Home / Romansa / ELEGI WANITA KEDUA / KENYATAAN YANG MENYAKITKAN

Share

KENYATAAN YANG MENYAKITKAN

Author: Raifiza27
last update Last Updated: 2021-05-27 19:56:47

Tanpa pernah disadari oleh Salsa. Jika sang ibu ternyata sudah meninggal. Sejuta penyesalan dia labuhkan. Karena perasaan bersalah yang menghimpit dirinya. Masih teringat segala omelan sang ibu. Saat dia menambah kecepatan mobil. Namun dia acuhkan.

"Maafkan aku Ibu. Semoga ibu baik-baik aja dan cepat sembuh."

Terdengar derap langkah yang menghampiri ke arah Salsa. Ternyata seorang perawat yang ingin memeriksa kondisi dirinya. Wanita muda itu tersenyum ramah.

"Setelah ini, Mbak akan dipindah kamar. Sambil menunggu jadwal operasi."

"O-operasi?"

"Iya, di bagian lengan kanan patah. Tapi, tak terlalu parah kok Mbak."

Sejenak Salsa terdiam. Lalu melirik ke arah tangan kanannya. Yang terasa nyeri.

"Mbak, kondisi ibu saya gimana?"

"Satu jam yang lalu, sudah dibawa naik ambulan," sahutnya dengan pandangan heran.

"Ambulan? Maksud Mbak?"

Saat itu sang perawat baru tersadar. Kalau Salsa belum mengetahui kondisi sang ibu yang

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • ELEGI WANITA KEDUA   HARUSKAH CEMBURU ITU(?)

    Tampak Raffian sibuk mengirimkan pesan pada Sella. Dia juga mengirimkan beberapa foto, termasuk mobil berwarna merah dan putih. Dia juga memberikan laporan jika ada dua orang wanita asing yang tengah melabrak Amelia. Tak lama kemudian. Terdengar bunyi ponsel. Segera pandangan mata Raffian tertuju pada sebuah nama. "Sella!" Terdengar dia menghela napas panjang. "Kamu ini kenapa sih? Setiap kali aku telpon selalu seperti menghindar. Memangnya ada apa?" Terdengar suara lembut dari seorang wanita. Yang semakin lama akan mengoceh tak karuan. Yang membuat Raffian selalu malas bila bicara dengannya. "Kamu kan tahu aku masih di rumah sakit. Jadi enggak bisa kencang-kencang kalau ngomong." "Ahhh, kau selalu pintar cari alasan." Lalu keduanya terdiam dan hening. "Aku mau ke sana!" "Ehhh, mau apa kamu ke sini, Sell? Ini rumah sakit. Bukan hotel!" "Udah tau. lagian kalau rumah sakit mau apa? A

    Last Updated : 2021-05-27
  • ELEGI WANITA KEDUA   EMOSI

    Tampak keraguan muncul di hati Sella. Saat Raffian menanggapinya dengan begitu dingin. Seakan tak ingin dia berada di dekatnya saat ini. "Kamu enggak suka aku di sini ya, Raff?" Tak ada jawaban dari lelaki berparas manis itu. Dia hanya melempar pandangannya jauh lurus ke depan. "Kamu, benci sama aku?" "Bukannya kamu ke sini untuk bahas pekerjaan aku hari ini tadi 'kan? jadi, tanya aja yang berhubungan dengan pengintaian aku di rumah Amelia." "Huuufhhh! Kamu ini lama-lama menjengkelkan, Raff!" "Bukannya dari dulu aku seperti ini?" Sella yang kesal, memalingkan wajahnya. Entah mengapa dia tak begitu peduli dengan hasil laporan Raffian. Dia lebih memedulikan atas sikap lelaki manis yang tengah mengacuhkan dirinya. "Kamu enggak cemburu tuh sama Amelia?" "Apaan?" "Sepertinya hubungan mereka sudah sangat dekat, Sell." Tak ada tanggapan dari Sella. Yang terlihat cemberut. "Kamu kok b

    Last Updated : 2021-05-28
  • ELEGI WANITA KEDUA   SIAPA DIA (?)

