Share

Seratus Lima

Penulis: Rose
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Wirawan dulu salah satu karyawan kakek kamu, dia di mintai tolong oleh kakek kamu untuk mencari tau tentang anak laki-lakinya yang hilang. Karena di janjikan imbalan yang sangat fantastis akhirnya dia benar-benar mencari info soal anak kakek kamu yang hilang itu." ujar Amira menjeda sebentar, sedangkan Rian hanya diam menyimak.

"Namun seiring berjalannya waktu, Wirawan justru menyukai mama kamu, Ajeng. Dan karena ambisinya untuk menjadi orang Kaya akhirnya dia menghalalkan segala cara termasuk meninggalkan saya yang waktu itu sedang hamil Savira dan menikah dengan mama kamu."

Amira sebenernya masih sakit hati dengan semua perlakuan Wirawan. Namun dia harus meluruskan kesalahpahaman yang ada termasuk alasan Wirawan membunuh Aditama, Ayah dari Dewangga.

"Setelah kami berpisah, Wirawan mengubah seluruh identitasnya agar bisa menikah dengan mama kamu. Karena kakek kamu tidak ingin mendapatkan menantu yang asal-usulnya tidak jelas. Karena papamu hanyalah anak yang besar di panti asuhan."
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Duda Pilihan Ayah   SeratusEnam

    Sejak pulang dari rumah orang tuanya kemaren, suaminya masih saja mendiamkannya. Sekarang meraka berada di ruangan yang sama duduk bersebalahan namun tidak ada yang membuka obrolan sama sekali.Kanaya yang sibuk dengan pikirannya sendiri dan Dewa dengan kebiasannya membaca buku sebelum tidur. Kanaya tidak menyukai situasi seperti ini. Kanaya menatap suaminya kemudian memberanikan diri untuk membuka pembicaraan. "Mas," panggilnyaNaya menghela nafas karena lagi-lagi usahanya gagal, suaminya tidak menoleh sedikitpun kepadanya. Justru semakin fokus dengan buku bacaannya seolah mengabaikan dirinya."Mas," panggil Kanaya lagi, dia tidak akan menyerah sebelum mendapatkan maaf dari suaminya.Lagi-lagi Dewa tidak menanggapinya sama sekali, Akhirnya Kanaya mendekat dan mengulurkan tangannya untuk menangkup kedua pipi suaminya."Kamu denger aku nggak sih, Mas." Protes Kanaya dengan wajah kesalnya."Saya lagi baca buku, Kanaya." Jawab Dewa."Lebih penting buku kamu daripada aku, istri kamu." t

  • Duda Pilihan Ayah   SeratusTujuh

    "Jadi Pak Dewangga udah tau semuanya?" Citra manatap Naya tidak percaya, "Gue masih penasaran bagaimana kalau Seodrajat tau jika Pak Dewangga adalah cucunya."Kanaya mengangguk, bahkan dirinya juga tidak menyangka kalau suaminya sudah tau duluan. Tapi tetap diam dan bersikap tenang."Kayanya Mas Dewa nggak soal itu deh, Cit. Soalnya pas gue kasih tau wajahnya lempeng-lempeng aja." Ujar Kanaya mengingat bagaimana gugup dan takutnya saat mengatakannya."Kalau orang lain tau cucunya konglomerat udah pasti akan mengambil keuntungan, Nay. Tapi suami lo emang beda sih, apa karena dia udah kaya, Ya." "Kayanya dia emang nggak mau memperpanjang urusannya dengan Soedrajat sih, Cit. Dia bilangnya urusan saya cuma mencari keadilan buat ayah." ujar Kanaya sambil menirukan suaminya."Kasihan Rian ya, Nay. Dia pasti terpukul banget setelah mengetahui semuanya." Ujar Citra mengingat bagaimana terpuruknya hancurnya Rian saat mengetahui jika hubungan keluarganya memang serumit itu."Dia tadi pagi ne

