“Cira.” kata Ade dengan raut wajah cemas. “Tolongin aku kali ini aja. Pliss.” katanya memohon banget.
“Santai dong.” jawab Cira menenangkan ade yang tampak panik.
“Emak aku keracunan jengkol. Sekarang ada di rumah sakit.” Ade merengek untuk pertama kalinya. “Tolong masukkan peralatan olahraga ke ruang penjas. Jangan sampai tercecer.” Ade berlari menyandang tasnya keluar lapangan menuju parkiran.
Ara terkekeh keras setelah kepergian Ade. Ia memegang perut merasa geli dengan tingkah Ade.
“Jahat banget jadi orang.” kata Cira dengan reaksi Ara seraya memungut bola yang berserakan di lapangan.
“Habis emaknya kenapa bisa keracunan jengkol. Juragan jengkol, keracunan jengkol.” katanya kembali tertawa mengingat wajah Ade seperti tadi.
“Udah ketawanya mending cepat bereskan semua bolanya.”<
Benar kata Nando hari ini perwakilan anggota ektrakurikuler masuk ke dalam kelas secara bergantian untuk mengajak para murid baru untuk bergabung bersama mereka. Bermacam-macam keunggulan dan promosi yang disampaikan agar peserta didik baru berminat bergabung ke dalam kegiatan tersebut. Perwakilan yang menyampaikan pun dipilih dari segi penampilan wajah dan pandainya berbicara di depan umum. Terakhir Nando dan teman-temannya masuk ke dalam kelas memperkenalkan drumband yang sudah memiliki banyak anggota, masih saja membutuhkan anggota baru untuk meneruskan ekskul yang menguras tenaga tersebut. Ia berdiri di depan kelas dengan simpul yang terbentuk di sudut bibirnya dan tentu saja semua mata tertuju padanya dalam diam dan kagum. Termasuk Cira sekarang sedang senyum-senyum malu seperti Nando sedang menyatakan cinta dengannya.“Siang adik-adik.” kata Nando menyapa. Para kaum h
Untuk kegiatan penginapan nanti malam di sekolah. Semuanya pada heboh memikirkan mau pakai baju apa? atau mau tidur dimana dan banyak lagi yang harus mereka persiapkan hanya untuk satu malam. Padahal tinggal pakai baju tidur terus merem sebentar, alhasil mereka bakalan sampai di dunia mimpi. Apalagi para cewek yang rempong banget bakalan bawa peralatan apa saja untuk penginapan satu malam tersebut. Padahal di sana sudah disebutkan makanan akan ditanggung oleh pihak sekolah dan menginap bersama-sama di lapangan sekolah. Di ruang terbuka beralaskan kain seadanya dan beratapkan langit dan bertabur bintang serta diterangi cahaya bulan. Kabar yang didengar dari Nando, biasanya saat kegiatan seperti ini bakalan banyak terlahir pasangan baru. Kegiatan ini juga mempunyai julukan yang diberikan oleh para murid yaitu kegiatan ajang para jomlo. Dan
Berbekal kepercayaan. Sore harinya Cira sudah bersiap untuk berangkat kembali ke sekolah. Membawa makanan seadanya untuk ngemil di malam hari serta jacket tebal yang sudah di balut ke tubuh. Meski matahari sore ini cukup panas. Namun Cira tetap menggunakan baju hangat untuk tidur di tengah lapangan nanti. Cira menggunakan celana jeans dipadukan dengan kaos hitam dan sepatu kets bewarna kuning. Ia berpakaian senyaman mungkin selama menginap nanti. Sentuhan terakhir Cira memoleskan lipstick pink ke bibirnya.“Hati – hati.” kata Mama ketika Cira menutup pintu kamar.“Iya, Ma. Aku pergi dulu. Assalamualaikum.”"Waalaikumsalam. Jangan lupa oleskan minyak kayu putih. Jangan sampai masuk angin.""Iya-iya."&n
Tidak disangka banyak yang berminat mengikuti kegiatan ini. Jika dilihat lagi lapangan sekolah ini penuh dengan murid dan beberapa senior yang akan membimbing mereka. Kelihatan banget rata-rata para cewek lebih ke arah ingin cari perhatian, daripada acara kegiatan ini. Dari pandangan Cira banyak cewek yang berpakaian yang tidak sesuai dengan tema malam ini. Penginapan, bukan pesta yang diadakan malam hari. Memakai dress dan rambut yang ditata dengan berbagai pernak penik kayak anak alay serta make up yang tentunya sangat norak. Sangat tidak nyaman jika dibawa tidur.“Perhatian semuanya.” kata Mami berbicara menggunakan mic. Tetap saja suasana masih riuh dengan keributan tidak jelas. “Hey kamu yang di sana.” tunjuknya kepada salah satu murid dari kelas Cira yang sedang berdandan. Seluruh perhatian men
