“Kok tumben traktirin kita semua.” seru Aska.
“Ya aku cuma pengen beramal aja. Katanya mentraktir teman itu sama aja dengan sedekah. Hitung-hitung buat pahala ke akhirat.” jawab Agung ngeles.
Agung takut rencananya akan terbongkar, sebisa mungkin ia terus berbohong demi traktiran dari Laras. Kakak kelas yang kayaknya emang punya banyak uang. Bisa request apa saja dan dimana saja. Asalkan ada Aska di sampingnya.
“Cepetan.” desak Agung segera menuju parkiran di sana sudah ada Cira dan Ara, terus secara bersamaan dari arah yang berbeda Laras dan Nando tiba bergabung dengan mereka.
Laras dengan gaya yang berbeda berdiri di tengah panasnya matahari dengan payung kuning dan topi hitam yang melekat di kepalanya. Untuk menghindari cahaya yang menyorot langsung ke matanya.
“Kakak mau
Di tempat ini mereka kembali berkumpul tanpa Raula. Tidak ada rasa cemburu dan semuanya terlihat sama. Mereka bisa menikmati makanan dan menepikan rasa ego untuk sementara waktu. Beberapa obrolan kecil terjadi di antara mereka ketika meminta bantuan mengambil makanan yang sedikit jauh dari jangkauan tangan. Begitu juga dengan Laras tampak sangat ceria. Hilang sudah sikap manja dan genitnya saat bersama mereka. Bahkan tertawanya saja bisa lepas ceria tanpa harus menirukan gaya hidup orang lain.“Makan dong Aska.” kata Laras mengambil potongan kentang goreng, dilumuri saus dan menyuapi Aska.“Sok sweet.” kata Ara mencoba melakukannya pada Cira.“Makasih sayang.” sahut Cira terkekeh. Seharusnya Aska juga mengatakan seperti itu pada Laras.“Makan Cir.” kata Nando dan Agung serentak menggeser piring ke hadapan Cira.“Itu bagian
Gelap…Cira membuka mata menatap kegelapan di atas sofa yang terasa menusuk di belakang punggunnya. Ia meraba sesuatu yang mengganggu tidurnya. Di sana terdapat besi yang menonjol dari dalam sofa diantara busa yang sudah mulai robek di gigitin tikus yang biasa nagkring di malam hari. Cira duduk tanpa melihat apapun disekelilingnya. Tidak ada lampu yang dinyalakan. Matanya masih saja mengantuk meski sudah bangun dari tidur. Ia mengusap mata, meregangkan badan dan menguap lebar seperti kucing yang puas akan istirahatnya. Namun tidak untuk Cira. Pikirannya menerawang. Tangannya sibuk menggaruk dan menepuk nyamuk yang hinggap di permukaan kulitnya. Nyamuk penghisap darah kini telah merenggut sebagian hidup Cira dan terasa ada cairan kecil yang kental di telapak tangannya. Setetes darah yang menjadi bercak di lengannya. Ci
Pulang sekolah gini biasanya Cira sedang duduk menunggu jemputan di kursi tunggu atau pergi dengan teman lainnya nongkrong sambil makan. Ngabisin uang jajan yang seharusnya disimpan untuk keperluan sekolah. Udah dari kemarin Cira pengen nabung uang jajan tapi selalu aja ada teman yang ngajakin dia pergi ke tempat yang harus ngeluarin uang. Alhasil tabungan Cira hanya tinggal sedikit padahal banyak keperluan sekolah yang harus di beli. Sekarang Cira sedang berlari di tengah lapangan dengan teman sekelas lainnya untuk pemanasan sebelum melakukan permainan yang lebih seru lagi. Pelajaran olahraga hanya dilakukan dua minggu sekali dan diluar jam mata pelajaran lainnya. Makanya banyak orang yang tidak hadir saat ini. Pukul empat sore ini seharusnya dipakai untuk istirahat di rumah. Meski hanya dihadiri oleh dua puluh orang semangat mer
“Cira.” kata Ade dengan raut wajah cemas. “Tolongin aku kali ini aja. Pliss.” katanya memohon banget.“Santai dong.” jawab Cira menenangkan ade yang tampak panik.“Emak aku keracunan jengkol. Sekarang ada di rumah sakit.” Ade merengek untuk pertama kalinya. “Tolong masukkan peralatan olahraga ke ruang penjas. Jangan sampai tercecer.” Ade berlari menyandang tasnya keluar lapangan menuju parkiran. Ara terkekeh keras setelah kepergian Ade. Ia memegang perut merasa geli dengan tingkah Ade.“Jahat banget jadi orang.” kata Cira dengan reaksi Ara seraya memungut bola yang berserakan di lapangan.“Habis emaknya kenapa bisa keracunan jengkol. Juragan jengkol, keracunan jengkol.” katanya kembali tertawa mengingat wajah Ade seperti tadi.“Udah ketawanya mending cepat bereskan semua bolanya.”