  • Duda Pilihan Ayah   SeratusDelapan

    "Mas, aku izin keluar sebentar, Ya." Izinya sembari menyiapkan sarapan untuk Dewa.Sebenernya sejak semalam Kanaya sudah ingin meminta izin pada suaminya namun belum memiliki keberanian dan momen yang tepat. Akhirnya pagi ini Kanaya memberanikan diri untuk meminta izin, karena setelah kejadian dirinya pergi dengan Rian tanpa izin suaminya itu dia mendapatkan mode diam dari suaminya. Sebenernya Kanaya takut jika Dewa tau izinnya kali ini untuk kembali menemui Rian. Karena beberapa hari ini laki-laki itu menghubunginya dan mengajaknya bertemu. "Kai?" Tanya Dewa."Aku titipin Bik Rosma, sebentar aja kok." Jawab Naya, masih berusaha untuk membujuk suaminya. Sebenernya Kanaya sendiri merasa dilema, harus datang menemui Rian atau tidak. Jujur, Kanaya takut jika suaminya tau jika dirinya tidak bertemu dengan teman lamanya melainkan Rian.Dewa terlihat berpikir, padahal biasanya meminta izin pada Dewa itu sangat mudah. Cukup dengan mengirim pesan singkat dan mengatakan keinginannya untuk k

  • Duda Pilihan Ayah   Seratus Sembilan

    "Ngapain lo kerumah gue? Gue udah bilang jangan ganggu gue lagi." Kanaya berusaha mendorong Rian yang berdiri di depan pintu rumahnya.Sebenernya mau laki-laki di depannya ini, padahal kemaren dia sudah menekankan dan memperingati untuk tidak kembali menganggunya. Tapi siang ini justru Rian kembali datang kerumahnya.Rian berdecak saat tangan mantan pacarnya itu dengan kasar mendorongnya. "Gue kesini nyari kakak sepupu gue, Mas Dewangga." "Kenapa lo mau ketemu suami gue?!" tanya Naya menatap Rian dengan tatapan kesal."Ada yang mau gue bicarakan sama Mas Dewangga, gue ini sekarang Adik sepupunya Mas Dewangga." Ujar Rian sudah mulai berani. "Suami gue nggak mau ketemu sama lo." Usir Kanaya membuat Rian menghela nafas berat."Nay, gue cuma pengen ketemu Mas Dewa. Ada yang mau gue bicarakan sama dia." Ujar Rian kembali menyakinkan wanita di depannya ini."Soal, kalau soal rencana busuk lo itu gue nggak setuju. Mendingan lo pulang saja." usir Kanaya.Rian menatap tidak percaya, dulu Kan

  • Duda Pilihan Ayah   Seratus Sepuluh

    Semalam Kanaya demam, membuat Dewa harus terjaga untuk merawat istrinya. Badannya masih lemas dan kepalanya pusing sehingga pagi ini masih berbaring di atas ranjang.Kanaya itu sangat jarang sakit, tapi entah kenapa hari ini dirinya terkena demam hingga membuatnya lemas tak berdaya seperti sekarang. Suaminya sudah membujuknya untuk kerumah sakit, namun Kanaya tidak mau karena setelah di buat istirahat pasti juga akan sembuh sendiri.Dewa sudah mengecek putranya di kemar sebelah, setelah memastikan Kai aman karana Naya tidak mungkin bisa mengaja Kai hari ini, Jadi Dewa memutuskan untuk menghubungi ibu mertuanya untuk membantu menjaga Kai hari ini."Kok, belum bersiap?" tanya Naya.Suaminya itu masih duduk di sebelahnya dengan punggung yang bersandar di headboard ranjang. Seolah enggan meninggalkannya."Kamu sakit," Jawabnya, tangannya terulur ke arah nakas untuk mengambil ponselnya."Aku nggak papa, Mas. Nanti bunda kesini, kamu kerja aja nggak papa."Namun Dewa justru tidak menanggap

