"Menurut kamu ini bagus nggak?"
Saat mendengar pertanyaan Nanda, ia mulai menoleh ke arah pemuda itu. Tetapi dia justru dikejutkan dengan beberapa buku yang sudah tersusun rapi di meja itu. Ada banyak jenis komiknya mulai dari romance, thriller hingga Action.
"Menurut kamu gimana?" Nanda mulai mengajak Asia untuk berbicara.
"Ria sukanya apa, ya? Kamu tahu, nggak?"
"Aku aja nggak tahu, justru minta pendapat kamu," Nanda hanya bisa menggelengkan kepala saja saat ditanyai oleh Asia.
Sedangkan Asia mulai mengambil sebuah buku yang berada di rak itu. "Gimana kalau beli komik remaja aja atau teenlit gimana?"
Walaupun Asia tidak begitu menyukai komik, tetapi untung adiknya yang selalu memberitahu Asia. Jadi, setidaknya Asia bisa sedikit bercerita tentang komik - komik apa saja yang bagus dibaca.
Ia masih ingat dulu waktu sama Dylan, mereka berdua sering berbincang-bincang di rumah. Bahkan tak jarang, adik Asia pun ikut berk
Rico berusaha menenangkan Nafisah. Sedangkan Nafisah masih memakai pakaian yang sama dress biru selutut masih rapi. Hanya ada bekas tangisan saja di pipi Nafisah.Cantik kayak Barbie.Saat melihat wajah dari Nafisah, tidak sengaja senyuman mulai terukir di dalamnya. Hari ini adalah hari yang melelahkan bagi mereka berdua. Seharusnya hari ini adalah hari membahagiakan bagi Nafisah. Tetapi itu mustahil, justru Dylan lah yang menjadi dalang dibalik semua ini."Jangan nangis, kasian matanya jadi jelek," kata Rico. Rico dan Nafisah sudah kenal sejak lama. Bahkan mereka pun selalu satu bangku di SMA Tinaka Gunawan yang berada di Sulawesi Utara. Tetapi karena orangtua mereka dipindahkan ke Jakarta, akhirnya mereka berdua mulai merantau disini.Walaupun mengambil jurusan yang berbeda bukan berarti mereka tidak saling mendukung. Melainkan Rico mengambil jurusan Desain, sedangkan Nafisah mengambil jurusan Hukum. Tetapi uniknya, satu kesamaan
Sampai saat ini, hanya mata Nafisah saja yang terpejam tetapi tidak untuk otaknya. Otaknya masih berpikir tentang ucapan yang diberikan oleh sahabatnya, Rico.Apa maksud Rico tadi?Nafisah mengetahui kalau Rico suka dengan dirinya. Janganlah pada Dylan, sampai saat ini dia sudah tahu seperti apa perubahan fisik yang ada di diri Rico. Apalagi perilaku Rico akhir - akhir ini menjadi berbeda selama hubungan mereka?Terkadang cowok memang bisa saja memiliki sikap seperti itu yang baik hingga manis. Wajar saja, bukan? Apalagi Rico memilih seorang adik perempuan yang masih balita. Hal itu bisa saja membuat Rico lebih protektif saat bertemu dengan seorang wanita. Apalagi Nafisah adalah salah satu teman yang masih dekat dirinya hingga saat ini.Tapi jika dipikirebih jauh, perbuatannya semakin aneh. Rico seperti memberikan perhatian kepada seseorang kekasih dan bukan sebaga
"Kok bangun, sih?""Gue capek, Ric!" racau Nafisah, padahal Rico berharap jawaban yang sebenarnya."Udah..udah, gue tahu kok kalau Lo capek," katanya perlahan."Gue mau pulang ajalah,""Kalau Lo pulang ke rumah Dylan, adanya Lo makin sakit hati nanti. Saran gue Lo tinggal disini atau di rumah Shayra sampai Lo merasa tenang,"Nafisah berusaha mencari cara lain agar dirinya dan Rico tidak perlu berdekatan. Ya ampun, bisa nggak sih, Ric, Lo nggak usah perhatian gini!"Gue mau sendiri, gue mau nenangin diri""Kalau Lo mau, Lo tinggal aja diatas. Gue bisa tinggal di bawah kok,"Tetapi jawaban Nafisah malah berbeda. "Gue mau pulang ajalah ke Lampung,""Lo gila atau gimana, sih? Setidaknya Lo sama gue merantau disini. Dan gue juga nggak akan biarin, lho, pergi gitu aja," kata Rico yang tidak akan bisa membiarkan sahabatnya pergi sendiri.Sedangkan gadis itu hanya mendengus saja. Rico berusaha menenangka
Rico hanya bisa diam saja.Gue cinta sama lo. Lo cewek pertama yang akan gue jagain setelah mana.Sedangkan Rico hanya bisa mengungkapkan dalam hatinya.Ia kembali menatap gadis itu yang seolah sedang membuat pertanyaaan baru."Lo kan lagi nggak ada, sedangkan Shayra kan sudah ada yang punya," katanya."Lo tahu, kan, gue masih ada Dylan. Tetapi Lo malah negedeketin gue?"Gila!Rico hanya bisa diam saja dan bingung ingin mengatakan apa.Sampai suatu ketika tiba - tiba ada pesan masuk. Dia meminta izin kepada Nafisah untuk membaca pesan itu.Tetapi itu hanya pesan yang tidak penting. Akhirnya dia hanya membaca pesan itu secara sekilas.Pesan dari Dylan......."Beautiful Lady?" Nanda yang mulai mengambil sebuah komik itu."Aku paling suka banget sama komik ini, cerita juga bagus. Aku kadang suka mellow gitu kalau baca cerita ini,""Menurut kamu bagus nggak?""Bagus banget kok,"