Benar kata Nando hari ini perwakilan anggota ektrakurikuler masuk ke dalam kelas secara bergantian untuk mengajak para murid baru untuk bergabung bersama mereka. Bermacam-macam keunggulan dan promosi yang disampaikan agar peserta didik baru berminat bergabung ke dalam kegiatan tersebut. Perwakilan yang menyampaikan pun dipilih dari segi penampilan wajah dan pandainya berbicara di depan umum. Terakhir Nando dan teman-temannya masuk ke dalam kelas memperkenalkan drumband yang sudah memiliki banyak anggota, masih saja membutuhkan anggota baru untuk meneruskan ekskul yang menguras tenaga tersebut. Ia berdiri di depan kelas dengan simpul yang terbentuk di sudut bibirnya dan tentu saja semua mata tertuju padanya dalam diam dan kagum. Termasuk Cira sekarang sedang senyum-senyum malu seperti Nando sedang menyatakan cinta dengannya.“Siang adik-adik.” kata Nando menyapa. Para kaum h
Untuk kegiatan penginapan nanti malam di sekolah. Semuanya pada heboh memikirkan mau pakai baju apa? atau mau tidur dimana dan banyak lagi yang harus mereka persiapkan hanya untuk satu malam. Padahal tinggal pakai baju tidur terus merem sebentar, alhasil mereka bakalan sampai di dunia mimpi. Apalagi para cewek yang rempong banget bakalan bawa peralatan apa saja untuk penginapan satu malam tersebut. Padahal di sana sudah disebutkan makanan akan ditanggung oleh pihak sekolah dan menginap bersama-sama di lapangan sekolah. Di ruang terbuka beralaskan kain seadanya dan beratapkan langit dan bertabur bintang serta diterangi cahaya bulan. Kabar yang didengar dari Nando, biasanya saat kegiatan seperti ini bakalan banyak terlahir pasangan baru. Kegiatan ini juga mempunyai julukan yang diberikan oleh para murid yaitu kegiatan ajang para jomlo. Dan
Berbekal kepercayaan. Sore harinya Cira sudah bersiap untuk berangkat kembali ke sekolah. Membawa makanan seadanya untuk ngemil di malam hari serta jacket tebal yang sudah di balut ke tubuh. Meski matahari sore ini cukup panas. Namun Cira tetap menggunakan baju hangat untuk tidur di tengah lapangan nanti. Cira menggunakan celana jeans dipadukan dengan kaos hitam dan sepatu kets bewarna kuning. Ia berpakaian senyaman mungkin selama menginap nanti. Sentuhan terakhir Cira memoleskan lipstick pink ke bibirnya.“Hati – hati.” kata Mama ketika Cira menutup pintu kamar.“Iya, Ma. Aku pergi dulu. Assalamualaikum.”"Waalaikumsalam. Jangan lupa oleskan minyak kayu putih. Jangan sampai masuk angin.""Iya-iya."&n
Tidak disangka banyak yang berminat mengikuti kegiatan ini. Jika dilihat lagi lapangan sekolah ini penuh dengan murid dan beberapa senior yang akan membimbing mereka. Kelihatan banget rata-rata para cewek lebih ke arah ingin cari perhatian, daripada acara kegiatan ini. Dari pandangan Cira banyak cewek yang berpakaian yang tidak sesuai dengan tema malam ini. Penginapan, bukan pesta yang diadakan malam hari. Memakai dress dan rambut yang ditata dengan berbagai pernak penik kayak anak alay serta make up yang tentunya sangat norak. Sangat tidak nyaman jika dibawa tidur.“Perhatian semuanya.” kata Mami berbicara menggunakan mic. Tetap saja suasana masih riuh dengan keributan tidak jelas. “Hey kamu yang di sana.” tunjuknya kepada salah satu murid dari kelas Cira yang sedang berdandan. Seluruh perhatian men