“BAgaimana kau bisa sudah keluar dari penjara?”
“Kakakku mengeluarkanku.”
“Oh!” sahut Catherine tercengang. Mendengar itu, hati kecilnya seakan memiliki secercah harapan lagi bahwa ayahnya pun tidak akan terlalu lama di penjara.
Tanpa sadar dia menghela napas panjang dan tersenyum lembut, penuh harapan. “Syukurlah kalau begitu.”
Martinez melihat ekspresinya itu dan merasa aneh. Dikiranya, Catherine merasa lega dengan melihatnya sudah terbebas dari hukuman penjarannya jauh lebih singkat dari seharusnya. Jantungnya berdebar riang dan penuh gelora.
Catherine meletakkan bungkus rokok di alat scan, kemudian menyebutkan harganya. Martinez memberikan uangnya dan menerima rokok itu dari tangan Catherine. Sentuhan tangan mereka tampaknya telah membuat dia merasa tersengat. Sedangkan Catherine pun cepat-cepat menarik kembali tangannya.
Wajah gadis itu terlihat merona, membuat Martinez semakin gemas. Hasr
Cahterine berada di atas Martinez. Dia jatuh tepat di dekapan pria itu. Dan bibirnya menempel di atas bibir pria itu. Dalam keterkejutannya, Catherine tak mampu bergerak. Pun Martinez tidak terlihat berusaha untuk bergerak. Mereka berdua seakan mematung. Semua terasa aneh. Aroma napas Martinez yang segar merasuk di hidung Esme. Kehangatan bibir pria itu pun menempel lembut di dagunya. Serta tatapan Martinez begitu mengikatnya, membuatnya seakan lupa bagaimana harus bersikap. Berdetik-detik kemudian, saat Catherine akhirnya mampu meraih pikirannya kembali dan siap untuk menegakkan tubuhnya, secara tak terduga, tangan Martinez malah menarik tubuhnya hingga lebih merapat pada tubuh kekar pria itu. Masih dalam keterkejutan Catherine, sedetik kemudian, Martinez malah melumat bibirnya. “Huummptt! Apa yang kau lakukan?!” bentak Catherine sambil berdiri. Martinez memandanginya tak percaya. Beberapa saat yang lalu, Catherine tera
“Aku pun bukan pria sempurna. Kita sama-sama benahi hidup kita. Tapi, aku ingin bersamamu. Setiap hariku di penjara aku tak bisa berhenti memikirkanmu, Cath. Bayangan dirimulah yang membuatku bertahan hingga detik ini aku bisa bebas.”Catherine mulai kesal. Dia pergi dari hadapan Martinez. “Kita baru bertemu, tidak perlu bahas tentang asmara. Ada banyak hal di dunia ini yang lebih penting dari urusan asmara.” ***Catherine selesai menyuapi baby Rod. Semakin hari takaran makan anaknya itu semakin banyak. Ada rasa puas di wajah Catherine melihat bayinya makan dengan lahap dan menghabiskan semangkuk bubur yellow pumpkin sampai bersih tak bersisa setetes pun. Meski begitu, baby Rod masih menangis. Biasanya, dia ingin minum jus, atau susu.Catherine menuju dapur untuk membuatkan baby Rod jus jeruk. Tetapi, dia baru melih
“SEkalian yang ini,” kata Martinez lagi pada kasir seraya dia mengangsurkan 3 kotak alat kontrasepsi yang baru dibelinya dari gadis SPG tadi.Dan untuk menutupi malunya, Martinez berkata pada Catherine, “Apa kau lapar, Babe? Kita makan dulu sebelum pulang?”Apa? Babe?Catherine kini memicingkan matanya menatap Martinez. Di saat yang sama, kasir mengulurkan kembalian dan struk pada Martinez. Pria itu langsung menyimpannya dalam dompet tanpa memeriksanya.Kemudian, tangannya merangkul pinggang Catherine dan membawa wanita itu, beserta baby Rod yang anteng di gendongan, dari sana.Mereka bertiga keluar dari supermarket dan langsung menuju mobil. Catherine masih menahan dirinya untuk tidak berkomentar sedikitpun. Tapi kata ‘babe’ yang diucapkan Martinez terus bergema di benaknya.Mobil melaju di jalan raya, Catherine memilih untuk melihat ke luar jendela. Dia sembari menyusun-
BAgi Catherine, bukan kata-kata indah dari bibir Martinez yang membuatnya terpana dan tak menyangka. Meskipun sangat aneh melihat pria itu bisa mengucapkan kata-kata cinta, tetapi fakta bahwa Martinez sudah mengatakan semua itu di saat mereka baru bertemu sekitar 2 minggu lamanya.Rasanya terlalu cepat untuk mengungkapkan cinta. Belum ada yang terjadi di antara mereka selain saling pandang.Pikiran Catherine terdiam lagi.Oh, yeah, they kissed. Dua ciuman sudah terjadi.Huh!Catherine membanting tubuhnya ke ranjang dan memilih menghentikan semua pikirannya itu. Dipandanginya Rodney yang tertidur nyenyak di dalam baby crib. Urgh! Bisa tidur seperti Rodney pastilah menyenangkan. Jadi, lebih baik dia tidur daripada memikirkan semua itu.Namun yang terjadi, begitu dia memejamkan matanya, adegan ciumannya bersama Martinez tertayang ulang di benaknya.Aaarrgggh! Menyebalkan!&
