Pagi itu matahari bersinar cerah. Pagi-pagi saja bunyi burung berkicau bersahut-sahutan dan memenuhi jalanan kota itu. Hari itu adalah akhir pekan. Kota Bandung di waktu weekend biasa dipadati oleh wisatawan dari kota Jakarta yang ingin sekedar jalan-jalan,wisata kuliner atau berbelanja. Ya, Bandung salah satu surga tempat berbelanja. Jalanan pun jadi padat.
Sekitar pukul 05.30 pagi,telepon genggam Elena berdering saat ia masih tertidur lelap. Dia terbangun segera oleh deringan hp nya itu dan segera mengangkatnya. Telepon itu ternyata Handi yang bertelepon,mau menanyakan rencana mereka kemarin untuk menjenguk Ibu Yuri di kampung.
"Pagi,Elena. Kamu sudah bangun?"sapa Handi.
"Pagi,Pak Handi. Ini saya baru bangun..hehehe."sahut Elena agak malu.
"Gimana dengan rencana kita hari menjenguk ibumu,jadi kan? Saya sudah siap berangkat sekarang menjemputmu. Sekitar 20 menit lagi saya akan sampai di kosanmu."jelas Handi.
"Hah,mau jemput sekarang? Ta ta pi, tapi saya belum mandi dan siap-siap. "jawab Elena.
"Buruan sana, anak gadis kok belum mandi. 20 menit lagi ya." Handi menjawab dan langsung memutus telepon.
Elena yang terkejut akan dijemput dalam 20 menit lagi. Berlari terburu-buru ke kamar mandi seperti sedang di kejar anjing galak.
"Oh,tidak. 20 menit, harus sudah siap semua."
Ia mandi dan bersiap-siap dengan terburu-buru ,berbeda dengan biasanya yang santai dan penuh kelembutan. Dalam pikirannya, ia tidak ingin Bos di kantornya melihat dia dalam keadaan tidak siap,acak-acakan. Apalagi dengan rambut yang belum tersisir.
Selesai mandi, ia buka lemari pakaian. Ia kebingungan memilih.
"Hari ini aku pakai apa ya yang cocok dan nyaman buat jalan? Hmm.."
"Yang ini? gak ah terlalu formal."
"Yang ini? Warnanya sudah pudar."
"kalau yang ini? Ah,kelihatan kuno."Ia berbicara sendiri saat mau putuskan penampilannya.
Ia berpikir sambil melihat-lihat pakaiannya dalam lemari. Akhirnya dia pun memutuskan pakaian yang akan dikenakan segera.
" Aha, kurasa ini yang paling cocok." ucapnya.
Dia memakai kaos putih,celana jeans dan sepatu kets putih dengan tampilan sporty.Tak lupa kacamata coklat agak lebar kotak melengkapi outfitnya hari itu.Sesekali di melihat penampilannya ke cermin,menyisir rambut dan menyemprotkan minyak wangi yang aromanya menyegarkan.
"Semprot dulu, biar wangi. Hmm, semerbak. Aku suka sekali aroma parfum ini."
Tak lama kemudian bunyi klakson mobil terdengar yang sudah terparkir di depan kosannya.
Tin tin tin, bunyi klakson mobil.
"Oh No. Dia sudah datang. Aku harus segera turun. Ntar di bilang lelet lagi. Benar-benar orang yang on time"
Dia pun segera turun dari lantai atas untuk menemui Handi. Dia berjalan mendekati mobil dan membuka pintu mobil.
"Siap berangkat?tanya Handi.
"Tentu,Pak."jawab Elena.
"Jangan panggil saya Pak,panggil aja Mas. Kita kan gak jauh beda usianya dan udah lama jadi teman kerja,OK?
"Ok,deh. Siap."kata Elena.
Mereka pun pergi berdua dalam mobil yang berjalan sedang di jalanan yang sudah mulai padat mengingat itu adalah hari weekend.
Di dalam mobil mereka mendengarkan lagu dari video player sambil berbincang-bincang santai baik tentang keluarga maupun pekerjaan di kantor selama perjalanan yang membuat perjalanan menjadi menyenangkan dan tak terasa.
" Ngomong-ngomong ada yang marah gak kalau saya pergi berdua denganmu begini?"tanya Handi.
"gak da,pak.eh mas. Saya masih single belum punya pasangan."sahut Elena.