  • Duda Pilihan Ayah   Seratus Sebelas

    Nay," Naya mendengus kesal, saat melihat laki-laki jangkung itu tengah berdiri menatapnya dengan senyum merekah di wajahnya."Ck, kenapa gue harus ketemu lo lagi, sih." Jawab Kanaya sengit."Kayanya kita emang jodoh deh, Nay. Padahal nggak janjian tapi tuhan masih mempertemukan kita berdua." Balas Rian dengan tersenyum jahil.Kanaya berdecak sinis, namun karena disini ada banyak pengunjung. Akhirnya Kanaya memilih diam dan menikmati Es kelapa mudanya daripada harus meladeni manusia menyebalkan itu, sedangkan Kai duduk di strollernya dengan cemilan khusus anak-anak yang sudah Kanaya siapkan."Kai, mau punya papa baru, Nggak?" Plak!Kanaya memukul bahunya dengan cukup keras. "Tu mulut di jaga." "Astaga! Bercanda doang, Nay. Gini-gini gue adik sepupu lo." Ujar Rian membuat Kanaya bergidik jijik."Astaga lo dulu juga pernah cinta banget sama gue. Kok sekarang bisa sebenci ini sih, Nay?" tanya Rian dengan wajah seriusnya.Rian benar-benar penasaran, karena setelah menikah wanita di depa

  • Duda Pilihan Ayah   Seratus Duabelas

    "Saya tidak mengizinkan kamu tidur di kamar Kai!" Mendengar suara suaminya itu membuat Kanaya tersenyum namun masih meraih handle pintu kamarnya."Kanaya!" Panggil Dewa lagi.Mendengar panggilan suaminya yang sudah terdengar dingin itu membuat Kanaya berbalik dan melangkahkan kakinya mendekat kearah ranjang merek."Kenapa aku nggak boleh tidur di kamar Kai?" Tanya Naya sembari merangkak naik untuk menyusul suaminya."Tempat kamu di sini," Jawaban suaminya itu membuat Naya tersenyum namun dirinya tahan."Tidur, sudah malam." Ujar Dewa meletakan buku bacaannya di atas nakas, kemudian mematikan lampu utama.Dulu Kanaya takut dengan gelap, namun setelah menikah dengan Dewa dia mulai terbiasa dengan gelap. Karena suaminya ini tidak bisa tidur dengan lampu yang terang dan pada akhirnya mereka mengambil jalan tengah dengan lampu tidur yang remang-remang. Banyak sekali perbedaan antara dia dan Dewa namun nyatanya selalu ada solusi di balik semua perbedaan itu."Mas, aku bentar lagi ulang tahu

  • Duda Pilihan Ayah   Seratus Tigabelas

    Tidak ada yang lebih membahagiakan selain hari ini, ungkapan cinta dari suaminya yang Kanaya tunggu dua tahun ini. Namun tetap ada keraguan di hatinya, bahkan Kanaya perlu waktu lama untuk meyakinkan diri bahwa ungkapan cinta suaminya nyata.Bahkan Kanaya sudah tidak mau berharap selama ini, tapi sekarang dia mendapatkannya.Siang ini Kanaya sedang duduk di taman belakang rumah, untuk bersantai sejenak sembari menonton drama korea kesukaanya, karena dia selalu mengunakan jadwal tidur siang anaknya untuk me time."Mbak Naya,"Panggilan itu membuat Kanaya menoleh menatap Bik Rosma yang sudah berdiri di belakangnya."Ya, Bik?" "Ada yang mencari Mbak Naya di depan," Beritahu Bik Rosma.Kanaya menyergitkan dahinya, siapa yang bertemu kerumahnya siang-siang begini. Seingatnya dia tidak janji dengan siapapun hari ini, karena dia sudah merencanakan untuk me time hari ini jadi dia tidak ingin di ganggu oleh siapapun.Kanaya mematikan leptopnya kemudian melangkahkan kakinya menuju ke ruang te

