"As, makasih ya udah nemenin gue hari ini buat beli kado adik gue," kata Nanda yang memberikan senyuman kepada Asia.
"Sama sama, lagian juga sesama teman kan harus saling membantu. Oh iya, titip salam buat adik Lo ya," kata Asia yang hanya menganggap Nanda sebagai teman.
Hanya teman.
Sejak mendengar pembicaraan antara Asia dan Nanda. Mereka sama - sama hanya menganggap hubungan ini sebagai pertemanan. Sampai saat ini mereka hanyalah teman, tetapi kata teman masih terngiang-ngiang di kepala Nanda. Tetapi mungkin Asia hanya menganggapnya seperti itu.
Sebelum pergi, Nanda sempat melirik ke arah belakang. Gadis itu dengan wajah sendunya selalu menarik perhatian Nanda untuk berada di dekatnya.
Ia tahu gadis itu hanya tidak ingin menyakiti orang lain. Sudah cukup Nafisah dan Dylan yang membuatnya sakit. Bahkan perjanjian dengan Nanda pun harus dilakukan sebagai penjanjian saja. Tidak boleh lebih dari pertemanan. Ia tid
"Muka Lo tumben aneh. Abis berantem sama Nafisah?" kata Rico yang baru saja duduk di bangku sebelahnya di Kantin kantornya.Pemuda itu dengan sigap langsung membuka kerupuk yang ada di hadapannya. Dan langsung memakannya di saat itu juga."Doa dulu heh baru makan keselek baru tahu rasa Lo! Biarin Lo makan ditemenin setan," kata Dylan."Buktinya enggak tuh, nggak ada setan sama sekali," kata Rico berusaha menantang temannya itu."Ehh..Lo ngga boleh gitu itu nantangin namanya! Suka heran gue, kok ada ya cowok kayak Lo ini," kata Dylan."Itu karena gue berani, dan Lo enggak," desis Rico.Gila!Dylan semakin kesal. Rasanya emosinya semakin menggebu-gebu. Dylan mulai melirik ke arah temannya dengan selera makan yang berbeda."Lo abis kesambet apa sih kok sampe kayak gitu," tanya Rico."Lo tahu nggak sih, kalau cewek ngambek gimana jadinya. Belum satu kelar, muncul lagi yang baru," Dylan mul
Hanya kak Dylan, sudah tidak ada lagi panggilan sayang yang selalu diucapkan oleh Nafisah. Emang siapa, sih, Dylan yang bisa memaksa seseorang untuk kembali? Masih mending dipanggil kak dibandingkan dipanggil tukang selingkuh."Aku mau ngucapin makasih buat semua yang udah kakak berikan sama aku. Aku sekarang udah nggak marah sama kakak. Udah waktunya aku pergi sekarang, aku bakal pindah ke tempat aku sebelumnya. Jangan temuin aku ya, biar kita ketemu di pengadilan," tulis Lisa melalui pesan singkatnya.Sejak melihat pesan dari Nafisah, tak sedikitpun rasa gembira di wajahnya. Hari ini hanya ada duka dan luka saja. Sekarang ia hanya perlu menjauh dan sambil memikirkan apa langkah yang paling tepat sekarang. Memikirkan Nafisah tentu sekarang sudah terlambat. Percuma saja, perceraian sudah di depan mata.Sedangkan untuk gadis itu.Asia.Saat membayangkan Asia, tidak ada yang bisa diharapkan. Bahkan saat pertama kali meli
Bodohnya saat dirinya sedang dikejar oleh Dylan, dia malah menghindar. Seperti kucing sama tikus saja padahal mereka berdua saling mencintai. Sejak keberanian Dylan yang ingin mendekati dirinya lagi, Alya dan Nanda bergiliran menjaganya. Jika di dalam ada Alya maka diluar ada Nanda. Ketiganya sama - sama memperketat pengamanannya. Ia tidak ingin kecolongan lagi seperti waktu itu.Tetapi parahnya hari ini tiba - tiba dia dipanggil oleh seorang guru. Katanya ada beberapa dokumen yang belum lengkap, dan Alya diminta untuk melengkapi beberapa dokumen tersebut. Mau tidak mau, Alya harus meninggalkan sahabatnya itu seorang diri.Sedangkan Nanda, dia harus kembali ke kelasnya karena ada kuliah hari ini. Mau tidak mau, Asia harus kemana - mana sendiri. Tanpa ada sosok yang menghalanginya, baik itu Nanda atau Alya. Yang sebelumnya dia mengira Dylan sudah mulai menjauh. Tetapi kini kenyataannya berbeda, ada kejadian yang terjadi di luar dugaan.Saat diri
Dylan mulai menarik tangan Asia dan membawa gadis itu ke sebuah ruangan.Gadis itu ingin sekali melepaskan tangannya dari cengkraman Dylan, tetapi dia tidak bisa. Cengkaraman Dylan begitu kuat hingga meninggalkan bekas di kulitnya. Asia hanya pasrah saja, entah apa yang akan dilakukan oleh Dylan. Harusnya dari dulu dia belajar silat, bukan malah belajar dandan. Coba saja kalau dia jago silat, pasti tangannya tidak akan memerah seperti ini. Dasar Dylan!Dylan mulai masuk ke ruangan dan mengunci pintu itu dari dalam. Ia mulai meminta Asia untuk duduk di kursi, dan dia pun mengikutinya."Kita harus ngomong, dan ini penting banget," katanya dengan wajah ke arah Asia.Dylan terlihat lebih menyeramkan dengan sikap dingin dan kasarnya. Seperti bukan Dylan yang perhatian padanya, ini Dylan yang asing.Asia hanya diam. Ia mulai memperhatikan pergelangan tangannya yang terlihat panas dan perih. Sekarang air matanya mulai menumpu