Habis sholat maghrib waktunya makan malam yang disediakan oleh pihak sekolah. Nasi dengan lauk ikan teri plus makanan penutup tiga potongan timun yang sudah dikupas. Mereka terdiam menatap nasi dihadapan mereka dalam keadaan dingin. Untuk mempelancar tenggorokan pihak sekolah hanya memberikan dua gelas air mineral per orang. Tidak boleh minta tambahan air atau makanan jika merasa kurang. Untungnya sore tadi mereka sempat ngemil dan cukup kenyang untuk malam ini sedangkan nasi tersebut harus habis dalam waktu yang ditentukan hanya dua puluh menit waktu yang ada. Jika tidak habis akan diberikan hukuman dengan mencuci seluruh piring kotor yang ada di sini. Alasan mereka harus makan dengan lauk sederhana ini adalah agar mereka bisa merasakan bagaimana orang-orang serba kekurangan dilanda kelaparan terkadang hanya makan nasi seadanya dan makan dari hasil bekas dari tempat sampah untuk memenuhi kebutuhan
“Udah nggak usah diliatin terus.” kata Agung. “Atau kita mau cari angin aja ke tempat lain.”“Oke deh.” jawab Cira setuju menggengam erat jacketnya ketubuh. Mereka berdiri hendak mencari angin entah kemana. Yang jelas tidak di bawah pohon yang berubah menjadi suasana horror gara-gara teriakan histeris dari dalam ruangan.“Kalian kemana?” tanya Aska menghampiri.“Cari angin.” jawab Cira malas.“Apa belum cukup angin di sini. Mau cari kemana lagi.” Aska memandangnya lekat. “Liat tuh kamu aja sampai menggigil gitu.”“Terserah aku dong mau kemana, kok kamu yang sewot.” tandasnya.“Berdua aja?” tanya Aska kembali seperti sedang menginterogasi.“Iyalah. Nggak usah banyak tanya. Aku mau cari angin yang gede.”“Bentar.”
Malam semakin larut dan orang-orang mulai tidur bergelimpangan di lapangan tanpa alas. Rasa kantuk mengalahkan keadaan mereka yang awalnya ogah banget tidur di bawah langit dan harus terkapar tanpa mempedulikan rasa dingin. Mereka meringkuk memeluk diri sendiri dengan jacket seadanya di tubuh. Beberapa orang masih saja berlalu lalang entah apa yang dilakukannya sedangkan Cira hanya bisa berbaring sambil menatap langit kosong, memikirkan Aska yang semakin lengket dengan Raula. Padahal jelas sekali hubungan mereka tidak begitu special kayak martabak manis yang bertabur dengan banyak toping. Ibaratkan Cira itu hanyalah martabak original yang tidak diingankan oleh Aska. Seandainya saja Aska tidak pernah mendekati Cira ataupun Raula tidak pernah hadir diantara mereka. Pastilah hatinya tidak akan pernah seperti ini. Galau, bimbang, dan merasa hatinya harus segera pulih dan kembali seperti semula. Menjauhi c
Paginya ketika masih pukul empat pagi, mereka semua dikagetkan lewat suara teriakan dari toa. Baru dua jam Cira tertidur dalam keadaan matanyanya yang masih terpejam meski dalam keadaan duduk. “Kalian semua bangun.” Suara itu berulang kali terdengar seperti petugas ronda yang sedang meneriaki maling agar warga setempat mengejar maling tersebut sampai dapat.“Siapa lagi yang kesurupan?” geruru Ade masih dalam berdiri ikut membangunkan semuanya. “Woi kalian semua bangun. Kalau kalian nggak segera bangun si Nenek lampir nggak bakalan berhenti teriak. Cira bangun dalam keadaan setengah sadar. Masih berada di bawah alam lain. Masih terasa di alam mimpi yang tidak begitu indah untuk di mimpikan. Gara-gara ikut berpatroli semalaman suntuk menangkap beberapa murid yang ketahuan melanggar peraturan, termasuk mereka kini Cira hanya bisa tidur selama dua jam dan kini harus bangu