Bab terbaru

  • Duda Pilihan Ayah   Seratus duapuluhempat

    Spesial Kanaya. Kanaya berdiri di depan jendela besar ruang tamu, menatap hujan yang turun perlahan di luar. Mengingat bagaimana perjuangannya untuk bertahan di pernikahannya, Pernikahan mereka dimulai dengan cara yang tidak pernah dia inginkan. Terpaksa, mungkin itulah kata yang paling tepat. Pernikahan yang bukan atas dasar cinta, tetapi lebih karena tuntutan keluarga dan kewajiban yang tidak bisa dielakkan. Dewa, suaminya adalah mantan atasan yang dirinya benci dan dirinya benci waktu saat itu. Namun tuhan justru mempersatukannya dengan Dewa dalam ikatan pernikahan. Dewa adalah pria yang dingin, tertutup, dan jauh dari kata romantis. Dulu, Kanaya sering bertanya-tanya, apakah perasaan suaminya itu benar-benar ada, atau apakah dia hanya seorang pria yang terperangkap dalam rutinitas hidup yang membuatnya sulit untuk mengungkapkan apa pun—termasuk cinta. Namun, ketika Kanaya pertama kali bertemu dengan Dewa, hatinya sempat ragu, bahkan takut. Bagaimana bisa ia menikahi seorang

  • Duda Pilihan Ayah   seratus duapuluhtiga

    POV Dewangga Dewa duduk di ruang kerjanya, memandang keluar jendela besar yang menghadap ke kota. Senja mulai turun, dan langit yang tadinya biru cerah kini berubah menjadi jingga yang hangat. Ia menarik napas panjang, berusaha menenangkan pikirannya yang mulai dipenuhi berbagai macam perasaan. Rasanya, hidupnya memang tidak pernah berjalan semulus yang ia inginkan. Ada selalu saja masalah yang datang silih berganti, dan seakan tidak pernah habis. Namun, di balik semua itu, satu hal yang selalu menjadi pegangan Dewa adalah keberadaan Kanaya di sampingnya. Jika ia harus mengakui satu hal yang paling berharga dalam hidupnya, itu adalah Kanaya. Istrinya yang setia, sabar, dan penuh kasih, meskipun mereka sering kali terjebak dalam konflik-konflik yang tak terduga. Kanaya, yang selalu merasa cemas dan khawatir dengan segala yang terjadi, selalu berdiri teguh di sampingnya, mendukungnya dengan sepenuh hati. Dewa tahu, ia tidak selalu menjadi suami yang sempurna. Ada kalanya ia terlalu

  • Duda Pilihan Ayah   Seratus Duapuluhdua

    Dewa dan Kanaya duduk di balkon rumah mereka, menikmati udara sore yang sejuk. Angin berhembus perlahan, membawa ketenangan setelah melalui hari-hari yang penuh ketegangan. Mereka baru saja menyelesaikan permasalahan besar dengan Soedrajat, dan meskipun situasi masih terbilang sensitif, rasa lega mulai mengalir pelan-pelan. Dewa memandangi istrinya dengan penuh perhatian, senyumnya sedikit lebih lebar dari biasanya. Hari ini adalah hari yang berbeda, hari di mana mereka bisa melangkah tanpa rasa takut, tanpa ancaman yang menggantung di atas kepala mereka.Kanaya menyandarkan kepalanya di bahu Dewa, merasa nyaman dalam pelukan suaminya. Setelah semua drama dan kekacauan yang mereka hadapi, kini mereka bisa menikmati kebersamaan dalam ketenangan. Semua yang terjadi dengan Soedrajat dan permasalahan yang mengikutinya seolah-olah menghilang begitu saja dari benaknya, meskipun ia tahu itu mungkin hanya sementara."Kamu baik-baik saja?" Dewa bertanya, tangannya melingkari tubuh Kanaya denga

  • Duda Pilihan Ayah   Seratus Duapuluhsatu

    Hari ini setelah meraka sama-sama tenang, Dewa mengajak Kanaya untuk datang kediaman Seodrajat, dia ingin segera menyelesaikan. Dewa memarkir mobil di depan rumah besar yang tampak megah namun suram. Rumah Soedrajat, dengan taman yang luas dan pagar tinggi, mencerminkan kekuasaan dan kontrol yang selama ini dia pegang. Namun, malam ini, rumah itu tampak berbeda bagi Dewa. Tidak ada lagi rasa hormat yang dia rasakan untuk pria itu. Yang ada hanya kebencian yang memuncak dan keinginan untuk mengakhiri semua permainan kotor yang sudah terlalu lama berlangsung.Di sebelahnya, Kanaya duduk dengan diam, tangannya menggenggam erat tangan Dewa. Wajahnya terlihat tegang, namun ia tahu bahwa ini adalah langkah yang harus diambil. Pasti semuanya tidak akan mudah karena yang dirinya hadapi adalah Seodrajat, apalagi setelah semua yang telah terjadi antara mereka."Ini keputusan yang tepat, kan, Mas?" tanya Kanaya dengan suara lembut, meskipun ada keraguan yang terbesit dalam kata-katanya. Apala

