Esme menatap sajian Poblano peppers yang ditatanya rapi di atas meja. Total semua ada sepuluh porsi. Dari aromanya saja Esme sudah tak sabar untuk menikmatinya. Dia sungguh tak menyangka jika Darren bisa memasak. Pria itu sungguh penuh kejutan.
Sembari menunggu Darren selesai mandi, Esme memutuskan untuk memfoto Poblano Peppers yang telah berhasil mereka buat. Dia mengeluarkan ponsel dan saat akan membuka ponsel, terlihat chat dari Dave: Aku akan ke rumah sakit jam 6 nanti. Just wait, Baby. Miss you so much.
Esme mengernyit membaca pesan itu. Sedari siang saat Darren menjemputnya di rumah sakit, tak sedetik pun dia mengingat tentang Dave. Dan sekarang, dia malah berada di apartemen Darren, menunggu pria itu selesai mandi untuk makan malam bersama.
Rasa bersalah langsung menghimpitnya. Kekasih macam apa dia sehingga tega berbuat begitu?
Esme tak jadi mengabadikan Poblano Peppers mereka. Dia memasukkan ponselnya dan tiba-tiba suara dehaman baritone menarik
Aku hanya ingin memelukmu begini. Karena setelah ini, kau akan pulang ke rumahmu. Dan kau akan bersama pria itu lagi.” Butuh beberapa detik bagi Esme untuk mengerti arah pembicaraan Darren. Gadis itu terdiam mencerna kata-kata Darren. Kenapa pria itu mengatakan hal begitu padanya? Jika memang Darren menginginkan kebersamaan mereka, jika memang Darren serius menginginkannya, kenapa dia masih berpikiran Esme akan kembali pada Dave. Lalu, apa arti segala ciuman mereka tadi? “Apa maksudmu, Darren? Apakah kita-“ Esme tak sanggup melanjutkan kata-katanya. Rasa sesak mencekal tenggorokannya. Lagipula, jika dia menanyakannya akan terdengar seperti dia yang merengek pada Darren agar mereka menjadi sepasang kekasih. Tidak! Dia tidak mau seperti itu! dia ingin Darren lah yang memintanya, bukan sebaliknya. Seakan belum cukup, saat Esme masih gelisah dengan segala pemikirannya itu, tiba-tiba bel pintu terdengar merusak medan magnet yang merekatkan m
Esme masih berdiri di lobby apartemen Darren menatap punggung pria itu yang berlari ke atas menuju unitnya. Darren menyuruhnya menunggu di bawah, sementara dia ke atas mengambil kunci mobil.Esme termenung menatap pintu gedung apartemen. Dia bimbang, haruskah dia menunggu Darren? Tapi, yang benar saja! Pria itu didatangi teman wanitanya untuk memasak bersama. Meskipun Darren bilang Trisha hanyalah rekan kerjanya, tapi mereka sedekat itu. Entah sudah seberapa sering mereka memasak bersama. Setelah memasak, mereka akan makan bersama. Dan siapa yang tahu kejadian tadi saat dia bersama Darren tidak terjadi juga pada Trisha?Tapi jika dia pulang sendiri sekarang, selain takut dan masih trauma, dia juga masih ingin mendengarkan penjelasan Darren lebih jauh lagi. Apa maksud ciuman dan kata-kata mesranya sedari tadi?Merasa bimbang, Esme melangkahkan kaki keluar dari gedung apartemen. Mungkin angin bisa membantunya memutuskan. Dia menunggu sesaat lagi agar
Catherine, yang bersembunyi di dalam dapur, tak menyadari jika dia sampai menahan napas saat menyaksikan ciuman Dave meleset dari wajah Esme dan pria itu terlihat bingung dengan Esme yang berlalu begitu saja dari hadapannya. Di saat seperti ini, Catherine jelas tak mau terlibat. Lebih baik dia bersembunyi di dapur daripada harus menjawab banyak pertanyaan dari Dave andaikata dia keluar dari dapur ini.Selesai Esme berlalu ke lantai atas, Dave terlihat kebingungan. Dia sendirian di ruangan depan toko, seperti pelanggan yang tak digubris penjual. Kasihan. Tapi, Catherine juga malas menemaninya jika hanya akan dihujani dengan pertanyaan tanpa henti.Sembari menunggu Dave meninggalkan toko, Catherine teringat pada Kyle. Lelaki itu tidak menyanggupi permintaannya untuk bertemu malam ini. Alasannya? Huh! Karena dia harus lembur.Catherine mendenguskan napasnya kuat-kuat. Apakah Kyle tipe pengusaha yang terlalu rajin sehingga merasakan keharusan untuk lem