    "Dan, menurutmu. Bagaimana aku harus bersikap pada Papa?" "Memangnya apa yang telah dilakukan oleh Papa kamu?" "Papa kelakuannya tak pernah berubah, Raff. Sejak Mama masih hidup. Papa terus suka main cewek. Dan sekarang semakin parah. Macam Sugar Dady. Tapi, 'kan kamu tau sendiri, Papa aku udah tak lagi muda. Iya 'kan?" Raffian hanya mengangguk. "Nah, dengan kelakuan Papa yang kayak gini. Apa yang mesti aku lakukan?" "Apa kamu pernah melihat sendiri Papa kamu jalan sama cewek?" "Pernah. Waktu di hotel saat aku ada janjian sama Tante Santi. Sekilas aku melihat Papa di loby lagi gandeng cewek muda, Rafff. Seumuran aku coba?" "Kamu yakin sama cewek itu?" "Aku sangat yakin, Raff. Dengan gelagat dia aku pasti paham." "Lalu mau kamu apa?" Tampak Sella memonyongkan bibirnya. "Kan bener pertanyaan aku. Kalau aku jadi kamu, ya EGP aja sih. Lagian Mama kamu 'kan sudah enggak ada." "Enak aj

    Last Updated : 2021-05-28
  • ELEGI WANITA KEDUA   KEBOHONGAN MELINDA

    Tanpa pikir panjang. Sella memutar haluan. Dan mengejar mobil sport hitam yang meluncur dengan kecepatan tinggi."Sepertinya bukan Papa yang berada di dalamnya. Siapa dia?"Segera Sella mengejar mobil sport hitam yang melaju sangat kencang. Bila dia melihat dari arah belakang. Tampak dua orang yang berada di dalamnya."Tapi, siapa?" tanya Sella berbisik.Tampak mobil yang berada di depannya mulai mengurangi kecepatan. Sampai akhirnya memasuki sebuah pelataran parkir sebuah apartemen. Sengaja Sella tak membuntuti. Dia memilih berhenti di depan pintu masuk."Sebaiknya aku foto mobil dan mereka yang nanti keluar. Bisa-bisanya ya, itu orang pakai mobil Papa. Mana yang mehong dipakai. Iiiishhh!"Sekian detik menunggu. Akhirnya Sella melihat dua orang yang keluar dari mobil sport itu. Dia melihat seorang wanita muda seumuran dia. Berambut merah roseberry. Lalu, tak lama kemudian. Turun seorang lelaki muda. Dengan penampilan yang modis. Sang wanita

    Last Updated : 2021-05-29
  • ELEGI WANITA KEDUA   TERIMA KASIH RAFFIAN

    "Papa itu dibohongi Melinda kok mau saja. Sekarang apa yang ingin Papa miliki dari sundel itu? Apa, Pa? Yang ada dia hanya mengeruk duit dan harta Papa. Aku yang enggak sudi!" teriak Sella tanpa bisa lagi mengendalikan dirinya."Sekarang jawab aku, Sell! Di mana kamu sekarang?""Untuk apa Papa tau?""Aku tak ingin kau buat keributan."Tanpa menjawab. Sella mematikan telepon sang papa. Lalu dia ganti menggunakan Video call. Lalu mengarahkan ponselnya pada mobil milik sang papa. Yang berada di samping mobilnya."Papa apa masih ingat punya mobil ini?!""Iya. Memang aku kasih pinjam ke Melinda.""Untuk pacaran?"Tiba-tiba ....Klik!Video call dia matikan. Tampaknya Handy malas untuk bersilat lidah dengan anaknya. Dan hal itu semakin memicu kemarahan Sella."Baik, Pa. Kita lihat saja nanti. Aku akan buat perhitungan dengan si Melinda itu."Lalu Sella menelepon seseorang."Hal

    Last Updated : 2021-05-29
  • ELEGI WANITA KEDUA   BOLEH, OM (!)