"Bener, nih? Masa gadis secantik dan sepintar kamu belum punya pasangan?saya pikir udah banyak yang ngantri hehehe.Handi menggoda.
"Mana ada mas yang mau sama saya.kan saya hanya gadis dari desa dan dari keluarga biasa-biasa saja." Elena merendah.
"Hahaha, bisa aja kamu Elena becanda gitu.
"Saya justru takut nanti ada yang marah kalau mas jalan dengan saya?"tanya Elena balik.
"Gak ada. Saya sekarang bebas,single. Hubungan saya sudah berakhir dengan istri saya, hubungan kami terlalu rumit karena banyak campur tangan keluarganya.Lagi pula dia terlalu manja dan selalu minta diturutin.Saya suka perempuan mandiri,ya seperti kamu. Hehehe.jadi curhat deh "jelas Handi.
"Biasa aja kok saya mas. Gak da yang istimewa. Maaf saya tidak bermaksud mengungkit masa lalu,Mas"
" Gak pa pa. Itu kan sudah berlalu. Ya. Jujur nih, saya suka perempuan mandiri soalnya lebih nyambung kalau diajak ngomong baik urusan pribadi maupun kerjaan.Kata orang zaman sekarang sih lebih ada 'chemistry'."terang Handi.
"Setiap perempuan itu kan unik,Mas. Baik sikap dan pemikirannya. Mungkin Mas yang kurang sabar menghadapinya. Yah, saya belum pahamlah tentang berkeluarga soalnya belum punya pengalaman."jawab Elena.
" Makanya buruan dong menikah,jangan di tunda-tunda,ntar jadi perempuan tua loh hahaha."Handi bercanda.
"Ih, amit-amit. Jangan sampailah. Doain aja Mas,semoga segera dikasih jodoh yang baik.
"Amin."
"Kalau jadi jodoh saya saja gimana?" Handi langsung menyodorkan pertanyaan.
Sekejap Elena matanya terbelalak, diberi pertanyaan yang sulit untuk dijawabnya dalam waktu singkat.
"Hmm,kalau jodoh gak kemana,Mas."jawabnya agak malu dan tertunduk.
"Iya, benar itu. Kalau jodoh pasti bertemu."
Mereka berdua asik berbincang -bincang selama perjalanan ke kampung dan tak heran mereka saling curhat tentang kehidupan mereka satu sama lain.
Handi memanfaatkan momen ini untuk mengenal Elena lebih dalam tentang dirinya dan keluarganya. Walaupun mereka sudah lama kenal tapi hanya sebatas teman kerja. Inilah kesempatan terbaik untuk saling mengenal.
Alunan musik lembut terus berputar tanpa henti selama perjalanan. Pemandangan dari kota Bandung menuju kampung halaman Elena pun beraneka ragam mulai dari pemandangan gedung bertingkat, pusat perbelanjaan hampir di setiap sudut kota berubah jadi pepohonan bahkan pematang sawah hijau.
Suatu ketika, Handi mencoba bersikap nyeleneh dengan berpura-pura salah memegang tangan Elena saat mengoper gigi mobil. Mereka berdua saling berpandangan.
" Oh, maaf. Saya tidak melihat tadi."kata Handi.
" Iya. Gak pa pa Mas. Elena memindahkan letak tangannya dari tempat semula.
Seketika mereka berdua terdiam sejenak karena kejadian itu. Namun tak lama Handi memulai kembali pembicaraan untuk mencairkan suasana kembali.
*****
Bersambung.
Gimana ya kelanjutan Handi dan Elena?
