Home / Lain / Edisi Kelas / Tempat yang Sama

Share

Tempat yang Sama

Author: Cira
last update Last Updated: 2021-11-09 07:25:17

“Kok tumben traktirin kita semua.” seru Aska.

“Ya aku cuma pengen beramal aja. Katanya mentraktir teman itu sama aja dengan sedekah. Hitung-hitung buat pahala ke akhirat.” jawab Agung ngeles.

            Agung takut rencananya akan terbongkar, sebisa mungkin ia terus berbohong demi traktiran dari Laras. Kakak kelas yang kayaknya emang punya banyak uang. Bisa request apa saja dan dimana saja. Asalkan ada Aska di sampingnya.

“Cepetan.” desak Agung segera menuju parkiran di sana sudah ada Cira dan Ara, terus secara bersamaan dari arah yang berbeda Laras dan Nando tiba bergabung dengan mereka.

            Laras dengan gaya yang berbeda berdiri di tengah panasnya matahari dengan payung kuning dan topi hitam yang melekat di kepalanya. Untuk menghindari cahaya yang menyorot langsung ke matanya.

“Kakak mau

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Edisi Kelas   Renggang

    Di tempat ini mereka kembali berkumpul tanpa Raula. Tidak ada rasa cemburu dan semuanya terlihat sama. Mereka bisa menikmati makanan dan menepikan rasa ego untuk sementara waktu. Beberapa obrolan kecil terjadi di antara mereka ketika meminta bantuan mengambil makanan yang sedikit jauh dari jangkauan tangan. Begitu juga dengan Laras tampak sangat ceria. Hilang sudah sikap manja dan genitnya saat bersama mereka. Bahkan tertawanya saja bisa lepas ceria tanpa harus menirukan gaya hidup orang lain.“Makan dong Aska.” kata Laras mengambil potongan kentang goreng, dilumuri saus dan menyuapi Aska.“Sok sweet.” kata Ara mencoba melakukannya pada Cira.“Makasih sayang.” sahut Cira terkekeh. Seharusnya Aska juga mengatakan seperti itu pada Laras.“Makan Cir.” kata Nando dan Agung serentak menggeser piring ke hadapan Cira.“Itu bagian

    Last Updated : 2021-11-10
  • Edisi Kelas   Kepikiran

    Gelap…Cira membuka mata menatap kegelapan di atas sofa yang terasa menusuk di belakang punggunnya. Ia meraba sesuatu yang mengganggu tidurnya. Di sana terdapat besi yang menonjol dari dalam sofa diantara busa yang sudah mulai robek di gigitin tikus yang biasa nagkring di malam hari. Cira duduk tanpa melihat apapun disekelilingnya. Tidak ada lampu yang dinyalakan. Matanya masih saja mengantuk meski sudah bangun dari tidur. Ia mengusap mata, meregangkan badan dan menguap lebar seperti kucing yang puas akan istirahatnya. Namun tidak untuk Cira. Pikirannya menerawang. Tangannya sibuk menggaruk dan menepuk nyamuk yang hinggap di permukaan kulitnya. Nyamuk penghisap darah kini telah merenggut sebagian hidup Cira dan terasa ada cairan kecil yang kental di telapak tangannya. Setetes darah yang menjadi bercak di lengannya. Ci

    Last Updated : 2021-11-12
  • Edisi Kelas   Lagi-lagi

    Pulang sekolah gini biasanya Cira sedang duduk menunggu jemputan di kursi tunggu atau pergi dengan teman lainnya nongkrong sambil makan. Ngabisin uang jajan yang seharusnya disimpan untuk keperluan sekolah. Udah dari kemarin Cira pengen nabung uang jajan tapi selalu aja ada teman yang ngajakin dia pergi ke tempat yang harus ngeluarin uang. Alhasil tabungan Cira hanya tinggal sedikit padahal banyak keperluan sekolah yang harus di beli. Sekarang Cira sedang berlari di tengah lapangan dengan teman sekelas lainnya untuk pemanasan sebelum melakukan permainan yang lebih seru lagi. Pelajaran olahraga hanya dilakukan dua minggu sekali dan diluar jam mata pelajaran lainnya. Makanya banyak orang yang tidak hadir saat ini. Pukul empat sore ini seharusnya dipakai untuk istirahat di rumah. Meski hanya dihadiri oleh dua puluh orang semangat mer

    Last Updated : 2021-11-13
  • Edisi Kelas   Maaf

    “Cira.” kata Ade dengan raut wajah cemas. “Tolongin aku kali ini aja. Pliss.” katanya memohon banget.“Santai dong.” jawab Cira menenangkan ade yang tampak panik.“Emak aku keracunan jengkol. Sekarang ada di rumah sakit.” Ade merengek untuk pertama kalinya. “Tolong masukkan peralatan olahraga ke ruang penjas. Jangan sampai tercecer.” Ade berlari menyandang tasnya keluar lapangan menuju parkiran. Ara terkekeh keras setelah kepergian Ade. Ia memegang perut merasa geli dengan tingkah Ade.“Jahat banget jadi orang.” kata Cira dengan reaksi Ara seraya memungut bola yang berserakan di lapangan.“Habis emaknya kenapa bisa keracunan jengkol. Juragan jengkol, keracunan jengkol.” katanya kembali tertawa mengingat wajah Ade seperti tadi.“Udah ketawanya mending cepat bereskan semua bolanya.”