    Laju sebuah mobil sport mewah dengan CC tinggi, berwarna hitam, melesat dengan kecepatan tinggi. Udara pagi masih terasa segar. Tampak Dita terus tersenyum ceria."Kamu senang?""Senang lah Ma. Kan emang Mama sudah janji kita akan ke Jogja.""Kalau diantar Om, senangnya dobel apa engga nih?"Dita tersipu malu. Dia bersembunyi dibalik lengan Rini. Dengan kedua tangan yang menutup pada wajah.Perjalanan mereka pagi itu, memang tak ada rencana sebelumnya. Kalau bukan maksud hati menyenangkan Dita. Amelia dan Adrian tak mungkin mengadakan perjalanan ke luar kota dalam waktu dekat ini."Serius, kamu enggak lagi sibuk Adrian?""Enggak ada yang serius atau juga santai Mel. Semua tergantung bagaimana kita menyikapinya.""Bukannya semalam si Sella ingin ketemu?"Dia hanya tersenyum masam."Sebenarnya aku sudah malas bertemu cewek toxic macam dia. Cuman kadang aku masih kasihan. Lagian hubungan aku sama Om Handy sangat baik

    Last Updated : 2021-05-30
  • ELEGI WANITA KEDUA   BERDEBAR

    Adrian melebarkan telapak tangannya mengarahkan pada Dita. Yang tiba-tiba memeluk Adrian."Kalau Om baik sama Dita dan Mama, Om boleh jadi Papa aku."Kalimat yang baru saja terlontar membuat Adrian terharu. Hingga membuat lelaki tampan yang selalu terlihat kuat dan kokoh itu, berkaca-kaca. Segera dia membuang wajahnya dari Dita. Dia tak ingin bocah yang ada di hadapannya, melihat matanya berembun."Om, kok diam? Apa Om enggak mau jadi Papanya, Dita?"Sekian detik lamanya. Setelah sanggup menguasai keadaan. Adrian kembali menoleh pada bocah kecil itu. Lalu tersenyum lebar."Siapa bilang enggak mau?""Habis Om jawabnya lama. Cuman--"Tiba-tiba, gadis itu tertunduk. Tanpa meneruskan kalimatnya yang terpenggal. Lalu dia memandang ke arah Amelia."Cuman apa nih?" sahut Adrian penasaran."Cuman Om enggak akan ninggalin kita tanpa kabar 'kan?"Adrian menggeleng seraya tersenyum."Enggak akan! Bukannya Om Adrian ud

    Last Updated : 2021-05-31
  • ELEGI WANITA KEDUA   MEMINANGMU

    Adrian menurunkan tubuh Amelia. Lalu berbisik, "Masih deg-degan ...?"Bisikan Adrian semakin membuat Amelia tak karuan. Jantungnya semakin berdetak kencang. Hingga tarikan napasnya terdengar keras. Membuat Adrian mendekatkan wajahnya."Kamu kenapa?" Sembari tangan mengusap lembut rambut Amelia dengan penuh kelembutan. Bahkan membuat Amelia serasa bibirnya terkunci. Lidahnya terasa kelu. Tanpa mampu menjawab pertanyaan Adrian.Aroma parfum yang dikenakan Adrian. Semakin melesak memenuhi rongga hidungnya. membuat imajinasi Amelia melayang ke mana-mana. Hingga sentuhan ujung jari yang menyentuh hidungnya, membuat Amelia seperti tersadar."Ayooo! Lagi bayangin apa?""Ihhhh, Adrian kamu nackal!"Amelia yang kesal bercampur malu. Memukul dan mencubit lengan Adrian. Yang terus tertawa terbahak-bahak. Seakan senang membuat dirinya sampai jengah tersipu."Yuk, kita jalan keluar!" ajak Amelia."Bentarlah. Aku ingin berd