Saat diperjalanan, Elena melihat banyak kios yang menjual buah-buahan dan makanan yang nampak menarik perhatian di pinggir jalan.Dia meminta Handi untuk singgah membeli oleh-oleh untuk ibunya. Dan Handi pun melalukannya dengan senang hati."Mas,kita singgah ya,mau beli oleh-oleh.Saya lihat buah-buahannya segar dan banyak cemilan enak sepertinya."pinta Elena."Baiklah,kita singgah. Handi memberhentikan mobil.Di lapak penjual"Hayu,neng.Buah-buahnya manis-manis. Ada apel,jeruk,anggur,mangga,pir,semangka,salak.Mau buah apa?"tanya pedagang."Manis gak,bu?" Ntar kecut lagi, kecewa deh."Dijamin atuh, kalau gak manis,gak bakalan Ibu jual. Boleh dicicip dulu"Setelah mencicip sebagian. Ia putuskan buah yang akan dibelinya." Ok. Saya mau apelnya 2 kg,jeruk 2 kg, Anggur 1 kg,pak. "sahut Elena."Berapa semuanya?"tanyanya lagi."180 ribu semua neng".jawab pedagang."ok.bentar ya."Saat Elena sedang mengambil dompet dari
Sore itu juga Handi dan Elena pulang ke Bandung. Setelah menyelesaikan semua admistrasi Rumah Sakit dan memberi uang kepada adiknya Hana selama perawatan ibunya sampai sembuh. Sebenarnya,Elena merasa tidak tega meninggalkan ibunya dalam keadaan sakit namun bagaimana keadaan yang mendesaknya. Kalau ia tidak bekerja,tidak akan mampu membayar perobatan ibunya yang sudah menua dan gampang sakit. Elena minta maaf tidak dapat menunggui ibunya di rumah sakit. Hana berjanji akan merawat ibu mereka baik-baik."Bu,Elena pulang ke Bandung. Ibu cepat sembuh ya,jangan sakit lagi. Elena harus kerja. Ada gurat kesedihan di wajahnya yang tak mapu ia sembunyikan walau bibirnya tersenyum. Mata ...ya matanya tak dapat berbohong, ada binar air mata yang hampir jatuh namun ia coba menahannya. Mata adalah gambaran perasaan yang ia rasakan di dalam hatinya. Orang yang ia sayangi dan hormati terbaring lemah di Rumah Sakit. "Oh, Tuhan lenyapkanlah penyakit ibuku." Ia berkata dalam hat
Sore itu juga Handi dan Elena pulang ke Bandung. Setelah menyelesaikan semua admistrasi Rumah Sakit dan memberi uang kepada adiknya Hana selama perawatan ibunya sampai sembuh. Sebenarnya,Elena merasa tidak tega meninggalkan ibunya dalam keadaan sakit namun bagaimana keadaan yang mendesaknya. Kalau ia tidak bekerja,tidak akan mampu membayar perobatan ibunya yang sudah menua dan gampang sakit. Elena minta maaf tidak dapat menunggui ibunya di rumah sakit. Hana berjanji akan merawat ibu mereka baik-baik. "Bu,Elena pulang ke Bandung. Ibu cepat sembuh ya,jangan sakit lagi. Elena harus kerja. Ada gurat kesedihan di wajahnya yang tak mapu ia sembunyikan walau bibirnya tersenyum. Mata ...ya matanya tak dapat berbohong, ada binar air mata yang hampir jatuh namun ia coba menahannya. Mata adalah gambaran perasaan yang ia rasakan di dalam hatinya. Orang yang ia sayangi dan hormati terbaring lemah di Rumah Sakit. "Oh, Tuhan lenyapkanlah penyakit ibuku." Ia berkata dalam ha
Sesampainya di rumah,Handi selalu terngiang dengan sosok Hana. Saat mandi dia teringat wajah Hana yang lembut tersenyum saat di Rumah Sakit. Saat makan, dia teringat dan membayangkan andai bisa makan berdua dan mengobrol santai dengannya dengan candaan mesra. Saat ia mau tidur, ia menginginkan sosok Hana berada di dekatnya di ranjang yang sama berbincang- bincang kecil disana, m3mbelai rambut penjangnya yang lembut serta membisikkan kata sayang di telinganya serta kata -kata mesra. Mungkin itulah yang disebut Cinta Pada Pandangan Pertama, persis seperti lirik lagu yang berkata aku mau makan ku ingat kamu, aku mau tidur kuingat kamu dan sebagainya. Bagaimana tidak Hana perempuan yang cantik dan baik. Kecantikannya natural,bukan polesan seperti perempuan-perempuan yang banyak dijumpainya di kota yang kebanyakan cantik karena coretan make up tebal.Bila make up di hapus,maka pudar jugalah cantiknya. Hana beda dengan perempuan- perempuan itu. Dia memang suda