Sore itu semua terasa damai, tentram, dan begitu sempurna bagi Catherine. Ditambah lagi langit senja yang berwarna oranye membuat suasana hati menjadi semakin bersahaja. Dan saat perpaduan semua itu terasa begitu sempurna bagi hari itu di dalam hidup Catherine, dari arah depan muncullah sosok yang sangat tidak dia harapkan. Shit! Kenapa bisa ada kebetulan seperti ini? Bagaimana mungkin sedari tadi dia tidak g,melihatnya? Jika tahu begini, dia akan langsung memutar. Ah, andai bumi bersedia menelannya saja …. “Hai, Cath! Aku baru mau ke tempatmu. Kau ….” Suara itu lenyap seiring dengan tatapan si pemilik suara yang mengarah pada Martinez dengan baby Rod di gendongannya. Catherine ingin menyusup ke dalam tanah saat itu. Tetapi, tak ada yang bisa dihindari lagi. “Martinez?” seru Esme menatap pengawal ayahnya itu dengan tatapan tak percaya. “Kau sudah keluar?” “Nona Esme. Sengan berjumpa denganmu. Kakakku yang mengelu
“Pagi, Agent Darren,” sapa Archie saat dia baru tiba di kantor. Dilihatnya, Darren telah duduk bertopang dagu dengan tatapan serius ke arah layar computer. Kedua alis pria itu mengerut tajam.“Tumben kau pagi-pagi sudah tiba dan serius membaca. Ada kasus baru?” Archie meletakkan tasnya di kursi, melonggarkan dasi nya, dan duduk di kursinya. Dia tidak langsung menyalakan computer, melainkan menyesap kopi panasnya dulu.“Tidak ada kasus baru. Justru ini kasus lama. Kemarin, aku melihat anak buah buronan yang kukirim ke penjara. Seharusnya dia dihukum 15 tahun. Tetapi, kemarin dia sudah berkeliaran di jalan. Bagaimana bisa?” tanya Darren datar, namun ucapannya terdengar kelam. Tatapannya tetap pada layar computer, mencari-cari artikel yang mungkin dia lewatkan.“Itu hal biasa, Bro. Beginilah tugas kita. Hanya menang sesaat. Susah payah kita kejar mereka sampai bertaruh nyawa. Saat akhirnya mere
“Hei, Babe. Kau sudah pulang?” Esme terbangun dari tidur siangnya yang begitu damai. Dia menoleh ke arah pintu dan menemukan Darren berdiri di sana menatap ke arahnya.Pria itu melangkah masuk dengan raut wajah yang aneh. Tetapi, ketika mereka telah dekat, Darren tersenyum lembut.“Maaf, aku mengganggumu. Aku hanya mengecek keberadaan kalian. Tidurlah lagi,” ucap Darren sembari memeluk Esme dan ikut berbaring di belakang istrinya itu.Esme membalikkan tubuhnya dan memandangi Darren. “Ada apa? Tidak biasanya kau pulang di siang bolong seperti ini. Ada yang kau cemaskan?”Darren menggeleng. Dia tidak ingin membuat Esme merasa takut dan cemas, hingga dia memutuskan untuk menyimpan sendiri kabar lolosnya Nicky dari penjara.“Tidak ada. Hanya merindukan dua bidadariku saja.” Kecupan lembut mendarat di bibir Esme setelah dia selesai mengucapkan itu. SAtu kecupan berlanjut menja
“Aku ingin bergabung. Hanya saja, aku takut nanti ada yang lain yang juga bergabung dan saat mereka tanya padamu, kau akan menjawab aku bukan siapa-siapa dan aku juga yang tiba-tiba datang bergabung denganmu. Jika begitu, aku akan merasa teramat malu.”Bagaikan ditampar di wajahnya, Cahterine menjadi merah padam, terkejut, dan juga serba salah akan sindirian Martinez. Ternyata benar pria itu tersinggung akan ucapannya kemarin sore. Tetapi, kenapa sedari tadi dia tidak menunjukkannya?“Ah, ternyata kau marah karena ucapanku kemarin sore,” serunya menatap kesal pada Martinez.Pria itu malah tersenyum dan melunakkan sikapnya. “Tidak begitu. Aku hanya menjelaskan saja. Tidak ada yang marah.”“Hah! Kau hanya tampangmu saja yang sangar, tapi hatimu selunak perempuan. Hanya dikata begitu saja kau tersinggung, lalu tidak mau datang lagi ke toko. Di mana profesionalisme mu?”Marti