    Last Updated : 2021-05-31

Latest chapter

  • ELEGI WANITA KEDUA   BULAN MADU

    “Saya terima nikahnya dan kawinnya Amelia Pratiwi binti Assobri dengan maskawinnya tersebut, tunai karena Allah.”Suara Adrian terdengar tegas dan lantang."Sah?!" teriak penghulu. Disambut dengan jawaban serempak para undangan yang hadir, "Sah!""Alhamdulillah, Tabarakallah. Aamiin."Kali ini perhatian kembali tertuju pada pasangan pengantin Adi Hermansyah dan Salsa Munandar.“Saudara Muhammad Adi AlQorni bin H. Ahmad Komarudin. Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan Salsa Munandar, dengan maskawinnya berupa seperangkat alat sholat dan uang seratus juta, tunai!”“Saya terima nikahnya dan kawinnya Salsa Munandar binti Munandar, dengan maskawinnya yang tersebut, tunai karena Allah.”"Bagaimana, sah?""Sah!!!""Alhamdullillah." Rumah Maya dan Hartono terdengar riuah dengan ucapan doa yang penuh kebahagiaan. Begitu juga terpancar dari wajah-wajah penuh cinta dan kasih sayang.

  • ELEGI WANITA KEDUA   MENUJU PERNIKAHAN

    _Dua bulan berlalu_Sejak kematian Romy Pradipta. Membawa duka yang mendalam bagi Maya dan Hartono. Begitu juga bagi Salsa dan Amelia. Walau pernah menoreh luka bagi mereka. Namun, anak yang dititipakan oleh Romy, membuat Salsa dan Amelia akan selalu teringat padanya.Hingga Maya dan Hartono meminta pada Salsa dan Amelia untuk melangsungkan pernikahan mereka di Semarang. Secara bersamaan. Walau awalnya Adrian menolak, pada akhirnya dia mencoba untuk mengerti.Karena bagi Amelia, Maya dan Hartono satu-satunya keluarga bagi dirinya. Tepat di hari jumat akad nikah akan dilangsungkan. Tak ada acara besar, atau pun pesta meriah. Karena baik Amelia maupun Salsa tak menginginkan hal itu.Pada hari kami pagi. Amelia beserta Adrian dan Dita serta Rini sudah berada di hotel yang tak terlalu jauh dari rumah Maya. Dia meletakkan kebaya pengantin milik Renata dulu. Mengusapnya perlahan dari ujung leher hingga ujung paling bawah."Ren ... mungkin aku tak p

  • ELEGI WANITA KEDUA   ANUGERAH TERINDAH

    "Maaa ... Mama!""A-ada apa, Sa?""Perut Salsa kok sakit ya, Ma?""Sa-sakit gimana?""Sepertinya mau melahirkan, Ma.""Haaahhh?!"Maya pun kelihatan panik. Dia memanggil beberapa saudara dan kerabatnya. Untuk segera mengantar Salsa ke rumah sakit terdekat."Sa, semisal menunggu Papa pulang gimana?""Salsa udah enggak kuat, Ma. Kok sakit banget.""Apa pakaian semuanya sudah kamu siapkan?""Sudah, Ma. Di kamar."Maya berjalan cepat menuju kamar. Dia mengambil tas yang ada di atas kasur. Sesaat Maya terpaku dalam diam. Selintas kenangan Romy masih membayang di matanya. Terbayang saat dia masih sakit dan terbaring di atas kasur."Haahhh! Ya Allah, anakku Romy!" desahnya.Teringat akan Salsa yang kesakitan. Buru-buru dia keluar kamar."Sa, ayo aku gandeng!" Salsa yang tak bisa jalan cepat, dibantu Maya berjalan ke luar rumah. Dari arah dalam Bulek Titut berlari ke arah mereka."Bulek!