    Last Updated : 2021-11-16
  • Edisi Kelas   Anggota Ekskul Baru

    Benar kata Nando hari ini perwakilan anggota ektrakurikuler masuk ke dalam kelas secara bergantian untuk mengajak para murid baru untuk bergabung bersama mereka. Bermacam-macam keunggulan dan promosi yang disampaikan agar peserta didik baru berminat bergabung ke dalam kegiatan tersebut. Perwakilan yang menyampaikan pun dipilih dari segi penampilan wajah dan pandainya berbicara di depan umum. Terakhir Nando dan teman-temannya masuk ke dalam kelas memperkenalkan drumband yang sudah memiliki banyak anggota, masih saja membutuhkan anggota baru untuk meneruskan ekskul yang menguras tenaga tersebut. Ia berdiri di depan kelas dengan simpul yang terbentuk di sudut bibirnya dan tentu saja semua mata tertuju padanya dalam diam dan kagum. Termasuk Cira sekarang sedang senyum-senyum malu seperti Nando sedang menyatakan cinta dengannya.“Siang adik-adik.” kata Nando menyapa. Para kaum h

    Last Updated : 2021-11-20
  • Edisi Kelas   Rencana Penginapan

    Untuk kegiatan penginapan nanti malam di sekolah. Semuanya pada heboh memikirkan mau pakai baju apa? atau mau tidur dimana dan banyak lagi yang harus mereka persiapkan hanya untuk satu malam. Padahal tinggal pakai baju tidur terus merem sebentar, alhasil mereka bakalan sampai di dunia mimpi. Apalagi para cewek yang rempong banget bakalan bawa peralatan apa saja untuk penginapan satu malam tersebut. Padahal di sana sudah disebutkan makanan akan ditanggung oleh pihak sekolah dan menginap bersama-sama di lapangan sekolah. Di ruang terbuka beralaskan kain seadanya dan beratapkan langit dan bertabur bintang serta diterangi cahaya bulan. Kabar yang didengar dari Nando, biasanya saat kegiatan seperti ini bakalan banyak terlahir pasangan baru. Kegiatan ini juga mempunyai julukan yang diberikan oleh para murid yaitu kegiatan ajang para jomlo. Dan

    Last Updated : 2021-11-24
  • Edisi Kelas   Gagal Jemput

    Berbekal kepercayaan. Sore harinya Cira sudah bersiap untuk berangkat kembali ke sekolah. Membawa makanan seadanya untuk ngemil di malam hari serta jacket tebal yang sudah di balut ke tubuh. Meski matahari sore ini cukup panas. Namun Cira tetap menggunakan baju hangat untuk tidur di tengah lapangan nanti. Cira menggunakan celana jeans dipadukan dengan kaos hitam dan sepatu kets bewarna kuning. Ia berpakaian senyaman mungkin selama menginap nanti. Sentuhan terakhir Cira memoleskan lipstick pink ke bibirnya.“Hati – hati.” kata Mama ketika Cira menutup pintu kamar.“Iya, Ma. Aku pergi dulu. Assalamualaikum.”"Waalaikumsalam. Jangan lupa oleskan minyak kayu putih. Jangan sampai masuk angin.""Iya-iya."&n

    Last Updated : 2021-11-28
  • Edisi Kelas   Permulaan Acara

    Tidak disangka banyak yang berminat mengikuti kegiatan ini. Jika dilihat lagi lapangan sekolah ini penuh dengan murid dan beberapa senior yang akan membimbing mereka. Kelihatan banget rata-rata para cewek lebih ke arah ingin cari perhatian, daripada acara kegiatan ini. Dari pandangan Cira banyak cewek yang berpakaian yang tidak sesuai dengan tema malam ini. Penginapan, bukan pesta yang diadakan malam hari. Memakai dress dan rambut yang ditata dengan berbagai pernak penik kayak anak alay serta make up yang tentunya sangat norak. Sangat tidak nyaman jika dibawa tidur.“Perhatian semuanya.” kata Mami berbicara menggunakan mic. Tetap saja suasana masih riuh dengan keributan tidak jelas. “Hey kamu yang di sana.” tunjuknya kepada salah satu murid dari kelas Cira yang sedang berdandan. Seluruh perhatian men