Sesampainya di rumah,Handi selalu terngiang dengan sosok Hana. Saat mandi dia teringat wajah Hana yang lembut tersenyum saat di Rumah Sakit. Saat makan, dia teringat dan membayangkan andai bisa makan berdua dan mengobrol santai dengannya dengan candaan mesra. Saat ia mau tidur, ia menginginkan sosok Hana berada di dekatnya di ranjang yang sama berbincang- bincang kecil disana, m3mbelai rambut penjangnya yang lembut serta membisikkan kata sayang di telinganya serta kata -kata mesra.Mungkin itulah yang disebut Cinta Pada Pandangan Pertama, persis seperti lirik lagu yang berkata aku mau makan ku ingat kamu, aku mau tidur kuingat kamu dan sebagainya.Bagaimana tidak Hana perempuan yang cantik dan baik. Kecantikannya natural,bukan polesan seperti perempuan-perempuan yang banyak dijumpainya di kota yang kebanyakan cantik karena coretan make up tebal.Bila make up di hapus,maka pudar jugalah cantiknya.Hana beda dengan perempuan- perempuan itu. Dia memang sudah c
Suatu hari, telepon Hana berdering saat dia sedang mandi. Kebetulan Ibu Yuri mendengar deringnya.Ia berpikir telpon itu dari anaknya,Elena.Lagu salah satu penyanyi wanita masakini terus mengalun merdu sebagai nada dering hp Hana." Eh, hapenya bunyi. Mungkin anakku Elena yang menelpon. Lebih baik aku angkat saja." kata Bu Yuri.Ketika dia lihat nama pemanggil di hape nya , ekspresi wajahnya berubah dari senang jadi penuh curiga." Lho, siapa ini yang menelpon? Bu Yuri penuh tanya."Handi?" Ia berusaha mengingat sesaat nama itu. Tak berapa lama , akhirnya ia ingat, siapa Handi." Yah, aku ingat Handi, teman Elena dari Bandung itu. Dia seorang duda muda, teman sekantornya. Lebih baik aku angkat telponnya sekarang." Ucap Bu Yuri.Handi tidak sadar yang mengangkat telpon adalah Ibu Yuri."Halo,dik. Mas,kangen banget denganmu. Hari ini Mas senang karena target kerjaan mas sudah tercapai.Terima kasih ya buat dukunganmu." Ucap
Jam berdentang menunjukkan pukul 05.00 di pagi hari. Hari masi nampak gelap tapi dari luar terdengar suara kokok ayam jantan kukuruyuk..kukuruyuk seolah menyuruh orang-orang segera bangun dari tidurnya.Elena segera bangun dari tidurnya. Ia membuka matanya yang seolah masih lengket dan masih ingin terlelap di kamarnya yang gelap. Ya, ia suka tidur dengan lampu yang dimatikan. Karena menurutnya matanya bisa beristirahat dari kilau lampu yang menyilaukan matanya."Ah, aku masih ngantuk. Malas sekali rasanya untuk kerja."Ia membalikkan badan ke arah kiri sambil memegang selimutnya yang lembut itu."Elena, kamu tidak boleh bermalas-malasan.Ingat kamu punya tanggung jawab yang besar terhadap keluarga.""Sekarang bangun dan lekas berangkat kerja. Bangun pemburu rupiah." Elena berbicara pada dirinya sendiri.Ia bangkit perlahan-lahan sambil menghidupkan lampu di kamarnya.Dengan mata yang masih sedikit terpejam,dia berjalan perlahan-lahan. Ia lang
Saat itu,Elena sedang berada di kantornya membuat laporan dan tampak sedang serius. Matanya tak lepas dari komputer yang berada tepat di depannya."Let's finish it,baby. Ayolah, pasti bisa selesai hari ini juga. Target pencapaianku bulan ini lumayan juga,semoga bulan berikutnya lebih baik lagi. Aku harus bisa kejar teman-teman yang lain atau aku harus lebih baik dari mereka. Masa Elena kalah dengan para barisan emak-emak rempong."ucapnya sembari menyelesaikan laporan.Sejak tadi itu yang di pelototinya agar tidak membuat kesalahan. Kesalahan kecil saja bisa berakibat fatal nantinya. Bunyi telepon nyaring terdengar dari sudut ruangan menandakan jam sibuk kantor dengan jadwal yang padat.Kring,kring,kring..."Halo,ada yang bisa dibantu?"sahut salah seorang karyawan di ujung telpon.Hari semakin siang. Matahari pun mulai meninggi. Satu persatu karyawan tampak sudah meninggalkan meja kerja mereka masing-masing yang sejak pagi sudah mereka duduki. Yah, jam i