Jam berdentang menunjukkan pukul 05.00 di pagi hari. Hari masi nampak gelap tapi dari luar terdengar suara kokok ayam jantan kukuruyuk..kukuruyuk seolah menyuruh orang-orang segera bangun dari tidurnya.
Elena segera bangun dari tidurnya. Ia membuka matanya yang seolah masih lengket dan masih ingin terlelap di kamarnya yang gelap. Ya, ia suka tidur dengan lampu yang dimatikan. Karena menurutnya matanya bisa beristirahat dari kilau lampu yang menyilaukan matanya.
"Ah, aku masih ngantuk. Malas sekali rasanya untuk kerja."
Ia membalikkan badan ke arah kiri sambil memegang selimutnya yang lembut itu.
"Elena, kamu tidak boleh bermalas-malasan.Ingat kamu punya tanggung jawab yang besar terhadap keluarga."
"Sekarang bangun dan lekas berangkat kerja. Bangun pemburu rupiah." Elena berbicara pada dirinya sendiri.
Ia bangkit perlahan-lahan sambil menghidupkan lampu di kamarnya.
Dengan mata yang masih sedikit terpejam,dia berjalan perlahan-lahan. Ia langsung menuju kamar mandi untuk mandi. 10 menit kemudian, ia keluar dalam keadaan bersih wangi dan segar.
Ia mengambil pakaian rok dan seragam kantornya dari lemari yang sudah tersetrika dengan rapi dan harum sekali.
"Hmm, bajuku wangi sekali. Aku suka."
Dia mencium baju itu dengan memegang di kedua tangannya.
"Kalau begini, aku jadi semangat kerjanya."katanya.
Ia berdandan dan menyisir rambutnya yang sebahu, tampak tebal dan agak pirang. Tak lupa menyemprotkan minyak wangi kesukaannya yang ia beli bulan lalu. Wanginya lembut,aroma wanita elegan. Ia memakai minyak wangi itu tiap hari sebelum bernangkat kerja ke kantor.
Setelah siap berdandan, ia mengambil sebungkus roti coklat di atas meja meja makan dan menyeduh teh hangat tanpa gula untuk sarapannya sebelum memulai aktivitasnya hari itu.
Sambil makan roti dan meneguk teh hangat itu, ia mengecek email masuk dan daftar tugas yang akan dilakukan di kantor melalui telepon genggamnya.
"Cek email dulu ah. Oya,aku juga harus cek agendaku,apa saja kegiatan yang harus kulakukan hari ini supaya tidak ada yang ketinggalan."
"Hari ini aku selesaikan laporan keuangan,trus follow up berkas nasabah yang datang kemarin bersama istrinya."
"Ah, mudah-mudahan hari ini semua pekerjaanku berjalan lancar dan tidak ada halangan.Amin."
Elena bekerja di salah satu Bank swasta di kota Bandung. Ia perempuan yang mandiri ,cerdas dan disiplin. Tak heran, ia lumayan sukses dari pekerjaannya yang sudah digelutinya selama 5 tahun. Ia tinggal di kos-kosan yang cukup mewah dan punya mobil sebagai kendaraan pribadinya.
Ia juga selalu mengirim uang kepada orang tuanya di kampung untuk membantu biaya sekolah adiknya Hana yang masih duduk di bangku SMA. Ibunya hanyalah seorang penjahit kampung yang telah ditinggal oleh ayahnya 1 tahun yang lalu meninggal karena sakit jantung.
Tentu saja hati Elena merasa tidak tega jika harus melihat ibunya bekerja susah payah menyekolahkan adiknya itu.
Kini, hidup mereka baik makan dan sekolah bergantung kepada Elena. Elena sosok anak yang berbakti kepada orang tuanya. Ia ikhlas bekerja keras di kota asalkan orang yang disayanginya bahagia.
Setiap minggu, ia menelepon keluarganya menanyakan tentang kabar mereka dan jika ada hal yang dibutuhkan. Ia mengerti tanggung jawab yang dipikulnya setelah ayahnya tiada.
Ia sangat ingin melihat adiknya sampai menjadi sarjana sehingga bisa hidup mandiri seperti dirinya. Ibu Yuri senang dan bangga terhadap Elena yang mau jadi tulang punggung keluarga menjadi anak yang berbakti dan selalu memberi perhatian terhadap keluarga.