  • ELEGI WANITA KEDUA   ADA KEMATIAN ADA KEHIDUPAN

    Sengaja Adrian tak langsung memberitahukan kematian Romy, pada Amelia. "Bapak Adrian!" Segera dia mendatangi seorang perawat. "Silakan Bapak kalau mau ke kamar Bu Amelia. Baru saja dipindah kamar." "Baik, Sus. Di sebelah mana Sus?" "Bapak lurus dan belok kanan. Ada Pavilium mawar nomer 2, itu kamar Bu Amelia." "Maksih, Sus." "Sama-sama." Adrian menghampiri Dita dan Rini. "Ayo ke kamar Mama, Dit!" "Mama sudah di kamar?" "Sudah!" tegas Adrian. Mereka mengikuti langkah lebar Adrian yang berjalan mendahului. Pintu kamar terbuka lebar. Seorang perawat masih membantu Amelia pindah ranjang. "Nanti jangan terlalu banyak gerak dulu ya Bu. Besok pagi, kita rangsang ASInya buat Dedek bayi." "Iya, Sus." Amelia masih terlihat lemah. Wajahnya terlihat kuyu dan lelah. "Dita, adek kamu cowok apa cewek?" "Cowok, Ma." Amelia tersenyum senang. "D

  • ELEGI WANITA KEDUA   KEMATIAN

    Pandangan Romy terlihat bersinar terang. Tak lagi hampa dan kosong, seperti sebelumnya."Mas Rom! Mas Romy bisa dengar Salsa?"Namun, Romy seperti tak mendengar. Dia masih menggerakkan tangan perlahan. Terus membelai, entah apa yang ada dalam pandangannya saat ini. Sembari senyum yang tak lepas dari wajahnya."Rooom, ini Mama Nak. Coba lihat Mama, Sayang!"Namun tak ada respon yang ditunjukkan Romy. Dia terus memandang ke atas. Maish terus tersenyum.Tiba-tiba, seisi kamar terkejut dibuatnya. Mereka sampai tak percaya setelah sekian lama, tak mendengar Romy bicara."Amel ... Amelia," desis Romy. "Amelia ... Amelia."Romy terus menyebut nama Amelia terus menerus."Salsa, co-coba kamu telponkan Amelia. Mungkin dia ingin mendnegar suaranya.""Ba-baik, Ma."Saat Salsa mengambil ponslenya. Terdengar Romy yang terbatuk-batuk, hingga muntah darah. Membuat semua terperanjat."Dok! Kenapa Romy?""

  • ELEGI WANITA KEDUA   KELAHIRAN

    Mobil melaju dengan kecepatan sedang. Kontraksi yang dirasakan oleh Amelia, intervalnya mulai teratur. Sakit yang dia rasa berkisar 30 sampai 70 detik."Adrian kayak ada yang merembes di kaki aku.""Haaahhh?!!!" Adrian tersentak. Sekilas dia melihat pada bagian perut kebawan yang tampak basah. "Tenang, Mel." Wajah Adrian semakin tegang. Dia terus membunyikan klakson agar mobil di depannya memberikan ruang untuk dia lewat."Mama enggak apa-apa ya Om?" tanya Dita ikut panik."Enggak apa-apa Dita. Semua jangan ikutan panik kayak Om ya.""Mas Adrian jangan panik dong. Kita jadi ikutan cemas juga," sahut Rini, smabil mendekap Dita. Yang ikut panik."Enggak apa-apa, mulesnya mulai berkurang kok," lanjut Amelia. "Adrian, nanti aku minta tolong.""Apa?""Tolong adzankan anakku ini.""I-iya, Mel. Aku udah siapin soal itu.""Makasih, Adrian."Hampir dua puluh menit perjalanan. Mobil memasuki pelataran parkir ru