Dylan hanya melirik ke arah Asia. Ia tahu kalau gadis itu sedang marah padanya. Terlihat dari matanya yang tajam setajam silet. Dylan sudah tahu apa hal yang harus dilakukan. Kini ia hanya menjadi seorang lelaki pemaksa. Sekarang dia harus menerima akibatnya karena sudah melukai tangan gadis itu. Dylan mulai mengelus kepala Asia, dan mulai mengusapnya dengan lembut. Dia juga mulai merapikan rambut - rambutnya. "Maaf ya," katanya dengan suara rendah. Dia mulai menarik tangan Asia, dia tahu Asia sedang rapuh. Dia tidak memungkinkan menyakiti hati Asia kembali. Ia mulai mendekatkan jari jemarinya dengan jemari milik gadis itu. Ia mulai mendekat ke arah Asia dan mengatakan,"maafin ya gue nggak maksud gitu kok,". Setelah mendengar ucapan dari Dylan, Asia langsung terkejut. Ia bingung ingin takut atau merasakan kenyamanan. Tetapi Asia tidak bisa berbuat apa - apa saat mereka saling berdekatan. Air matany
Dylan mulai mempersiapkan beberapa obat - obatan, plaster untuk mengobati luka dari Asia. Ia tahu semua luka yang dialami oleh Asia itu adalah karenanya. Dylan mulai duduk di kursi itu tetapi Asia berusaha menjauhinya walaupun di dalam 1 ruangan.Pemuda itu mulai berjalan ke arah Asia, dia mulai menggandeng tangannya. Kemudian dia mulai merangkul tubuh Asia dengan menggunakan lengannya.Hari ini Asia harus menerima semuanya, semua yang dilakukan oleh Dylan. Dia hanya bisa pasrah saja dengan keadaan yang terjadi."Maafin gue ya, soalnya gue udah nyakitin Lo," katanya.Lalu dia mulai menengok ke arah kanan dan kiri. Sejak saat itu, Asia semakin takut. Ia tahu kalau Dylan tidak akan menyakitinya. Tetapi hal itu mungkin saja terjadi. Entah imajinasi Asia yang terlalu tinggi atau dirinya ketakutan saat berada di dekat Dylan."Lagi mikirin apa sih? Hayo ngaku sekarang," Dylan sambil menyentuh tangan Asia. "Gue mau cium Lo bo
Asia hanya mampu menatap Dylan dengan sinis.Ia tahu betul apa yang ada didalam otak kepala Dylan?Saat ini, Asia mulai bersikap memperhatikan setiap gerak - gerik dari Dylan. Dia pun terlihat menyilangkan kedua tangannya dan mulai melirik ke arah Dylan."Nggak usah mikirin yang aneh - aneh, serem banget lagi lirikannya. Biasa aja kali gue juga nggak ada niat jahat sama Lo. Lagian gue kesini niatnya baik, mau minta maaf sama Lo,""Lo serius?" kata Asia yang baru saja mendengar ucapan dari Dylan.Tanpa menjawab pertanyaan Asia, dia sudah memberikan permintaan maaf sekaligus mengusap kepalanya dengan menggunakan tangannya. Kemudian dia mulai menarik kursi dan duduk di dekat Asia."Mana tangan Lo,""Ehh..mau di apain tangan gue?" kata Asia yang mulai ketakutan. Wajar saja, kan, selama ini Dylan tiba - tiba menghilang dan datang secepat kilat.Dylan mulai mengeluarkan sebuah obat yang bisa mereda
Di ruangan itu sepi sekali hanya ada mereka berdua, Asia dan Dylan. Dylan saat ini masih diberikan kebebasan untuk melihat wajah yang ayu itu. Entah ia tidak ingin kehilangan gadis itu, tetapi nyatanya dia bukan siapa - siapanya. Hanyalah seorang teman saja, bahkan saat ini ia tak yakin apakah dia sudah dimaafkan oleh Asia atau tidak. Terlihat di matanya, ada sesuatu yang sengaja disembunyikan oleh Asia.Asia mulai merapatkan tangannya. Kali ini ia benar - benar bosan, dia tahu Dylan sedari tadi sudah memandangnya dekat - dekat. Bukan jantung yang dia rasakan, Asia selalu mengalihkan pandangannya ke arah lain.Gadis itu mulai melirik ke arah Dylan yang selalu melihatnya. Saat itu, Dylan mulai mengalihkan pandangan ke arah lain. Suasana menjadi tenang dan damai. Atau ini hanya karena ada Dylan di sisinya?Gadis itu mulai melirik ke arah Dylan, dia yang baru saja memejamkan matanya. Terlihat ada keindahan yang terlihat di sana, mata Dylan juga terlihat lebih