Di dalam hati, ibu Yuri ingin putrinya itu bisa mendapat pasangan hidup yang punya hati untuk mengasihi keluarga dan pengertian. Seperti yang selalu ia pesankan pada Elena, "carilah pria yang bertanggung jawab,karena jika ia bertanggung jawab terhadap hidupmu itu artinya ia siap berkorban untukmu dan tentu ia mencintai dirimu."
Tepat 6.30 Elena sudah siap berangkat ke kantornya. Ia memakai sepatu pantofel nya yang membuat ia terlihat anggun dan percaya diri. Bersih, rapi,wangi menjadi ciri khas pegawai Bank,yah tersebut memang dituntut oleh pihak kantor supaya lebih meyakinkan nasabah dan tampak profesional.
"Yes, Aku siap untuk bekerja. Datanglah rupiah, dompetku siap menampungmu..haha haha." Elena menyemangati dirinya agar lebih semangat bekerja.
"Ngomong-ngomong mana teman-teman yang lainnya,kok belum datang sih."
"Ah, aku heran dengan mereka.Mereka selalu datang bertepatan dengan jam masuk kerja dan tak jarang juga datang terlambat.
"Pantas saja kinerjanya tidak maksimal." Elena agak sombong.
"Eeh, aku gak boleh bicara seperti itu. Mereka kan sebagian sudah menikah,tentu saja banyak kerepotan di rumahnya yang harus diurus sebelum berangkat kerja. Tidak seperti aku yang bangun tidur bisa langsung pergi kerja."
"Hus, aku gak boleh sombong. Hmm, Elena syukuri saja keadaanmu." Ia berbicara sendiri sambil menunggu teman-teman kantornya datang.
Tak lama, teman-temanya pun berdatangan satu per satu ke kantor dan seperti biasa mereka saling menyapa dan senyum satu sama lain.
"Pagi,Elena."sapa Siska.
"Pagi juga,Siska. Gimana jalanan macet gak tadi?"tanya Elena.
"Biasa saja. Cuma aku tadi harus siapkan bekal makanan anakku sebelum dia berangkat ke sekolah. Ya,begitulah emak-emak rempong hehehe...."jawab Siska.
"Loh, memangnya asisten rumah tanggamu kemana? Kan bisa dia yang kerjakan."
"Elena, meskipun punya asisten rumah tangga,sebagai ibu rumah tangga kita yang harus siapkan kebutuhan suami dan anak.Mereka tugasnya hanya membantu saja. Yah, lebih nyaman aja kalau semua sudah beres sebelum saya kerja. Nanti juga kamu merasakannya kok."
"Oh, begitu ya. Ya,maklumlah aku belum berkeluarga jadi belum tahu rasanya mengurus keluarga sendiri hehehe.."
"Aku doakan semoga cepat dapat jodoh ya. Jodoh yang baik tentunya."kata Siska.
"Amin. Makasih ya udah mau doain semoga segera terkabul.
"Eh, itu Dina baru datang.
"Pagi,Dina."sapa Elena.
"Pagi juga Elena,Siska. Ada apa nih pagi-pagi dah ngumpul, ngomongin aku ya? kepo nih gue."kata Dina.
"Iya,dong. Kita habis ngomongin kamu. Benar kan Sis?"
"Iya,bener itu. Hahaha.. Bisa aja kamu Din, pagi-pagi dah mau buat dosa aja." Mending lakukan hal-hal bermanfaat."jawab Siska.
"Kirain. Hehehe. Iya deh aku percaya,kan kalian teman baikku. Ayo, kita memburu rupiah hari ini. "Dina tertawa kecil.
Mereka pun akhirnya pergi ke meja kerja masing-masing dan membersihkan tempat kerjanya sebelum briefing pagi dimulai.
