"Itu lho, dia adik perempuannya Dylan. Dia tuh pecicilan banget anaknya nggak bisa diam," kata Asia menceritakan sosok perempuan itu secara antusias. Tanpa tahu ternyata raut wajah milik Nanda tiba - tiba berubah.
Sedangkan Asia masih asik saja menceritakan sosok gadis yang pecicilan itu. Namanya Ria, dia lucu banget. Pecicilan orangnya waktu itu dia bantuin ibunya masak, ibunya lagi keluar sebentar. Ehh..pas pulang masa kuenya gosong. Kan, lucu banget.
Untungnya aja ibunya nggak marah, coba kalau dia marah bisa abis tuh si Ria. Akhirnya Ria cuma dinasehati sama ibunya kalau lagi buat kue dilihatin bukan ditinggal.
Bukan hanya sekali, dia juga pernah bantuin ibunya bikin kue buat pesanan ibunya. Tapi akhirnya gosong juga, anehnya dia malah nyalahin oven yang nggak bener.
"Suka heran sama Ria, kadang tuh ada aja tingkahnya. Kadang - kadang lucu tapi gemesin banget asli. Coba kalau ibunya suka marah - marah kasian tuh, anaknya,"
Saat ini, Dylan masih kebingungan mencari keberadaan Nafisah. Padahal dia mengira Nafisah ada dirumah Shayra. Ternyata perasaannya salah, mungkin ini karma yang harus dirasakan oleh Dylan karena sudah menyakiti istrinya sendiri. Selain Shayra, dia mulai menelepon orang lain yang ada di dalam kontaknya."Halo Ric,""Tumben telepon, ada apa Dyl?""Lo pernah lihat Nafisah, nggak, 2 harian terakhir ini?" kata Dylan sambil menunggu keajaiban di depan pintu Shayra."Eng..enggak. Kenapa dyl? Kalian bertengkar lagi?"Saat ditanyakan oleh Rico, Dylan hanya iya iya saja. Entah ini sudah berapa kali Dylan dan Nafisah bertengkar selama menjalani pernikahan. Mungkin sudah tidak bisa dihitung jari.Kejadian itu bermula sejak Dylan mulai dekat dengan cewek lain, yaitu Asia. Ya wajar saja, kan, kalau Dylan hampir mendua. Lagi pula saat itu Nafisah susah sekali diajak keluar. Tetapi saat itu pun sempat ketahuan oleh Shayra.Bodoh ban
"Dari siapa, Ric?" tanya Nafisah."Dari suami Lo, Dylan," balas Rico yang baru saja memasukkan ponsel ke kantungnya. "Lo mau makan apa sekarang?"Nafisah hanya menggeleng saja. Ia hanya menatap seorang pemuda yang ada di hadapannya, dan hanya bisa memeluknya saja. "Gue nggak mau makan, nggak lapar,"Gadis itu masih saja menyenderkan tubuhnya ke tubuh bidang itu."Jangan gitu, dong. Nanti Lo sakit gimana, makan ya atau enggak Lo mau gue masakin?"Nafisah hanya bisa mengangguk saja. Sepertinya sudah lama Nafisah tidak mencicipi makanan buatan Rico."Masakin aku dong," kata Nafisah sambil melihat ke arah Rico."Yaudah, tunggu sebentar ya,"Saat Rico ingin pergi ke dapur, "tunggu, Dylan lagi diluar? Gue lagi nggak mau lihat suami gue saat ini, sakit hati aja rasanya," ucap Nafisah."Enggak, dia nggak disini kok, lagian kalian kenapa ngehindar terus, sih. Lebih baik omongin baik - baik biar
"Lo kenapa sih, Bang?" Diana tiba - tiba datang dari belakang dan mulai mengambil kursi untuk duduk di sebelah kakanya. "Lah emang gue kenapa?" Dylan tiba - tiba menoleh ke arah adiknya. Justru raut muka yang ditampilkan Dylan bukan raut muka yang biasa. "Nggak usah bohong, bang. Gue tahu Lo," jelas Diana yang melihat ada keanehan di diri kakaknya ini. "Tahu apa, sih?" katanya pura - pura tidak tahu. "Gue tebak nih, ya, Lo marah, kan sama kak Asia? Lo parah banget, bang, nyakitin hati cewek mulu," ujar Diana. Alvin hanya mengangguk. "Tuh, kan, apa gue bilang tadi. Ada yang beda di diri Lo, bang. Pantesan kak Asia jarang ke sini lagi, tahu tahunya lagi marahan sama Lo," Dylan hanya menoleh. Bukan Asia yang dia maksud, istrinya adalah Nafisah. Nama wanita lain dan itu bukan Asia. "Dia bukan pacar gue, cuma temen," kata Dylan. "Lah? Lo tuh gimana, sih, bukannya waktu itu suka ngajak kak Asia.
