merasa bimbang, Esme melangkahkan kaki keluar dari gedung apartemen. Mungkin angin bisa membantunya memutuskan. Dia menunggu sesaat lagi agar
Catherine, yang bersembunyi di dalam dapur, tak menyadari jika dia sampai menahan napas saat menyaksikan ciuman Dave meleset dari wajah Esme dan pria itu terlihat bingung dengan Esme yang berlalu begitu saja dari hadapannya. Di saat seperti ini, Catherine jelas tak mau terlibat. Lebih baik dia bersembunyi di dapur daripada harus menjawab banyak pertanyaan dari Dave andaikata dia keluar dari dapur ini.Selesai Esme berlalu ke lantai atas, Dave terlihat kebingungan. Dia sendirian di ruangan depan toko, seperti pelanggan yang tak digubris penjual. Kasihan. Tapi, Catherine juga malas menemaninya jika hanya akan dihujani dengan pertanyaan tanpa henti.Sembari menunggu Dave meninggalkan toko, Catherine teringat pada Kyle. Lelaki itu tidak menyanggupi permintaannya untuk bertemu malam ini. Alasannya? Huh! Karena dia harus lembur.Catherine mendenguskan napasnya kuat-kuat. Apakah Kyle tipe pengusaha yang terlalu rajin sehingga merasakan keharusan untuk lem
“Jadi, kau akan ke Claymont besok siang?” tanya Catherine terkejut akan berita yang disampaikan Esme. Mereka sedang di dapur, menunggu Esme selesai memasak fettucini carbonara.“Iya. Dan kau boleh ikut,” kata Esme lagi membuat Catherine tergelak tawanya.Esme menatap sepupunya itu tajam seraya mengangkat panci dan menuangkan fettucini nya ke dalam dua piring. Satu untuknya dan satu lagi untuk Catherine.“Kenapa kau tertawa?”“Nothing! Hanya saja, maaf ya kali ini aku gak bisa ikut. Aku juga ada rencana liburan dengan Kyle. Ya, memang tak sejauh kalian. Kami hanya pergi sabtu dan pulang minggu.”“Oh, ke mana?” tanya Esme kecewa. Jika Cahterine tak ikut, dia juga tak mau pergi berdua saja dengan Dave.“Hmm … belum tau sih. Mungkin yang dekat-dekat sini saja,” jawab Catherine lagi dengan mengulum senyum penuh artinya. Tetapi kemudian, dia tiba-tib
“Pilih salah satu!” jawab Catherine tegas, pada Esme yang kebingungan di antara dua lelaki, Dave or Darren. Esme mendengus kesal. “Jawabanmu klise, CAth!” Sepupu pirangnya itu tersenyum lagi, kemudian melanjutkan perkataannya, yang sanggup membuat Esme menganga tak habis pikir. “Pilih salah satu! Jika kau tak bisa memilih, jalani keduanya secara diam-diam. Jangan sampai ketahuan!” bisik Catherine di telinga ESme, membuat gadis itu bergidik ngeri. Esme menatapnya cepat. “Kau gila!” Catherine malah tertawa. “Sebenarnya, aku heran melihatmu. Kau jelas-jelas menginginkan Darren. Lantas kenapa kau bertahan dengan Dave?” “Darren juga memiliki Trisha, Cath. Itu salah satu fakta yang tak bisa kupungkiri.” Catherine menarik napasnya dalam-dalam. Dia heran kenapa Esme bisa begitu rumitnya. Kenapa tidak seperti dia saja? Jika satu lelaki tidak menginginkannya, pindahlah ke lelaki berikutnya. Tak perlu ribet! “Sebena
