SEmentara Darren dan Archie sibuk memborgol Nicky dan Tom, Britney yang ketakutan akan kehilangan baby Jade, melihat sekelilingnya untuk mendapatkan cara untuk melarikan diri.
Pandangannya terhenti pada mobil Darren yang menyala dengan pintu terbuka. Segera wanita itu menaiki mobil Darren. Dia akan membawa pergi baby Jade. Bayi itu adalah bayi nya. Tidak akan dia serahkan kembali pada siapapun. Sekalipun pada orang tua kandungnya.
SAmbil menggendong baby Jade dengan tangan kirinya, wanita itu menutup pintu mobil dan langsung tancap gas melarikan diri dari sana.
Darren mengejarnya dengan berteriak-teriak marah. Dia mengkhawatirkan bayinya. Wanita itu menyetir sambil menggendong bayinya? Dengan kecepatan tinggi seperti itu?
Darren tak berani membayangkannya.
Saat mobil rekannya yang lain tiba di belakangnya, Darren langsung mengambil alih salah satu mobil dan mengejar Britney.
Di tengah malam yang gelap, Darren terus menge
“Selamat sore, para penumpang sekalian. Lampu tanda mengenakan sabuk pengaman telah dimatikan. Anda semua dipersilakan untuk turun dari pesawat sesaat lagi saat pesawat telah terhenti dengan sempurna.”Suara lembut sang pramugari menggugah para penumpang yang tadinya duduk rapi dan tertib, mulai bangun dan mengambil tas tangan masing-masing.Esme menjadi yang pertama bangun dan gegas menuju lorong pesawat agar mendapatkan barisan terdepan untuk bisa turun dari pesawat ini. sementara Catherine dan ibunya serta baby Rod masih mengurusi tas tangan mereka.Begitu pintu pesawat dibuka, ESme bisa merasakan kelegaan melingkupinya.Dia pun berjalan cepat. Ditinggalkannya Catherine bersama yang lain. Di benaknya hanyalah keinginan untuk menemui baby Daisy.Saat telah melewati pintu ‘kedatangan’, ESme mencari-cari sosok belahan jiwanya yang ternyata telah menantinya tak jauh dari sana.Darren melihatnya dan langsu
Pemakaman. Apa yang dialami Esme saat kematian ibunya seperti menimpanya lagi. Dengan mata sembab, Esme menatap gundukan tanah yang dilemparkan menutupi peti di bawah sana. Dia menguburkan jasad ayahnya di sebelah ibunya. Setidaknya mereka kini sudah berdampingan. Ayahnya menemani ibunya di alam sana. Dengan begitu ibunya takkan kesepian lagi. Catherine dan ibunya, serta baby Rod ikut mendampingi pemakaman ayahnya. Begitu juga Enrique yang terbang lagnsung ke Mexico untuk menguburkan ayahnya. Pria itu menangis bercucuran air mata karena merasa belum sempat mengobrol dengan ayahnya dari hati ke hati. Archie juga menemani dan Martinez yang sudah lumayan pulih pasca operasi juga ikut mendampingi. Hanya satu yang menjadi kesedihan pria itu. Kakinya yang terluka takkan pernah berfungsi seperti semula lagi. Itu semua menyebabkan jalannya Martinez menjadi pincang. Mrs. Liu yang sudah dikeluarkan dari kamar walk-in closet Britney kini m
Tiba di depan pintu unit Martinez, Catherine menarik napas panjang sebelum mengetuk.Tiga ketukan beruntun, dan tak ada yang menyahut. Diketuknya lagi.Kali ini teriakan frustrasi dari dalam menyambutnya, diiringi dengan bunyi barang yang dilempar, yang kemudian mengenai barang lainnya hingga berjatuhan di lantai. Bunyi itu semakin gaduh dan masih terus berlanjut.Catherine mematung di depan pintu. Apakah yang terjadi? Mungkinkah Martinez sedang bertarung dengan seseorang di dalam sana?Sedang memikirkan segala kemungkinan, suara gaduh dari dalam kembali terdengar. Dan diikuti teriakan panjang Martinez.Catherine tak mampu menahan dirinya lagi. Dia pun hendak mendobrak masuk. Akan tetapi, begitu dia menekan gagang pintu, pintu dengan mudahnya terbuka.Tidak dikunci? Pikiran Catherine semakin merasa aneh.Dengan langkah perlahan dia memasuki unit sewaan Martinez. Dilihatnya beberapa barang berserakan di lantai. Termasuk j