"Gue masih normal kali, Di," kata pemuda itu."Lo tuh, ya udah punya istri multi talenta masih aja mau sama Kak Asia. Emang kak Asia itu secantik apa sih, parah banget Lo kalau beneran selingkuhin kak Nafisah,"Dylan menoleh dan benar juga sih dia memang selingkuh. Tapi ya nggak diginiin juga kali, lagian adiknya kan nggak tahu awal mulanya."Ya ampun yang mana sih kak orangnya?" cecar Diana."Cari aja namanya Nafisah Larasati,""Apa? Barbie Kumalasari?"Dylan hanya menoleh saja."Bodo amat, lah, nyebelin Lo lama - lama!""Ya ampun gitu aja ngambek, sih, kayak cewek PMS aja lo!" kata Diana langsung mengambil ponselnya dan mencari akun bernama Nafisah Larasati."OMG..dia cantik banget lho!" Diana memperlihatkan ponselnya kepada Dylan. "Dia cantik banget lho dan Lo bodoh banget malah selingkuh sama cewek lain. Gila! Nggak habis pikir gue sama Lo bang, Lo tampang biasa aja kok cewek Lo pada cantik - cantik a
"Kan, gue bilang tadi gue terlalu memikirkan Asia jadi lupa kalau itu hari pernikahan gue," kata Dylan.Diana ingin sekali menjambak rambut abangnya. Jadi cowok bukannya ngertiin cewek ini malah menyebalkan."Saran gue, kalau Lo cinta sama kak Asia ya perjuangin lah. Jangan dikit dikit Lo ke kak Asia dikit dikit ke kak Nafisah," kata Diana kepada abangnya itu. Dia tidak menyangka jika abangnya bodoh sekali sudah menikahi wanita multi talenta dan masih saja tergiur wanita lain."Nggak baik, bang, nyakiti hati cewek apalagi cewek Lo sayangin. Kasian Lo dia juga punya hati, gimana dia mau kasih kesempatan ke Lo coba,""Asia itu udah ada cowoknya," kata Dylan dengan raut muka yang menyedihkan. "Gue baru sadar saat dia sudah memilih cowok lain,""Denger ya, gue kasih tahu dia kan cuma pacarnya bukan calon pasangannya. Jadi, saran gue Lo bilang dulu sama kak Asia biar dia tahu perasaan Lo yang sebenarnya,""Lo nggak tahu, Di. Ngg
"As, makasih ya udah nemenin gue hari ini buat beli kado adik gue," kata Nanda yang memberikan senyuman kepada Asia."Sama sama, lagian juga sesama teman kan harus saling membantu. Oh iya, titip salam buat adik Lo ya," kata Asia yang hanya menganggap Nanda sebagai teman.Hanya teman.Sejak mendengar pembicaraan antara Asia dan Nanda. Mereka sama - sama hanya menganggap hubungan ini sebagai pertemanan. Sampai saat ini mereka hanyalah teman, tetapi kata teman masih terngiang-ngiang di kepala Nanda. Tetapi mungkin Asia hanya menganggapnya seperti itu.Sebelum pergi, Nanda sempat melirik ke arah belakang. Gadis itu dengan wajah sendunya selalu menarik perhatian Nanda untuk berada di dekatnya.Ia tahu gadis itu hanya tidak ingin menyakiti orang lain. Sudah cukup Nafisah dan Dylan yang membuatnya sakit. Bahkan perjanjian dengan Nanda pun harus dilakukan sebagai penjanjian saja. Tidak boleh lebih dari pertemanan. Ia tid