  • ELEGI WANITA KEDUA   KETEGANGAN

    Dalam kepanikan mereka, Salsa memberi kabar kalau Dokter Helmi akan datang ke rumah."Dia langsung ke sini, Sa?""Iya, Ma. Kata Dokter mungkin sepuluh sampai lima belas menit.""Ya, udah kalau gitu, kita tunggu."Hartono yang cemas, hanya bisa mondar mandir di dalam kamar Romy. Sedangkan Maya semakin gelisah dengan suhu tubuh Romy yang masih tinggi. Tak lama, Salsa masuk membawa Dokter Helmi ke kamar."Ohhh, syukurlah Dok. Saya udah cemas sekali.""Biar saya periksa dulu!""Dari tadi, Romy enggak bangun-bangun Dok," ucap Salsa kalut. Sedari tadi dia meremat jemari tanganya yang dingin. Lalu menghampiri Maya yang hanya bisa bungkam."Kita harus bawa ke rumah sakit. Ini Mas Romy bukan cuman tidur biasa.""Maksud Dokter?" tanya Hartono mengejar."Saya masih belum bisa pastikan, Pak Hartono. Cuman kalau di rumah sakit, Mas Romy bisa terbantu dengan obat yang masuk lewat selang infus. Saya yang langsung tangani di sana

  • ELEGI WANITA KEDUA   PANAS TINGGI

    Langkah Salsa bergerak cepat menuju arah kamar. Sekilas dia mendapati Maya yang menangis di ruang tengah. Sedang ditenangkan oleh Hartono."Kamu mau ke kamar, Sa?""Iya, Pa.""Panggilah Yono, biar dia yang angkat di atas kasur.""Baik, Pa."Maya masih terlihat sesenggukkan."Memangnya kamu ini kenapa sih, Ma?""Aku sedih, Pa. Barusan aku telponan sama Amelia. Mama jadi merasa semua ini salah kita.""Hussst! Apa maksud Mama bilang kayak gitu?"Bukan malah tangisannya berhenti. Maya semakin terisak, hingga beranjak pergi meninggalkan Hartono yang ikut sedih. Maya melangkah cepat menuju kamar. Diikuti oleh Hartono.Maya menghempaskan tubuhnya di atas kasur. Menelungkupkan wajahnya di bantal."Maksud kamu tadi apa, Ma?""Mungkin ini teguran buat kita juga, Pa. Terlalu memaksakan kehendak kita, pada Romy.""Bukan, Ma. Mama jangan merasa bersalah kayak gitu.""Entahlah Pa. Mama merasa bersala

  • ELEGI WANITA KEDUA   TELEPON AMELIA

    Selepas kepulangan Adi, tampak Salsa masih berdiri termenung di depan pagar. Dia menoleh pada taman samping rumah. Sepertinya Maya sedang mengajak Romy jalan-jalan. Bergegas Salsa mengejar langkah mereka."Ma ... Mama!""Ehhh ... kamu kok nyusul ke sini?""Iya, Ma. Mas Adi sudah pulang kok.""Ka-kamu ... apa mencintai dia?"Wajah Salsa memerah. Dia tersipu saat mendapat pertanyaan itu."Kenapa Mama tanya kayak gitu?""Mama tidak bisa menuntut apa pun dari kamu, Sa. Kebaikan yang kamu berikan pada keluarga kami, itu tak ternilai buat Mama. Sama Papa juga. Apalagi cinta dan sayang kamu pada Romy masih terlihat nyata di mata Mama."Salsa langsung memeluk wanita itu dari samping."Maafkan Salsa, Ma. Yang mungkin enggak bisa selamanya menemani Mas Romy.""Mama tahu, Sa. Dan sangat paham sekali.""Makasih atas semuanya ya.""Iya, Ma. Salsa juga makasih sama Mama, yang mau menganggap Salsa anak sendiri."

DMCA.com Protection Status