*****
Bersambung
Saat itu,Elena sedang berada di kantornya membuat laporan dan tampak sedang serius. Matanya tak lepas dari komputer yang berada tepat di depannya."Let's finish it,baby. Ayolah, pasti bisa selesai hari ini juga. Target pencapaianku bulan ini lumayan juga,semoga bulan berikutnya lebih baik lagi. Aku harus bisa kejar teman-teman yang lain atau aku harus lebih baik dari mereka. Masa Elena kalah dengan para barisan emak-emak rempong."ucapnya sembari menyelesaikan laporan.Sejak tadi itu yang di pelototinya agar tidak membuat kesalahan. Kesalahan kecil saja bisa berakibat fatal nantinya. Bunyi telepon nyaring terdengar dari sudut ruangan menandakan jam sibuk kantor dengan jadwal yang padat.Kring,kring,kring..."Halo,ada yang bisa dibantu?"sahut salah seorang karyawan di ujung telpon.Hari semakin siang. Matahari pun mulai meninggi. Satu persatu karyawan tampak sudah meninggalkan meja kerja mereka masing-masing yang sejak pagi sudah mereka duduki. Yah, jam i
Ketika masih pagi-pagi benar, Elena terbangun dari tidurnya. Sebenarnya tidurnya tidak terlalu nyenyak, sesekali ia terbangun di tengah malam karena gelisah. Ia merasa takut kehilangan orang tua lagi setelah kepergian Ayahnya untuk selamanya beberapa tahun yang lalu.Ia mengingat janjinya sendiri bahwa ia akan segera menelpon Hana menanyakan keadaan keluarganya."Huh, kepengen rasanya segera hari Sabtu,kan bisa jenguk ibu. Tapi sekarang harus kerja. Kerja oh kerja,hidupku tiada hari tanpa bekerja."gerutu Elena.Kemudian dia nyanyikan sebuah lagu untuk menghibur dirinya sendiri agar lebih semangat kerja."Andai a a a ku jadi orang kaya. Andai a a a a ku punya banyak uang.""Enak kali ya kalau jadi orang kaya dan punya banyak uang,kapanpun bisa cuti,gak perlu ikut aturan kantor."Elena berandai-andai.Hari itu masih hari Jum'at,jadi masih hari kerja.Dia tidak bisa asal meninggalkan kerjanya walau hatinya ingin sekali menjenguk keluarganya untuk memas
Pagi itu matahari bersinar cerah. Pagi-pagi saja bunyi burung berkicau bersahut-sahutan dan memenuhi jalanan kota itu. Hari itu adalah akhir pekan. Kota Bandung di waktu weekend biasa dipadati oleh wisatawan dari kota Jakarta yang ingin sekedar jalan-jalan,wisata kuliner atau berbelanja. Ya, Bandung salah satu surga tempat berbelanja. Jalanan pun jadi padat.Sekitar pukul 05.30 pagi,telepon genggam Elena berdering saat ia masih tertidur lelap. Dia terbangun segera oleh deringan hp nya itu dan segera mengangkatnya. Telepon itu ternyata Handi yang bertelepon,mau menanyakan rencana mereka kemarin untuk menjenguk Ibu Yuri di kampung."Pagi,Elena. Kamu sudah bangun?"sapa Handi."Pagi,Pak Handi. Ini saya baru bangun..hehehe."sahut Elena agak malu."Gimana dengan rencana kita hari menjenguk ibumu,jadi kan? Saya sudah siap berangkat sekarang menjemputmu. Sekitar 20 menit lagi saya akan sampai di kosanmu."jelas Handi."Hah,mau jemput sekarang? Ta ta pi, tapi say
Saat diperjalanan, Elena melihat banyak kios yang menjual buah-buahan dan makanan yang nampak menarik perhatian di pinggir jalan.Dia meminta Handi untuk singgah membeli oleh-oleh untuk ibunya. Dan Handi pun melalukannya dengan senang hati."Mas,kita singgah ya,mau beli oleh-oleh.Saya lihat buah-buahannya segar dan banyak cemilan enak sepertinya."pinta Elena."Baiklah,kita singgah. Handi memberhentikan mobil.Di lapak penjual"Hayu,neng.Buah-buahnya manis-manis. Ada apel,jeruk,anggur,mangga,pir,semangka,salak.Mau buah apa?"tanya pedagang."Manis gak,bu?" Ntar kecut lagi, kecewa deh."Dijamin atuh, kalau gak manis,gak bakalan Ibu jual. Boleh dicicip dulu"Setelah mencicip sebagian. Ia putuskan buah yang akan dibelinya." Ok. Saya mau apelnya 2 kg,jeruk 2 kg, Anggur 1 kg,pak. "sahut Elena."Berapa semuanya?"tanyanya lagi."180 ribu semua neng".jawab pedagang."ok.bentar ya."Saat Elena sedang mengambil dompet dari