"Muka Lo tumben aneh. Abis berantem sama Nafisah?" kata Rico yang baru saja duduk di bangku sebelahnya di Kantin kantornya.Pemuda itu dengan sigap langsung membuka kerupuk yang ada di hadapannya. Dan langsung memakannya di saat itu juga."Doa dulu heh baru makan keselek baru tahu rasa Lo! Biarin Lo makan ditemenin setan," kata Dylan."Buktinya enggak tuh, nggak ada setan sama sekali," kata Rico berusaha menantang temannya itu."Ehh..Lo ngga boleh gitu itu nantangin namanya! Suka heran gue, kok ada ya cowok kayak Lo ini," kata Dylan."Itu karena gue berani, dan Lo enggak," desis Rico.Gila!Dylan semakin kesal. Rasanya emosinya semakin menggebu-gebu. Dylan mulai melirik ke arah temannya dengan selera makan yang berbeda."Lo abis kesambet apa sih kok sampe kayak gitu," tanya Rico."Lo tahu nggak sih, kalau cewek ngambek gimana jadinya. Belum satu kelar, muncul lagi yang baru," Dylan mul
Hanya kak Dylan, sudah tidak ada lagi panggilan sayang yang selalu diucapkan oleh Nafisah. Emang siapa, sih, Dylan yang bisa memaksa seseorang untuk kembali? Masih mending dipanggil kak dibandingkan dipanggil tukang selingkuh."Aku mau ngucapin makasih buat semua yang udah kakak berikan sama aku. Aku sekarang udah nggak marah sama kakak. Udah waktunya aku pergi sekarang, aku bakal pindah ke tempat aku sebelumnya. Jangan temuin aku ya, biar kita ketemu di pengadilan," tulis Lisa melalui pesan singkatnya.Sejak melihat pesan dari Nafisah, tak sedikitpun rasa gembira di wajahnya. Hari ini hanya ada duka dan luka saja. Sekarang ia hanya perlu menjauh dan sambil memikirkan apa langkah yang paling tepat sekarang. Memikirkan Nafisah tentu sekarang sudah terlambat. Percuma saja, perceraian sudah di depan mata.Sedangkan untuk gadis itu.Asia.Saat membayangkan Asia, tidak ada yang bisa diharapkan. Bahkan saat pertama kali meli
Asia hanya bisa terdiam!Ia hanya ingin tahu bukan hanya dia yang mencintai pemuda itu. Dia hanya menginginkan pemuda itu juga mencintainya tetapi sayangnya itu tidak terjadi. Lagian Dylan susah banget, sih, ngomong cinta aja gengsinya setinggi langit.“Bodoh!” batinnya. “Bodoh banget sih lo, Dyl!”Asia mulai berdiri dari tempat tidurnya, dia ingin menutup pintu yang sengaja dibuka lebar oleh Dylan. Tetapi saat ingin keluar, tak sengaja tubuh mereka saling bertabrakan hingga jatuh ke lantai.“Duhh..”Lalu Dylan datang menghampiri gadis itu untuk mencari tahu apakah ada yang terluka. “Kamu ada masalah?”“Ehemm..jangan bikin baper kenapa bang! Kasian tahu kalau cinta mah perjuangin kali,” katanya.Dylan ingin sekali memberikan pelajaran kepada adik tercintanya ini.“Bodoh banget sih bang. Kalau cinta itu ya diperjuangin bukan malah ditinggalin, parah banget lo udah
Hufft!Si Asia ada ada aja kalau lagi galau. Masa masalah jendela aja sampai teriak - teriak, untung nggak rusak kuping bang Rizky. Coba kalau bermasalah gimana, gue juga kan yang repot. Batin Rizky.“Ehh.. gelap banget sih kok ditutup segala. Kan gue minta tadi dibuka bang?” protes Asia yang berteriak kencang dari tadi.“Ehh abangg,” erang Asia dengan suara bangun tidur khasnya.”Ya ampun dimintain tolong kayak mau minta hutang aja,”Asia mulai kesal dengan tingkah laku abangnya, dia mulai membuka matanya perlahan - lahan. Lalu dia tidak menyangka kenapa ada Dylan, pria yang disukainya selama ini. Apakah ini nyata atau fiksi?Asia mulai menyadarkan diri, apa mungkin ini mimpi? Dia lalu mengerjapkan matanya kembali dan pandangannya tetap sama itu Dylan.“Kaa..kamu kenapa?”Kata Dylan yang seolah memberikan hipnotis kepada Asia, ia tahu pemuda itu memang masih ada di kamarnya. Mata Asia se