Kalimat ibunya itu sukses membuat Catherine hampir tersandung saat menuruni tangga. Untungnya dia masih berpegangan erat di pagar tangga. Dideliknya ke arah atas, meskipun ibunya tidak terlihat, dan dia berdecak kesal. Wajahnya telah merona merah karena ucapan ibunya tadi.Sudahlah, tak usah dipedulikan. Mom memang sok tahu.Catherine pun menuju pintu ruko. Dibukanya pintu besi itu dengan mengerahkan tenaga yang tidak sedikit.Begitu pintu terbuka, Cahterine hampir melompat kaget mendapati Martinez telah berdiri di balik pintu itu.“Hah! Kau membuatku kaget! Seperti hantu yang tiba-tiba muncul di balik pintu. Diam dan tak bergerak pula!” gerutu Catherine memegangi tengah dadanya yang terasa berdetak kencang sekaligus bagai mau copot.Dalam sekejap, dia membalik badannya dan berjalan menuju meja kasir nya.Martinez mengikutinya dari belakang. Pria itu kemudian membukakannya pintu ruko hingga habis.Setelahnya, Martinez masu
Esme sudah mengenakan gaun resminya untuk menghadiri makan malam bersama rekan-rekan Darren. Gaun yang dipilihnya berbahan chiffon lembut berwarna biru gelap, dengan kerah bermodel Sabrina dan rok berbentuk A yang jatuh tepat di lututnya.Darren terpukau melihat betapa elegannya Esme dengan gaun seperti itu.“Kenapa?” tanya Esme melihat Darren menatapnya berdetik-detik lamanya.“Cantik,” jawab Darren terpukau.“Memangnya baru kali ini saja?”“Ah, tidak. Setiap saat kau cantik. Hanya saja kali ini berbeda. Cantik dan elegan.”“Ah, gombal. Lihat tuh daddy mu, Daisy. Dia sekarang pintar merayu. Ayo, Daisy, kita pergi temani Daddymu, ya.”Esme mengangkat baby Daisy dari crib nya, tetapi Darren merebutnya. Dan pria itu membisikkan pada baby Daisy, “Kau anak daddy yang lucu. Kau juga sangat cantik malam ini. Daddy sangat beruntung memiliki kalian berdua di hidup
Cahterine sengaja berjalan sepelan Martinez dan menjaga jarak satu meter di belakang pria itu.Suara ketawa dan celotehan khas bayi ala baby Rod lah yang membuat Martinez akhirnya berhenti dan membalik tubuhnya secara mendadak.CAhterine yang tak awas dengan perhentian dadakan itu jadi menabrak dada Martinez.Tercium aroma after shave pria itu membuat wajah Catherine memerah seketika. Untunglah hari sudah malam sehingga tidak akan kentara jelas jika wajahnya merona malu. Itu yang Catherine pikirkan.Sedetik kemudian, dia menjadi semakin malu saat suara dingin Martinez menyapanya lagi, “Kenapa malah kau yang mengikutiku sekarang? Dan kenapa pula wajahmu merona hanya karena menabrak dadaku, huh?”“Aku tidak merona!” kilah Catherine dengan melotot pada Martinez.“Ya, kau merona. Aku bisa melihatnya!”“Omong kosong! Gelap begini mana kau bisa lihat jika ada rona di wajahku!”
“Sayang sekali, Dear. Martinez sudah pindah tadi siang.” Martinez sudah pindah. Martinez sudah pindah. Kalimat wanita tua itu bergema di kepalanya hingga Catherine terlambat menanyakan, “Apa?” WAnita tua tadi sudah berbalik dan melanjutkan jalannya. Catherine mengejarnya tepat saat dia hendak memasuki unitnya sendiri. “Maaf. Martinez sudah pindah? Ke mana?” Wanita tua itu menggeleng. Kedua matanya menatap sendu pada Catherine. “Dia tidak memberitahukan tepatnya. Tetapi dia ada bilang dia pindah ke pinggiran kota. Dia berkata tentang ‘dekat dengan kakaknya’, seperti itu saja.” Catherine kembali berpikir begitu keras hingga saat wanita tua itu berpamitan, dia tidak menyadarinya. Saat dia kembali pada realita, Catherine mendapati wanita tua itu sudah tidak ada di hadapannya. Dengan langkah gontai, Catherine kembali ke rumahnya. Pertanyaan yang bergentayangan di benaknya kini b
Seperti yang telah dia perkirakan, hari-harinya selama ditemani Claire hampir terasa bagai di neraka. Claire, bukannya membantunya, malahan bersikap bossy. Dia meminta makanan ini dan itu. Jika Esme tidak bisa membuatkannya, gadis itu akan duduk di depan TV sambil merengut marah. Apa pun yang terjadi, Claire tidak akan beranjak dari sana. Dia bahkan tidak akan makan dan minum apa pun saat marah. Esme jadi merasa seperti mempunyai dua bayi. Jika dia bisa mengabaikan Claire, dia akan merasa sama saja tinggal sendirian seperti dulu. Tetapi, dia tidak bisa mengabaikan gadis itu, yang saat sedang merajuk, dia akan menelepon temannya dan berbicara di telepon dengan suara keras, untuk waktu yang lama. Esme sungguh tidak tahan. Sudah tiga hari, dan Claire bahkan belum membantunya sekali pun mengurusi baby Daisy. Dia bahkan belum pernah mengajak keponakan bayinya itu bermain sekalipun. Selama tiga hari itu pula, Darren hanya pulang saat