“Karena orang seperti Catherine tidak muda patah hati. Tapi aku? Membayangkan jika sampai kau suatu hari meninggalkanku saja aku mau mati rasanya. Jadi, aku rasa aku tidak sebebas itu dalam berpetualang cinta. Dan rasa itu akan menyiksaku untuk sungguhan mati jika kau benar sampai meninggalkanku, Sayang.” “Oh, Dave ….” Napas Esme seakan tercekat dalam tenggorokannya. Berpuluh-puluh jam dihabiskannya untuk memikirkan bagaimana cara yang tepat untuk mengakhiri hubungannya dengan Dave, tetapi pria itu dengan menyayat hati memohon padanya untuk tidak meninggalkannya di saat dia belum juga menemukan kata yang tepat untuk mengakhiri hubungan mereka. Pada akhirnya, Esme hanya mampu menghela napasnya dalam-dalam, membiarkan Dave membelai wajahnya, dan kemudian tangan itu bergerak mengunci lehernya. Bibir itu kemudian mengecup bibirnya pelan dan melumatnya dengan segenap hati. Tubuh Esme yang tadinya menolak, karena masih teringat akan ciuman Darren di
Akibat Esme terluka, yang menikmati liburan hanyalah Catherine dan Richard. Dave terpaksa menemani Esme di rumah sakit hingga gadis itu dinyatakan sembuh. Esme sembuh dua hari kemudian, dan sore nya mereka barulah bisa kembali ke resort.“Maaf, gara-gara aku, liburanmu jadi tak asyik,” kata Esme saat Dave merangkulnya erat dan berjalan keluar dari rumah sakit menuju mobil.“No! Aku yang harusnya minta maaf. Gara-gara aku yang mengajakmu main ski kau jadi jatuh. Seharusnya aku bisa lebih menjagamu.”“Tidak. Itu murni salahku sendiri. Tidak ada salahmu di sana, Dave,” tampis Esme lagi, membuat Catherine memutar bola matanya.“Sudah, sudah! Itu salah kalian berdua. Sekarang lebih baik kita cepat pulang ke resort. Sebentar lagi sepertinya turun hujan salju.”Mereka pun akhirnya terdiam. Esme menuruti kata-kata Cahterine dan menaiki mobil Dave.Sampai di resort, Dave menuntun Esme menu
Tiga hari di Claymont terasa kurang bagi Darren maupun Esme. Akan tetapi, apa mau dikata. Mereka sudah harus pulang. Pekerjaan Darren menantinya. Dengan pangkat baru, tanggung jawab baru, Darren tidak bisa berlama-lama cuti, meskipun dia berharap dia bisa. Sebelum meninggalkan Claymont di hari itu, pagi harinya Esme mengajak Darren menuju ke perkebunan anggur. Dia ingin membawa pulang anggur berkualitas yang langsung bisa dia petik di perkebunan itu. Kebetulan, pemilik perkebunan mengenal baik keluarga Darren. Mereka menyusuri perkebunan itu dengan Mr. Thompson, pemilik perkebunan. Pria paruh baya itu sambil menjelaskan pohon anggur mana yang buahnya berkualitas baik. Hingga tiba di deretan pohon yang berada tepat di tengah-tengah kebun, Mr. Thompson berhenti. “Ini yang paling berkualitas di sini. Dan kau beruntung, ada yang baru berbuah dan belum dipetik. Jika kau datang siang ini, aku yakin buah ini sudah tidak ada di sini.” Esme tersenyum senang. “Trims, Mr. Thompson. Tapi, ak
“Aku ingin tempat yang lebih tenang untuk hidup. Kota kecil atau pedesaan rasanya lebih cocok untukku.”“Pedesaan? Bagaimana kau bisa hidup di pedesaan?”“Aku bisa bertani. Atau beternak. Rasanya lebih menantang, dari pada hanya duduk seharian di apartemen dan menghabiskan uangku untuk minum dan makan saja.”Selesai mengucapkan itu, Martinez melewati Catherine begitu saja.Catherine begitu shock hingga dia tidak tahu apa yang harus dia katakan. Dia juga tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Mengejar pria itu? Atau membiarkannya pergi? Catherine seperti kehilangan akalnya sendiri.Baru saat langkah Martinez semakin jauh darinya, Catherine baru tersadar. Gegas dia mengejar pria itu.“Jangan! Jangan pergi!”Martinez menghela napasnya. “Tekadku sudah bulat, Cath.”“Sudah bulat bagaimana? Kenapa kau tiba-tiba pergi? Padahal kau tidak boleh pergi! Kau ha