Dylan langsung jalan perlahan – lahan ke kamar Asia. Ya, seingetnya kamar Asia memang ada di atas. Dulu, dia sama Asia sering mengobrol di kamar Asia entah itu membicarakan pekerjaan atau membicarakan hal yang lainnya. Sudah lama sekali, ia tidak berkunjung ke kamar gadis itu.Dia mulai memutar kenop pintu kemudian membuka kamar Asia perlahan – lahan. Kamarnya terlihat seperti biasa, dengan jendela yang masih terbuka lepat.Dylan hanya bisa tersenyum saja lalu memandang gadis itu di tempat tidur. Sudah tahu lagi sakit, bandel banget sih!Ia lalu mulai berjalan dan ingin menutup jendela kamar Asia. Lalu dia tidak sengaja melihat gadis itu sedang tertidur lelap layaknya seorang puteri.Cantik sekali!Memang cantik sekali gadis itu, jadi wajar saja kenapa Dylan bisa terpesona dengan wajah cantiknya. Tetapi dia tidak sengaja melihat Asia sedang memeluk sebuah benda, benda yang sepertinya dikenalinya.Boneka doraemon.Iya, bone
Dylan yang masih khawatir dengan kondisi Asia, dia langsung masuk saja melewati Rania dan pacarnya yang masih memakan potongan mangga yang sempat diberikan oleh abangnya Asia. Disana ia masih melihat Asia sedang terbaring lemas di kasurnya, sedangkan Rania asik berpacaran dengan kekasihnya.Kok bisa sih dia asik bermesraan di depan orang yang lagi sakit!“Bang Rizky kemana sih?” katanya. Sejak mendengar ucapan Dylan, keduanya langsung terkejut dan mulai berjauhan antara satu sama lain.“Aa..an.u..di ruang tamu bang,” kata Denny yang mulai terbata – bata.“Heh.. jangan deket – deketan belum halal kalian tuh. Jangan sampai kalian nikah duluan sebelum gue sama Asia nikah dulu, inget ya gue nggak kasih lampu hijau nanti,” kata Dylan yang mulai meninggalkan mereka berdua.Setelah kepergian Dylan, mereka berdua mulai terlihat rona merah di pipinya. Tak hanya itu, mereka pun mulai memberikan ucapan kesalnya.
“Ma, suapin dong,” Dylan mulai membuka mulutnya dan sang mama mulai memberikan suapan salad buah yang baru saja dibuat.“Ihh curang banget, papa juga mau,” kata sang Papa yang cemburu melihat kedekatan antara Dylan dan sang mama.Subhanallah sudah pada besar, manjanya nggak hilang – hilang. Untung aja Mama Shita ada kalau enggak bisa berantem kali.“Tuh ada di meja jangan manja,” kata Mama Shita yang kembali memberikan sepotong salad kepada anaknya. Sedangkan Dylan merasa menjadi tuan rumahnya saat ini dan hanya memberikan senyuman kecil kepada papanya.“Nyebelin banget kamu dyl, lihat aja nanti awas aja,” kata Papa yang mulai kesal dengan tingkah laku anaknya itu.Saat ingin mengunyah salad itu, tiba – tiba telepon dari adiknya pun berdering. Setelah mendengar panggilan itu, Dylan jadu khawatir apa yang terjadi dengan adiknya, Rania.“Ehh, kamu kenapa?”“Se
“Eh kak Asia kenapa kok jadi kurus kering gini sih?” kata Rania yang terkejut melihat Asia sedang terbaring lemah.Asia masih terbaring lemah dengan mata panda hingga tubuh yang mirip seperti lidi. Ia hanya bisa mendengar pembicaraan gadis itu, tanpa mimik wajah yang jelas ia hanya tersenyum. Coba deh kalau Dylan menerima gue, nggak bakal kayak gini nih jadinya! Batin Asia dalam hati.“Tahu nggak kak? Aku sudah lama banget nggak ketemu kakak, kangen aja gitu,” Rania yang mulai mengelus – elus badan Asia. Sedangkan pacarnya hanya bertugas untuk mengantarinya saja hari ini.“Oh iya, kemarin aku habis jalan – jalan lho dan kebetulan habis ketemu makanan kesukaan kakak. Nanti harus dimakan ya nggak boleh kayak gini kurus banget”“Permisi gadis yang cantik, hari ini udah waktunya Asia untuk minum obat. Diminum ya adik aku tercinta, Asia Armelina,” kata Abangnya dari kejauhan yang mulai menghampiri mer