“Jadi, kau akan ke Claymont besok siang?” tanya Catherine terkejut akan berita yang disampaikan Esme. Mereka sedang di dapur, menunggu Esme selesai memasak fettucini carbonara.“Iya. Dan kau boleh ikut,” kata Esme lagi membuat Catherine tergelak tawanya.Esme menatap sepupunya itu tajam seraya mengangkat panci dan menuangkan fettucini nya ke dalam dua piring. Satu untuknya dan satu lagi untuk Catherine.“Kenapa kau tertawa?”“Nothing! Hanya saja, maaf ya kali ini aku gak bisa ikut. Aku juga ada rencana liburan dengan Kyle. Ya, memang tak sejauh kalian. Kami hanya pergi sabtu dan pulang minggu.”“Oh, ke mana?” tanya Esme kecewa. Jika Cahterine tak ikut, dia juga tak mau pergi berdua saja dengan Dave.“Hmm … belum tau sih. Mungkin yang dekat-dekat sini saja,” jawab Catherine lagi dengan mengulum senyum penuh artinya. Tetapi kemudian, dia tiba-tib
“Pilih salah satu!” jawab Catherine tegas, pada Esme yang kebingungan di antara dua lelaki, Dave or Darren. Esme mendengus kesal. “Jawabanmu klise, CAth!” Sepupu pirangnya itu tersenyum lagi, kemudian melanjutkan perkataannya, yang sanggup membuat Esme menganga tak habis pikir. “Pilih salah satu! Jika kau tak bisa memilih, jalani keduanya secara diam-diam. Jangan sampai ketahuan!” bisik Catherine di telinga ESme, membuat gadis itu bergidik ngeri. Esme menatapnya cepat. “Kau gila!” Catherine malah tertawa. “Sebenarnya, aku heran melihatmu. Kau jelas-jelas menginginkan Darren. Lantas kenapa kau bertahan dengan Dave?” “Darren juga memiliki Trisha, Cath. Itu salah satu fakta yang tak bisa kupungkiri.” Catherine menarik napasnya dalam-dalam. Dia heran kenapa Esme bisa begitu rumitnya. Kenapa tidak seperti dia saja? Jika satu lelaki tidak menginginkannya, pindahlah ke lelaki berikutnya. Tak perlu ribet! “Sebena
“Karena orang seperti Catherine tidak muda patah hati. Tapi aku? Membayangkan jika sampai kau suatu hari meninggalkanku saja aku mau mati rasanya. Jadi, aku rasa aku tidak sebebas itu dalam berpetualang cinta. Dan rasa itu akan menyiksaku untuk sungguhan mati jika kau benar sampai meninggalkanku, Sayang.” “Oh, Dave ….” Napas Esme seakan tercekat dalam tenggorokannya. Berpuluh-puluh jam dihabiskannya untuk memikirkan bagaimana cara yang tepat untuk mengakhiri hubungannya dengan Dave, tetapi pria itu dengan menyayat hati memohon padanya untuk tidak meninggalkannya di saat dia belum juga menemukan kata yang tepat untuk mengakhiri hubungan mereka. Pada akhirnya, Esme hanya mampu menghela napasnya dalam-dalam, membiarkan Dave membelai wajahnya, dan kemudian tangan itu bergerak mengunci lehernya. Bibir itu kemudian mengecup bibirnya pelan dan melumatnya dengan segenap hati. Tubuh Esme yang tadinya menolak, karena masih teringat akan ciuman Darren di
Akibat Esme terluka, yang menikmati liburan hanyalah Catherine dan Richard. Dave terpaksa menemani Esme di rumah sakit hingga gadis itu dinyatakan sembuh. Esme sembuh dua hari kemudian, dan sore nya mereka barulah bisa kembali ke resort.“Maaf, gara-gara aku, liburanmu jadi tak asyik,” kata Esme saat Dave merangkulnya erat dan berjalan keluar dari rumah sakit menuju mobil.“No! Aku yang harusnya minta maaf. Gara-gara aku yang mengajakmu main ski kau jadi jatuh. Seharusnya aku bisa lebih menjagamu.”“Tidak. Itu murni salahku sendiri. Tidak ada salahmu di sana, Dave,” tampis Esme lagi, membuat Catherine memutar bola matanya.“Sudah, sudah! Itu salah kalian berdua. Sekarang lebih baik kita cepat pulang ke resort. Sebentar lagi sepertinya turun hujan salju.”Mereka pun akhirnya terdiam. Esme menuruti kata-kata Cahterine dan menaiki mobil Dave.Sampai di resort, Dave menuntun Esme menu
Tangan Dave kembali menyelusup ke balik bajunya dan mencoba menggapai dadanya.“Hentikan, Dave,” kata Esme seraya mendorong tangan itu.Dave menjauhkan wajahnya dari Esme, tetapi hanya sesaat. Dia kini mendorong tubuh Esme hingga berada di bawahnya. Ditindihnya tubuh itu dan dia kembali menghisap bibir Esme dengan segenap hasrat yang membara dalam dirinya.Dave juga menahan tangan ESme dengan tangannya hingga gadis itu tak sanggup mendorongnya lagi.“Hentikan, Dave! Not now!” seru Esme, tetapi Dave masih tak mendengarnya.Dan saat sapuan lidah Dave kembali pada telinganya, Esme langsung menghardiknya keras. “Stop it, Dave!”“Stop it!”Esme yang ketakutan karena Dave sudah terbakar hasratnya mulai menangis dalam teriakannya. Akan tetapi, Dave masih seakan tuli dan tak mendengar. Pria itu terus melancarkan aksinya dengan semakin beringas.Esme dalam himpitan tubuh Dave