"Itu lho, dia adik perempuannya Dylan. Dia tuh pecicilan banget anaknya nggak bisa diam," kata Asia menceritakan sosok perempuan itu secara antusias. Tanpa tahu ternyata raut wajah milik Nanda tiba - tiba berubah.Sedangkan Asia masih asik saja menceritakan sosok gadis yang pecicilan itu. Namanya Ria, dia lucu banget. Pecicilan orangnya waktu itu dia bantuin ibunya masak, ibunya lagi keluar sebentar. Ehh..pas pulang masa kuenya gosong. Kan, lucu banget.Untungnya aja ibunya nggak marah, coba kalau dia marah bisa abis tuh si Ria. Akhirnya Ria cuma dinasehati sama ibunya kalau lagi buat kue dilihatin bukan ditinggal.Bukan hanya sekali, dia juga pernah bantuin ibunya bikin kue buat pesanan ibunya. Tapi akhirnya gosong juga, anehnya dia malah nyalahin oven yang nggak bener."Suka heran sama Ria, kadang tuh ada aja tingkahnya. Kadang - kadang lucu tapi gemesin banget asli. Coba kalau ibunya suka marah - marah kasian tuh, anaknya,"
Saat ini, Dylan masih kebingungan mencari keberadaan Nafisah. Padahal dia mengira Nafisah ada dirumah Shayra. Ternyata perasaannya salah, mungkin ini karma yang harus dirasakan oleh Dylan karena sudah menyakiti istrinya sendiri. Selain Shayra, dia mulai menelepon orang lain yang ada di dalam kontaknya."Halo Ric,""Tumben telepon, ada apa Dyl?""Lo pernah lihat Nafisah, nggak, 2 harian terakhir ini?" kata Dylan sambil menunggu keajaiban di depan pintu Shayra."Eng..enggak. Kenapa dyl? Kalian bertengkar lagi?"Saat ditanyakan oleh Rico, Dylan hanya iya iya saja. Entah ini sudah berapa kali Dylan dan Nafisah bertengkar selama menjalani pernikahan. Mungkin sudah tidak bisa dihitung jari.Kejadian itu bermula sejak Dylan mulai dekat dengan cewek lain, yaitu Asia. Ya wajar saja, kan, kalau Dylan hampir mendua. Lagi pula saat itu Nafisah susah sekali diajak keluar. Tetapi saat itu pun sempat ketahuan oleh Shayra.Bodoh ban
"Dari siapa, Ric?" tanya Nafisah."Dari suami Lo, Dylan," balas Rico yang baru saja memasukkan ponsel ke kantungnya. "Lo mau makan apa sekarang?"Nafisah hanya menggeleng saja. Ia hanya menatap seorang pemuda yang ada di hadapannya, dan hanya bisa memeluknya saja. "Gue nggak mau makan, nggak lapar,"Gadis itu masih saja menyenderkan tubuhnya ke tubuh bidang itu."Jangan gitu, dong. Nanti Lo sakit gimana, makan ya atau enggak Lo mau gue masakin?"Nafisah hanya bisa mengangguk saja. Sepertinya sudah lama Nafisah tidak mencicipi makanan buatan Rico."Masakin aku dong," kata Nafisah sambil melihat ke arah Rico."Yaudah, tunggu sebentar ya,"Saat Rico ingin pergi ke dapur, "tunggu, Dylan lagi diluar? Gue lagi nggak mau lihat suami gue saat ini, sakit hati aja rasanya," ucap Nafisah."Enggak, dia nggak disini kok, lagian kalian kenapa ngehindar terus, sih. Lebih baik omongin baik - baik biar
"Lo kenapa sih, Bang?" Diana tiba - tiba datang dari belakang dan mulai mengambil kursi untuk duduk di sebelah kakanya. "Lah emang gue kenapa?" Dylan tiba - tiba menoleh ke arah adiknya. Justru raut muka yang ditampilkan Dylan bukan raut muka yang biasa. "Nggak usah bohong, bang. Gue tahu Lo," jelas Diana yang melihat ada keanehan di diri kakaknya ini. "Tahu apa, sih?" katanya pura - pura tidak tahu. "Gue tebak nih, ya, Lo marah, kan sama kak Asia? Lo parah banget, bang, nyakitin hati cewek mulu," ujar Diana. Alvin hanya mengangguk. "Tuh, kan, apa gue bilang tadi. Ada yang beda di diri Lo, bang. Pantesan kak Asia jarang ke sini lagi, tahu tahunya lagi marahan sama Lo," Dylan hanya menoleh. Bukan Asia yang dia maksud, istrinya adalah Nafisah. Nama wanita lain dan itu bukan Asia. "Dia bukan pacar gue, cuma temen," kata Dylan. "Lah? Lo tuh gimana, sih, bukannya waktu itu suka ngajak kak Asia.