“Tumben banget sudah rapi pagi – pagi, mau kemana?” kata Mamanya yang lalu melirik ke anak bungsunya itu. Sedangkan sang Papa yang masih sibuk dengan laptopnya sendiri untuk mengerjakan pekerjaan kantornya.“Ini lho kebetulan kemarin aku nggak sengaja lihat makanan kesukaan kak Asia. Dan kebetulan aku mau beliin,” katanya sambil membawa – bawa oleh – oleh makanan itu. “Boleh kan, Ma? Kebetulan kan sudah lama nggak ketemu kak Asia jadi kangen,” Iya, sudah lama sekali mereka bertemu mungkin terakhir mereka bertemu saat Asia masih bersama dengan Dylan. Ya, dan di saat itu juga dia mulai kehilangan teman. Bukan sebagai teman kakaknya, melainkan teman sehari – hari yang selalu bersama Asia. Sekarang ia sadar, semuanya pasti akan berubah dan hanya menunggu waktunya saja.Dylan yang sejak tadi mendengar kata Asia hanya bisa diam saja dan melirik. Sudah lama memangnya dia tidak berjumpa dengan gadis itu. Ya, itu justr
Kini Mama Asia mulai kebingungan, ia tahu ada beberapa pria yang bersama dengan Asia dulu sebut saja Dylan dan Nanda.Tak hanya Mama Asia yang kebingungan bagaimana menanggapi anaknya, Asia Armelina. Mama Dylan pun sama seperti itu, ia hampir kehilangan cara bagaimana menasihati sang anak, Dylan Jalaludin Akbar.Padahal dulu Dylan sering sekali bercerita tentang apapun yang terjadi di hari itu. Mulai dari cerita bahagia, sedih, galau tetapi kini yang didapatkan oleh Mama Dylan hanya kehampaan belaka. Anaknya sudah berubah drastis 100 persen, entah apa yang harus dilakukanya saat ini.Sedangkan sang anak, Dylan masih saja mengaduk – ngaduk mienya di mangkuk. Sedangkan tatapannya hanya kosong seperti sedang ada masalah. Ya, kalau gini jadinya mienya bisa jadi surut kan?Perempuan setengah abad itu hanya bisa membuang napasnya. Sekarang mie rebus itu sudah layaknya seperti mie yang dicincang – cincang. Dan rasanya pasti sekarang sud
Liburan hari ini sepertinya menjadi hari – hari yang menakutkan bagi seorang Asia. Asia yang dulu ceria, bersemangat dan selalu mewarnai hari – harinya itu sudah tidak terlihat lagi. Melainkan beberapa hari ini dia selalu memberikan wajah yang murung dan seperti tidak memiliki semangat untuk hidup. Tak hanya itu, ibunya juga pernah melihat saat Asia membersihkan lantai. Malah kain pelnya yang tidak dikeringkan, alhasil semua lantai tidak ada satu pun yang kering malah basah semua seperti air yang sengaja ditumpahkan.Air – air kain pel itu menyebabkan sang ibunda hampir jatuh. Abang dan ayahnya sampai kebingungan ada apa dengan Asia yang sebenarnya.Tak hanya itu, dia juga mulai membantu sang ibu untuk belanja ke pasar. Tetapi dia selalu pulang terlambat, entah kemana. Mama Asia langsung kebingungan tak biasanya anaknya pulang terlambat. Padahal dulu kalau pulang dari tempat manapun selalu cepat.Tetapi yang didapatkannya sekarang, hanya rasa p