Raula menutup wajahnya menunduk sembari terisak-isak. Ia lagi-lagi menangis hanya karena kesalahan kecil. Suaranya terdengar jelas hingga mengundang perhatian teman sekelas. “Udah sini aja Raula.” tendengar sahutan dari depan. Gerombolan cewek tukang gossip yang prihatin dengan keadaannya. Perlahan ia mengangkat wajahnya memandangi Ara yang menatap sinis dirinya.
“Tuh sana pergi udah tau nggak cocok temenan dengan kami, malah datang kesini.” celetuk Ara pedas.
“Aku cocok kok temenan dengan Cira. Aku pengen temenan dengan kalian semua. Nggak mau ada musuh dalam hidup aku.” jawabnya seraya mengusap air mata.
Ara menggeleng geram dengan tingkahnya yang menjengkelkan. Tangannya mengepal memeras kemarahan yang mendalam. “Jangan sampai kemarahan aku meluap kayak gunung merapi. Bakalan aku muntahin semua kata-kata mutiaraku.” ucapnya memberikan ultimatum.<
Aska duduk di samping Cira sembari memainkan rambutnya yang tergerai kusut hingga ke bahu. Tangannya yang jahil terus saja merayap hingga ujung kepalanya, mengacaknya kemudian mengikat rambut Cira dengan kedua tangannya lalu mendongak ke wajah Cira memandangnya dengan lekat. “Kayaknya kamu lebih cocok nggak pakai poni, Ra.” “Usil banget. Lepasin nggak tangan kamu.” tegasnya menepis tangan Aska dari rambutnya yang kini semakin terlihat kusut. Cira merapikanya dengan sela-sela jari tangannya. “Lagian si Agung lama banget ke toiletnya.” Cira mulai tidak sabar menunggu Agung yang tak kunjung keluar dari toilet sejak bel berbunyi pulang sekolah sampai sekarang. Sudah jam tiga kurang lima belas menit dan sebentar lagi ruangan TU akan segera tutup dan mereka baru bisa mengambil seragam baru besok harinya. “Agung tuh paham banget dengan perasaan temannya, Ra. Dia nggak mau ganggu kita berdua. Udah biarin aja dia lama-lama di toiletnya.” “Tenang aku nggak akan b
“Lama banget jemputnya.” gerutu Cira sembari duduk menunggu sendirian dengan menghentakkan kakinya di ruang guru piket bawah tangga. Kemudia ia bersandar lelah memejamkan matanya sejenak melepas penat. “Tau gini mending minta antar Agung aja.” keluhnya kemudian matanya menangkap dua sejoli sedang berboncengan hangat yang sedang berlalu keluar pagar. Mereka kelihatan menikmati kesempatan berdua tersebut. Aska mencoba bermain api di tengah PDKT nya dengan Cira yang saat ini sedang menimang-nimang perasaanya yang bimbang.Oke Fix! Raula memeluknya dengan erat dari belakang, sengaja banget mencondongkan dadanya ke depan supaya kelihatan seperti orang yang sedang pacaran atau dianya emang yang kegenitan. Dan Aska menerima begitu saja pelukan dari Raula. Cewek cengeng dan nyebelin yang mencoba masuk ke circle pertemanannya.&nbs
Kalau mau tau kebenarannya, langsung saja buktikan dengan mata kepala sendiri biar nggak penasaran nantinya atau bisa saja bakalan menjadi momok yang menakutkan setiap kali melewati ruang piket bawah tangga yang hanya muat untuk hunian dua orang dan penghuni kecil lainnya si kecoa yang muncul entah dari mana asalnya. Pagi buta begini Cira sudah datang ke sekolah untuk pertama kalinya dalam sejarah. Datang bersamaan dengan terbitnya matahari. Ditemani dengan sejuknya udara hingga sampai di depan pagar sekolah yang baru dibuka oleh Pak Jep, security tertua di sekolah ini.“Pagi pak.” sapa Cira dengan ceria.“Pagi.” jawabnya ketus masih membuka gembok ruang piket bagian atas dengan sedikit berjinjit.“Bapak beneran orangkan?” tanya Cira mencoba meyakinkan.“Nggak usah banyak tanya.” jawabnya memasukkan kunci ke dalam saku kemudian berlalu meninggalkan Cira yang masih penasaran dengan ruangan yang ad