    Last Updated : 2021-11-29

Latest chapter

  • Edisi Kelas   Kunjungan (Part III)

    Cira duduk di teras rumah, menunggu Aska yang tak kunjung kembali dari masjid. Belum ada tanda-tanda kedatangannya saat ini, saat Abang Cira sudah pulang ke rumah, Bahkan, mungkin saja, Abang Cira tidak sadar kalau sebelumnya Aska berangkat ke masjid bersamanya. Sama sekali tidak ada membicarakan temannya tersebut ketika sampai di rumah. Untuk meredam kekhawatiran, Cira mencoba mengalihkannya dengan membaca buku meski tidak fokus. Cira hanya membalikkan lembaran demi lembaran ke halaman selanjutnya tanpa tahu alur ceritanya. Sebenarnya saat ini Cira sedang tidak ingin membaca buku novel. Apalagi diwaktu maghrib, yang seharusnya saat ini, ia sudah berada di meja makan bersama keluarga. Sebenarnya dengan membaca buku dapat mengalihkan rasa bosannya selama menunggu Aska. Biasanya Cira bisa masuk ke dalam alur cerita novel tersebut. Seakan bi

  • Edisi Kelas   Kunjungan (Part II)

    Di ruang tengah, saat hendak pamit pulang, mama menyiapkan aneka gorengan yang masih panas di meja kecil kayu, dihidangkan khusus buat teman-teman Cira.“Kalian mau kemana?” tanya Mama.“Kami pamit pulang, buk.” jawab Nando sopan.“Nanti aja pulangnya. Makan dulu gorengannya. Kalau udah habis baru boleh pulang.” seru Mama menahan mereka untuk tetap tinggal lebih lama. Melihat banyak gorengan yang baru keluar dari penggorengan. Akhirnya mereka duduk sembari menikmati aneka gorengan, bakwan, tahu isi, risoles. Juga ditemani dengan minuman teh es yang segar.“Assalamualaikum.” Terdengar ucapan salam dari luar. Suara yang tidak asing di telinga Cira. Suara lantang seperti tukang palak yang ada di pasar.“Waalaikumsalam.” jawab mereka serentak.&nbs

  • Edisi Kelas   Kunjungan

    Cira mempersilahkan teman – temannya masuk ke dalam kamar, sekaligus Cira juga belum bisa berdiri terlalu lama dan ingin duduk di atas kasur lebih lama dan menselonjorkan kakinya.“Masuklah.” kata Cira. Mereka masuk dengan sungkan, sembari menyusuri seisi kamar dengan tatapannya. Ini pertama kalinya mengajak teman sekolahnya masuk ke dalam kamar. Terutama para cowok, mungkin baru kali ini juga mereka masuk ke dalam kamar cewek yang berisi banyak boneka dan buku-buku di rak kecil. Tidak ada foto masa kecil. Hanya ada foto remaja yang terpajang di bingkai foto kecil. Itupun foto bersama saat dengan teman se-geng SMPnya sebelum kelulusan.“Maaf, ya. Duduknya di bawah aja.” kata Cira.“Nggak apa-apa, Cir. Santai aja.” jawab Aska. Ia masih saja berdiri sementara teman yang lainnya sudah duduk di lantai karpet. Memperhatikan rak buku Cira yang berisi ban

  • Edisi Kelas   Klinik

    Pagi ini merupakan awal yang buruk untuk memulai hari, bagaimana tidak. Kaki Cira sulit untuk digerakkan saat akan melangkah. Bahkan tidak merasakan apapun saat menginjakkan kakinya di lantai. Ia panic dan mulai berpikir buruk. Mungkinkah ia lumpuh atau bahkan kakinya kini sedikit berair dan tidak bisa tertolong. Pikirnya. Cira berjalan dengan satu kaki dan menjadikan dinding sebagai alat bantunya untuk berjalan, perlahan membuka pintu. Kemudian menangis keras agar seisi rumah tahu keadaannya sekarang.“Ma. Kaki aku sakit.” kata Cira. Abang Cira yang sedang merapikan kasetnya di ruang keluarga, tidak kaget dengan kaki Cira dan berkata, “O Bengkak. Bentar lagi kita ke kliniknya. Soalnya baru jam tujuh.”“E

