Share

Pertemuan

Saat diperjalanan, Elena melihat banyak kios yang menjual buah-buahan dan makanan yang nampak menarik perhatian di pinggir jalan.Dia meminta Handi untuk singgah membeli oleh-oleh untuk ibunya. Dan Handi pun melalukannya dengan senang hati.

"Mas,kita singgah ya,mau beli oleh-oleh.Saya lihat buah-buahannya segar dan banyak cemilan enak sepertinya."pinta Elena.

"Baiklah,kita singgah. Handi memberhentikan mobil.

Di lapak penjual

"Hayu,neng.Buah-buahnya manis-manis. Ada apel,jeruk,anggur,mangga,pir,semangka,salak.Mau buah apa?"tanya pedagang.

"Manis gak,bu?" Ntar kecut lagi, kecewa deh.

"Dijamin atuh, kalau gak manis,gak bakalan Ibu jual. Boleh dicicip dulu"

Setelah mencicip sebagian. Ia putuskan buah yang akan dibelinya.

" Ok. Saya mau apelnya 2 kg,jeruk 2 kg, Anggur 1 kg,pak. "sahut Elena.

"Berapa semuanya?"tanyanya lagi.

"180 ribu semua neng".jawab pedagang.

"ok.bentar ya."

Saat Elena sedang mengambil dompet dari dalam tas tangannya,Handi dengan sigap membayar belanjaan tadi.Ia memang sudah menyiapkan sebelumnya.Ia terus berusaha mencari perhatian Elena dengan membayar belanjaan itu.

"Makasih ya,Mas. Harusnya saya tadi yang bayar. Jadi gak enak gini."kata Elena.

"Udah gak pa-pa. Gak seberapa kok. Yang penting ibumu cepat sembuh harus banyak makan buah."jelas Handi.

Baru berjalan sebentar. Handi mengajak Elena untuk singgah makan sebentar ke Rumah Makan.

" Elena, bagaimana jika kita mampir dulu di Rumah makan? Sejak pagi tadi belum sarapan.Sekarang sudah terasa lapar."ajak Handi.

"Boleh,Mas. Kita singgah nanti di Rumah Makan di pinggir jalan ini saja. Ada Rumah Makan yang lumayan enak rasanya. Aku juga sudah lapar."jawab Elena.

"Kalau perut kenyang kan enak lanjut perjalanan lagi." kata Handi.

Mereka pun makan dan minum di Rumah Makan itu. Sekedar mengisi perut yang keroncongan dan tak berlama-lama disana. Selesai makan mereka langsung pergi lagi.

Mereka pun melanjutkan perjalanan kembali. Jalanan yang tadinya lurus membentang,sekarang agak berbelok dan mulai masuk jalan kecil dan tidak terlalu banyak kendaraan yang melewati, namanya juga desa.

Tak lama lagi sekitar 20 menit kemudian,akhirnya mereka sampai di Rumah Sakit,tempat ibunya dirawat. Rumah sakit itu adalah satu-satunya Rumah Sakit daerah di tempat itu dan berada tak jauh dari pasar tradisional.

"Akhirnya kita sampai juga Mas."kata Elena.

"Syukurlah kita udah sampai. Ternyata lumayan juga jarak yang harus ditempuh dari Bandung."jawab Handi.

Elena segera turun dari mobil dan berjalan dengan cepat ke Rumah Sakit, ingin segera bertemu ibunya. Rasa dalam hatinya yang bergejolak ingin segera ia luapkan. Kegelisahannya selama ini akan segera terjawab. Setelah menanyakan kepada resepsionis tentang ruangannya,dia segera menuju ruangan ibunya bersama Handi.

Di ruangan rumah sakit.

"Ibu, ibu gak pa pa kan? Jangan sakit ya." Elena memeluk ibu dengan erat yang sedang berbaring.

"Ibu gak pa pa kok, sudah mulai membaik. Kamu gak usah kuatir ya." Siapa temanmu ini?"tanya Ibu Yuri.

"Kenalkan bu,ini mas Handi.Atasanku di kantor. Beliau menawarkan untuk mengantarku untuk menemui ibu. Beliau merasa kasihan kalau aku menyetir dalam keadaan banyak pikiran,akhirnya beliau menghantarkan aku kemari menemui ibu."jelas Elena.

"Saya Handi,bu.Semoga ibu cepat sembuh ya."sapa Handi.

"Baik sekali kamu,nak.Terimakasih sudah menghantarkan anakku Elena."Ibu Yuri berterimakasih.

"Biasa aja kok Bu,bukan apa-apa."sahut Handi.

Tiba-tiba ada seorang gadis baru masuk dari pintu. Dia baru menemui perawat di ruangannya. Dia kaget melihat kakaknya sudah datang. Dia segera memeluknya karena sudah rindu.

"Kakak,aku kangen sekali sama kakak."sapa Hana sambil memeluk Elena. 

"Kakak juga kangen denganmu,dek. Makasih ya kamu udah jaga dan rawat ibu baik-baik selama kakak gak ada. Kakak benar-benar mengandalkanmu,adikku."jawab Elena.

"Iya kak.Itu sudah jadi kewajiban kita berdua karena Ayah telah tiada. Yang penting kakak sehat bisa kerja di kota. Kalau merawat ibu,itu tanggung jawabku disini."sahut Hana.

Elena mengenalkan Handi pada Hana setelah selesai berpelukan. Ia menganggap itu adalah perkenalan biasa saja.

"Kenalin, ini teman kakak Mas Handi."kata Elena.

"Salam kenal,mas Handi."sapa Hana.

"Salam kenal juga Hana." kamu juga cantik ya seperti kakakmu."sapa Handi.

"Ah,biasa aja kok Mas. Lebih cantik kak Elena,kan dia sudah tinggal di kota dan pintar dandan. Saya cuma gadis desa,gak bisa dandan lagi."terang Hana.

Diam-diam,Handi melirik kecantikan adik Elena Hana,yang masih polos ,alami cantiknya. Dia melihat sosok keiibuan,perhatian dalam dirinya.Apalagi waktu Hana menyuapi ibunya dengan penuh kasih sayang. Dengan lemah lembut,ia mengurusi ibunya yang sakit.

"Bu, udah siang. Waktunya makan siang. Hana suapi ya?"

"Iya. Pelan-pelan ya ibu masih agak sulit menelan."

"Iya,bu. Pasti Hana akan perlakukan pelan-pelan."

" Ibu harus makan yang banyak ya dan minum obatnya teratur. Ingat pesan dokternya harus diikuti supaya ibu cepat sembuh."Elena menambahkan.

"Iya, ibu nurut aja.Yang penting bisa cepat sembuh."

Handi kagum akan perlakukan lembut dan cara Hana merawat ibunya itu,dan sebenarnya sosok perempuan seperti itulah yang ia cari selama ini,perempuan cantik yang alami dan lemah lembut,cekatan dan penuh perhatian.

Tanpa Ia sadari,ia menaruh hati pada adik Elena lebih daripada Elena sebelumnya.Ia terus menerus memperhatikan apapun yang Hana lakukan.Baik caranya berdiri ,jalan ,duduk. Semua terlihat anggun dimatanya.

Handi sendiri pertama-tama ragu akan perasaannya itu. Niat hati mau mendekati Elena,kakaknya. Namun faktanya,ia lebih mengagumi Hana,perempuan muda yang masih polos itu.

*****

Bersambung

Gimana nih cerita antara Handi dan Hana?

Comments (1)
goodnovel comment avatar
maria
knapa gak bisa di buka
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status