Sore itu juga Handi dan Elena pulang ke Bandung. Setelah menyelesaikan semua admistrasi Rumah Sakit dan memberi uang kepada adiknya Hana selama perawatan ibunya sampai sembuh. Sebenarnya,Elena merasa tidak tega meninggalkan ibunya dalam keadaan sakit namun bagaimana keadaan yang mendesaknya. Kalau ia tidak bekerja,tidak akan mampu membayar perobatan ibunya yang sudah menua dan gampang sakit. Elena minta maaf tidak dapat menunggui ibunya di rumah sakit. Hana berjanji akan merawat ibu mereka baik-baik."Bu,Elena pulang ke Bandung. Ibu cepat sembuh ya,jangan sakit lagi. Elena harus kerja. Ada gurat kesedihan di wajahnya yang tak mapu ia sembunyikan walau bibirnya tersenyum. Mata ...ya matanya tak dapat berbohong, ada binar air mata yang hampir jatuh namun ia coba menahannya. Mata adalah gambaran perasaan yang ia rasakan di dalam hatinya. Orang yang ia sayangi dan hormati terbaring lemah di Rumah Sakit. "Oh, Tuhan lenyapkanlah penyakit ibuku." Ia berkata dalam hat
Sore itu juga Handi dan Elena pulang ke Bandung. Setelah menyelesaikan semua admistrasi Rumah Sakit dan memberi uang kepada adiknya Hana selama perawatan ibunya sampai sembuh. Sebenarnya,Elena merasa tidak tega meninggalkan ibunya dalam keadaan sakit namun bagaimana keadaan yang mendesaknya. Kalau ia tidak bekerja,tidak akan mampu membayar perobatan ibunya yang sudah menua dan gampang sakit. Elena minta maaf tidak dapat menunggui ibunya di rumah sakit. Hana berjanji akan merawat ibu mereka baik-baik. "Bu,Elena pulang ke Bandung. Ibu cepat sembuh ya,jangan sakit lagi. Elena harus kerja. Ada gurat kesedihan di wajahnya yang tak mapu ia sembunyikan walau bibirnya tersenyum. Mata ...ya matanya tak dapat berbohong, ada binar air mata yang hampir jatuh namun ia coba menahannya. Mata adalah gambaran perasaan yang ia rasakan di dalam hatinya. Orang yang ia sayangi dan hormati terbaring lemah di Rumah Sakit. "Oh, Tuhan lenyapkanlah penyakit ibuku." Ia berkata dalam ha
Sesampainya di rumah,Handi selalu terngiang dengan sosok Hana. Saat mandi dia teringat wajah Hana yang lembut tersenyum saat di Rumah Sakit. Saat makan, dia teringat dan membayangkan andai bisa makan berdua dan mengobrol santai dengannya dengan candaan mesra. Saat ia mau tidur, ia menginginkan sosok Hana berada di dekatnya di ranjang yang sama berbincang- bincang kecil disana, m3mbelai rambut penjangnya yang lembut serta membisikkan kata sayang di telinganya serta kata -kata mesra. Mungkin itulah yang disebut Cinta Pada Pandangan Pertama, persis seperti lirik lagu yang berkata aku mau makan ku ingat kamu, aku mau tidur kuingat kamu dan sebagainya. Bagaimana tidak Hana perempuan yang cantik dan baik. Kecantikannya natural,bukan polesan seperti perempuan-perempuan yang banyak dijumpainya di kota yang kebanyakan cantik karena coretan make up tebal.Bila make up di hapus,maka pudar jugalah cantiknya. Hana beda dengan perempuan- perempuan itu. Dia memang suda
Sesampainya di rumah,Handi selalu terngiang dengan sosok Hana. Saat mandi dia teringat wajah Hana yang lembut tersenyum saat di Rumah Sakit. Saat makan, dia teringat dan membayangkan andai bisa makan berdua dan mengobrol santai dengannya dengan candaan mesra. Saat ia mau tidur, ia menginginkan sosok Hana berada di dekatnya di ranjang yang sama berbincang- bincang kecil disana, m3mbelai rambut penjangnya yang lembut serta membisikkan kata sayang di telinganya serta kata -kata mesra.Mungkin itulah yang disebut Cinta Pada Pandangan Pertama, persis seperti lirik lagu yang berkata aku mau makan ku ingat kamu, aku mau tidur kuingat kamu dan sebagainya.Bagaimana tidak Hana perempuan yang cantik dan baik. Kecantikannya natural,bukan polesan seperti perempuan-perempuan yang banyak dijumpainya di kota yang kebanyakan cantik karena coretan make up tebal.Bila make up di hapus,maka pudar jugalah cantiknya.Hana beda dengan perempuan- perempuan itu. Dia memang sudah c