  • Edisi Kelas   Masih Cedera

    Sepulang sekolah di ruang tunggu, seperti biasa Cira sedang menunggu jemputan sendirian. Sebelumnya ada Agung yang duduk bersamanya sekitar beberapa menit yang lalu. Entah apa yang dimakannya hari ini. Hingga membuatnya dua kali keluar masuk toilet dengan wajah yang kecut. Memegang perut dengan sedikit membungkuk, tanpa pamit ia kabur tanpa suara. Mengatakan dengan bahasa isyarat kalau ini adalah keadaan darurat. Cira pun paham betapa darurat keadaannya. Suara drumband terdengar keras dari lapangan. Para anggotanya akan berlatih keras selama satu minggu kedepan untuk acara festival antar sekolah yang diadakan setahun sekali. Pihak sekolah biasanya akan mengundang sekolah swasta lain. Tentu saja hal itu membuat para murid menyambut gembira acara tersebut. Akan banyak cowok

  • Edisi Kelas   Cedera

    Cira berjalan sedikit terbata – bata menahan sakit di pergelangan kakinya. Belum lagi punggungnya yang juga ikut sakit akibat terkena himpitan Agung saat melompat, bercampur menjadi satu.“Sorry, Cir. Biar abang bantu jalan.” kata Nando merasa bersalah, memapah Cira berjalan.“Gak usah bang. Biar aku aja yang bantuin Cira. Abang jalan aja sana.” kata Agung ikut memapah Cira.“Udahlah, Gung. Biar abang aja. Kayaknya kaki kamu terkilir tuh.” seru Nando. Padahal kakinya hanya sedikit lecet, akibat tersandung saat melompat tadi.“Lecet gini aja, udah biasa bang. Masak luka gini aja aku harus minta rangkul juga.” balas Agung ikut merangkul Cira. Cira berhenti sejenak, menatap Agung. “Kamu nyindir aku. Mending aku jalan sendiri aja deh. Gak perlu ditolong

  • Edisi Kelas   Bolos

    Cira mendongak ketika Nando ikut memasukkan sampah minuman.“Iya nih, Hitung-hitung cari pahala.” jawabnya asal. Sebenarnya Cira hanya ingin menghindar dari Aska. Entah sampai kapan seperti ini. Bagaimanapun ia menghindar, tetap saja tidak bisa. Mereka akan terus bertemu setiap hari di kelas.“Yang lainnya mana, nggak bantuin.”“Aku mau ngerjainnya sendiri bang. Kalau semuanya ikut. Entar aku cuma dapat sedikit pahala.” kekehnya. Kemudian menyeret kantung sampah berisi penuh ke tempat pembuangannya.“Biar abang bantu.” Merebutnya dari tangan Cira. Cira pasrah dengan kebaikan Nando, semakin hari mereka semakin dekat. Cira merasa ada yang melindunginya di sekolah. Seorang senior sekaligus abang yang akan berpisah beberapa bulan lagi dengannya. Akan lebih sibuk lagi ke dep

  • Edisi Kelas   Moment

    Cira menyusuri seisi kelas dengan pandangannya. Tentu saja yang ia cari adalah pasangan yang belum berstatus menjadi pacar. Dan berharap mereka segera menjadi pacar sungguhan meski sedikit menyakitkan. Daripada merasa digantungin, diberi harapan seperti ini. Lebih baik mereka segera mengumumkan perubahan statusnya dari ‘teman’ menjadi ‘pacar’ itu lebih baik bagi Cira. Entahlah. mendadak Cira menjadi sangat khawatir dengan mereka. Perasaan yang bimbang antara ingin tahu lebih dalam atau hanya sekedar penasaran.Seperti biasa cuaca panas melanda kelas yang berada di lantai tiga ini. Sedangkan kelas unggul dan bilingual sedang menikmati pelajaran dengan suhu sejuk di ruangn AC. Tidak seperti mereka yang hanya mempunyai dua kipas angin yang bergelantunagn di atap. Itupun sudah tidak berputar seperti layaknya kipas angin. Akibat ulah dari sekelompok teman cowok yang berharap jika kipas angin ini rusak akan segera diganti oleh pihak sekolah. Makanya mereka m

  • Edisi Kelas   Kemarin

    Baru saja kemarin Aska bersumpah bahwa dia tidak mempunyai hubungan special kepada Raula. Bahkan Aska juga meyakinkannya kalau mereka hanyalah sekedar teman. Kalau dilihat lagi hari ini. Dari ekspresinya disaat semua tidak ada yang memihak Raula. Ada Aska yang selalu siap menjadi pelindungnya, bagaikan malaikat. Bahkan Aska tidak pantas dianggap sebagai malaikat. Karena dia hanya bersikap lembut kepada Raula. Murid baru yang menjadi pusat perhatian sejak hadir di kelas X.5. Mereka pun bubar ketika bel baru saja berbunyi. Ade pun menirukan suara bel dengan nada jengkel. Karena baru saja mereka selesai menyantap makanan, belum sempat mengobrol banyak, bel sudah berbunyi. Raula bahkan menggandeng tangan Cira seakan mereka adalaha teman yang sangat dek

DMCA.com Protection Status