Pagi itu, Darren duduk di kursi makannya. Dia sedang menyesap kopinya saat matanya tertuju pada layar ponsel. Claire mengiriminya undangan pesta pernikahan. Sebagai kakaknya, tanpa dikirimi undangan pun Darren pasti harus hadir. Tetapi, adiknya itu tetap ingin mengiriminya undangan.Melihat undangan itu, Darren merasa ada yang menggelitik hatinya.Sepiring poblano peppers tersaji di hadapannya secara tiba-tiba. Esme menyusul dengan duduk di sebelah pria itu. Wajahnya tersenyum lembut, memancarkan kebahagiaan.“Wow! Sarapan yang menggiurkan,” ucap Darren dengan matanya berbinar penuh gejolak.“Ya! Tadi kebetulan bangun lebih pagi, dan semua bahannya ini lengkap. Jadi, aku masak saja ini.” Esme mengambil satu dan memasukkannya ke dalam mulut. Dia mengunyah dengan perlahan dan sambil menikmatii rasa yang bercampur dalam mulutnya.“Hmmm, ini sangat lezat. Kau tidak makan?”“Tentu, aku akan
“Apa yang terjadi di sini, biarlah berlalu. Tidak perlu disimpan dalam hati apalagi sampai dibawa pulang ke rumah kita. Aku tidak ingin kebersamaan kita nantinya ternoda dengan segala hal yang diucapkan Claire padamu. Bisakah?”Mendengar ucapan Darren, air mata Esme luruh lagi. Dia menganggukkan kepalanya. Darren menghapus air mata itu dan mengecup wajah Esme dengan penuh kasih.Setelahnya, mereka membawa segala barang bawaan mereka keluar kamar.Baru juga membuka pintu, sosok Claire sudah menghadang Esme di sana.“Mau apa lagi kau?” hardik Esme pada Claire. Rasanya seluruh persendian tubuhnya terasa sakit karena segala emosinya tersentak pada perseteruannya dengan Claire.Darren pun yang masih menarik koper di belakang Esme langsung menghardik Claire juga. “Claire, please. Apa tidak capek kau memikirkan hal itu terus-menerus?”Claire menggeleng. Wajahnya terlihat pucat dan lemah. Dan dengan
Catherine menahan napasnya selama perkelahian mereka dan baru mengembuskan napasnya itu saat Garry telah kehilangan kesadaran. Dia mengangkat wajahnya dan pandangannya tertaut pada tatapan mata Martinez. Di benaknya, dia mengharapkan Martinez akan menanyakan dengan lembut, ‘apa kau tidak apa-apa?’ Namun yang terjadi sesungguhnya, pria itu menatapnya marah dan membentaknya. “Apa kau sudah gila?! Apa kau sudah tidak punya harga diri lagi?!” Catherine shock minta ampun. Dia sampai terbelalak dan mulutnya menganga lebar. Martinez masih melanjutkan kemarahannya pada Catherine. “Kalau kau bodoh, lebih baik kau tinggal di rumah dan mengurus bayimu. Bukannya berkeliaran mencari lelaki lajang. Kau haus belaian atau apa, huh?!” Kata-kata Martinez begitu menusuk hati Catherine. Dia yang baru saja merasakan keterkejutan karena perlakuan Garry yang membuatnya takut, kini malah harus menghadapi kemarahan Martinez. Dia bahkan dikatai b