“Sok cantik.” kata seorang cewek di lantai dua. Kakak kelas yang pernah bermasalah dengan Ade. Ia bersandar di pembatas koridor dengan teman-teman lainnya dengan berlagak sengak. Cira yang sedang dongkol menghentikan langkahnya yang sudah menginjakkan kakinya di anak tangga menuju lantai tiga.“Nggak usah cari masalah pagi-pagi gini.” kata Cira menuruni beberapa anak tangga, bicara lebih dekat dengan mereka.“Lagak kamu mentang-mentang baru dapat seragam sekolah udah ngerasa sok hebat.” jawabnya maju selangkah menaikkan dagunya sedikit ke atas memandangi Cira menantang.“Pikiran kamu aja tuh picik. Emang kenapa kalau aku pakai seragam sekolah. Bukan bapak kamukan yang bayarin uang sekolah aku. Mending kamu masuk kelas sana, belajar yang baik. Jangan urusin hidup orang. Terus cuci tuh mulut pakai garam.” balas Cira pedas. Sejak ia berteman dengan Ara keberaniannya terkumpul penuh hingga bisa mengucapkan kata sepahit
Perkara cemburu emang sulit untuk di jelaskan. Sesuatu yang tidak terlihat namun terasa banget sampai ke hati, hingga merubah perasaan yang goodmood menjadi badmood. Saat ini Cira sedang dilanda oleh rasa cemburu yang tidak boleh bersarang terlalu lama di hatinya.Cira menyeruput minumannya dalam bentuk kemasan tanpa sadar air di dalam botol tersebut habis tanpa tersisa. Kemudian ia meremasnya dengan sebelah tangan dengan emosi yang meluap sampai ke ubun-ubun. Melemparkannya ke sembarang tempat sampai botol yang yang sudah menjadi sampah tersebut terlempar mengenai kepala seseorang yang tidur di kursi Aula.“Wooii.. siapa nih yang buang sampah sembarangan.” Seseorang bangkit dari tidur dengan mengelus dahinya. Menyerngit kesal memandangi botol yang ada di tangannya.“Mampus deh!” kata Cira menutup mulutnya. Ia bersembunyi di bawah kursi yang tersusun berjejer.“Siapa woii.” teriaknya kembali menc
Di tengah obrolan, di Aula pada saat jam istirahat mereka kedatangan tiga orang cewek yang sedang melarikan diri dari kejaran guru BK. Dari ambang pintu ketiga sosok yang tidak begitu jelas itu ketitiran berlari berdesakan mencari tempat persembunyian meskipun sudah berada di ruang Aula yang tertutup tetap saja masih merasa tidak aman. Wajah ketiga cewek tersebut semakin terlihat jelas ketika menghampiri, meminta mereka untuk disembunyikan dari guru yang mengejarnya. Barulah tahu sosok tersebut itu adalah Laras dan kedua temannya yang tak pernah terpisahkan oleh situasi apapun. Dandanannya kembali menor seperti pertama kali bertemu. Laras memang berbeda dari cewek lain di sekolah. Ia terlihat seperti barang mahal tapi tidak menarik.“Nando tolong dong. Kalau ada guru yang datang nyariin kita bertiga bilang aja nggak tau. Pliss.” ucapnya memohon dengan sera merunduk di bawah kursi diantara me
Lapangan sekolah saat ini dipenuhi oleh anggota drumband dan murid murid yang berlalu lalang menghabiskan waktu istirahat. Beberapa ada yang melakukan aktifitas bermain basket tanpa aturan dengan menggunakan seragam putih abu- abu. Dan yang paling banyak memasukkan bola ke dalam ring, dialah pemenangnya. Meskipun lawan mainnya berbuat curang saat bermain. Kemenangan tetap dapat diraihnya. Langkah Cira terhenti sesaat memperhatikan Aska sejenak dari koridor depan kelas sampai akhirnya Ara mengejutkannya dengan menempelkan minuman kemasan botol ke pipinya.“Ara. Ngagetin aja.” katanya terkesiap memalingkan pandangan ke arah lain.“Kalian kemana aja.” tanya Ara. Tampak Cira sedang berpikir. “Tadi kalian dari arah sanakan. Berduaan.” Ara menunjuk Aula dengan matanya.“Rame kok. Ada bang Nando, ada-““Nando? Abang yang kemarin itu.&rd
“Kok tumben traktirin kita semua.” seru Aska.“Ya aku cuma pengen beramal aja. Katanya mentraktir teman itu sama aja dengan sedekah. Hitung-hitung buat pahala ke akhirat.” jawab Agung ngeles. Agung takut rencananya akan terbongkar, sebisa mungkin ia terus berbohong demi traktiran dari Laras. Kakak kelas yang kayaknya emang punya banyak uang. Bisa request apa saja dan dimana saja. Asalkan ada Aska di sampingnya.“Cepetan.” desak Agung segera menuju parkiran di sana sudah ada Cira dan Ara, terus secara bersamaan dari arah yang berbeda Laras dan Nando tiba bergabung dengan mereka. Laras dengan gaya yang berbeda berdiri di tengah panasnya matahari dengan payung kuning dan topi hitam yang melekat di kepalanya. Untuk menghindari cahaya yang menyorot langsung ke matanya.“Kakak mau