“LEPASKAN! KAU BAJINGAN!” Catherine berusaha keras untuk berteriak, memukul, menendang. Apa saja agar terlepas dari kungkungan Garry. Tetapi, pria itu jauh lebih kuat darinya.Kini, wajah Garry berada di atas wajahnya. Bibirnya menjelajah di sekeliling pipi dan lehernya, membiarkan liurnya menempel di kulit Catherine. Dan pada akhirnya bibir itu mendarat di bibirnya.Catherine meronta-ronta ingin melepaskan dirinya.Namun nyatanya, tangan Garry malah merobek kaosnya.Catherine semakin histeris. Segala tenaga dia kerahkan hanya untuk merasakan terjangan tenaga yang lebih besar lagi dari Garry.“HELP! HELP!!!” teriak Catherine putus asa. Garry sudah bagai binatang buas yang siap membantai korbannya. ***Tok tok tok.Darren mengetuk pintu kamar orang tuanya. Tak lama kemudian, ayahnya membuka pintu dengan perlahan. Te
Sementara itu di kamarnya, Claire juga menangis tersedu. Dia memikirkan betapa James Carter adalah pria yang baik.James sudah berteman dengan Darren sejak mereka di awal karier kepolisian. Claire suka berada di dekat mereka jika James datang ke rumah.Dan entah sejak kapan, James mulai menunjukkan tanda-tanda suka pada Claire. Meskipun gadis itu tidak menganggap James lebih dari seorang teman, Claire tidak pernah meremehkan perasaan James.Di hari ketika kabar tewasnya James tiba di telinganya, Claire mulai sering memikirkan pria itu. Saat itu, Claire merasa tidak ada salahnya membuka hatinya untuk James. Pria itu dewasa dan sangat baik. Dirinya yang manja mungkin akan bisa merasakan cinta yang manis saat bersama James.Claire bahkan sudah menyusun kata-kata yang akan dia ungkapkan pada James, bahwa dia ingin membuka hatinya untuk James.Tetapi kemudian kabar itu datang. Hatinya hancur remuk.Baru bertahun-tahu
Garry benar-benar mengajak Catherine ke apartemennya. Dalam setiap langkahnya, Catherine merasa semakin gelisah.Meskipun semua ini adalah idenya sendiri, tetapi memikirkan dia akan kepergok Martinez mengunjungi apartemen pria lain, yang malahan baru dia kenal lewat kencan buta, tetaplah membuat perutnya terasa mual.Langkah kaki Cahterine hampir saja berbalik arah jika bukan karena wanita itu terngiang lagi akan ucapan Martinez sebelum ini.‘Kau berhak mendapatkan pria lain yang lebih sempurna. Yang layak mendapatkan dirimu.’Huh! Dasar lelaki tidak peka! Memangnya Martinez tidak sadar jika yang Catherine inginkan adalah pria itu sendiri? Dan karena kebodohannya itu, sekarang Catherine benar-benar ingin mencari yang lebih baik dari pria itu. Dia akan tunjukkan bahwa dia tidak akan mengemis cinta.“Unitmu di lantai ini?” tanya Cahterine terkejut saat mereka keluar dari lift. Bahkan unit Garry berada di lantai yang sama denga
Garry pun memberitahu apartemen tempatnya tinggal. Cahterine terkejut karena nama apartemen yang disebut Garry adalah apartemen tempat Martinez tinggal. Mendadak, selintas ide gila lewat di otak Catherine. Dan idenya ini telah menghilangkan rasa malu Cahterine sebagai wanita. Dia berkata, “Boleh aku mampir ke apartemenmu? Ehm, maksudku, sekarang?” Pertanyaan Cahterine sukses membuat Garry tercengang. Tidak ada wanita yang lebih seterus terang dan segesit dia. Garry juga tidak menyangka jika Catherine bisa mengatakan ini semua mengingat saat makan di kafe tadi, Catherine tidak terlihat ramah. Dia begitu cuek, dingin, dan jutek. Wanita itu seperti tidak memiliki pikirannya di tubuhnya. Tetapi sekarang, tiba-tiba wanita ini memintanya untuk mengajaknya ke apartemen? Mungkin sebentar lagi akan hujan uang. Namun begitu, Garry laki-laki normal. Tidak mungkin dia melewatkan kesempatan emas seperti ini. Apalagi Catherine adalah wanita pirang seksi. Sungguh me