  • Duda Pilihan Ayah   Seratus duapuluh

    Ruangan kantor yang luas itu kini terasa dingin penuh dengan ketegangan. Dewa duduk di sofa kulit hitam, ekspresinya datar, hampir tidak menunjukkan perasaan apapun, tetapi matanya yang tajam memancarkan kekecewaan yang dalam. Di sebelahnya, Kanaya duduk dengan wajah menunduk tidak berani menatap suaminya. Hanya suara detak jam dinding yang berulang-ulang terdengar jelas dalam keheningan yang mencekam ini.“Kenapa nggak bilang sama saya?” Dewa akhirnya memecah keheningan, suaranya terdengar lebih berat dari biasanya, penuh ketegangan.Kanaya menarik napas dalam-dalam dan berusaha untuk tidak meneteskan air mata lagi. Dia tahu, dia telah melakukan kesalahan besar. Tidak hanya menyembunyikan pertemuan itu, tetapi juga melibatkan dirinya dalam urusan yang seharusnya tidak ia ambil. Biasanya, dia selalu bisa berbicara dengan Dewa tentang apapun, tidak ada yang disembunyikan. Tapi kali ini, rasa takut telah menahannya untuk tidak berkata apa-apa.“Biasanya kamu selalu membicarakan semuany

  • Duda Pilihan Ayah   Seratus Sembilanbelas

    "Kamu tau kenapa saya mengajak kamu bertemu,"Kanaya menatap pria tua yang baru saja datang itu. "Silahkan duduk," "Saya pikir kamu tidak akan seberani ini untuk menemui saya," ujarnya sebelum mendudukan dirinya. "Saya heran kenapa kedua cucu saya memilih kamu sebagai pasangan hidup, padahal masih banyak wanita di luaran sana yang lebih daripada kamu." Ujarnya dengan wajah mengejeknua.Naya menarik minumannya untuk membasahi tenggorokan nya yang mendadak kering."Sebenarnya apa tujuan anda mengajak saya bertem?" tanya Naya langsung.Rasanya sudah tidak bisa jika harus berbasa-basi dengan pria di depannya ini. Seodrajat melipat tangannya di depan dada, menatap Kanaya kemudian tersenyum tipis."Ceraikan Dewangga." Sudah ia duga, jika laki-laki tua di depannya itu meminta dirinya untuk bercerai dengan Dewa. Naya terdiam sejenak berusaha tenang, agar tidak mudah terpengaruh."Saya tidak akan menceraikan suami saya." ucap Kanaya tenang."Saya tidak akan membiarkan cucu saya di pengaruhi

  • Duda Pilihan Ayah   Seratus Delapanbelas

    "Terus lo mau gimana, Nay?" tanya Citra yang sejak tadi hanya menyimak cerita sahabatnya itu.Citra hari ini memang sengaja berkunjung kerumah sahabatnya setelah mendengar sedikit tentang masalah yang menimpa sahabatnya itu.Naya hanya bisa menggeleng pelan, tidak tau harus menjawab bagaimana karena Dewa selalu mengatakan padanya untuk tidak terlalu memikirkan permasalahannya dengan Seodrajat. Bahkan pria itu berkali-kali menekankan semuanya akan baik-baik saja.Tapi bagaimana bisa, karena Seodrajat juga menganggunya lewat pesan singkat dengan berisi ancaman.Banyak sekali yang tengah Naya pikiran, yang paling mengganggu pikirannya mengenai keluarga Soedrajat yang tidak pernah lelah menganggu keluarga kecilnya. Apakah dia belum puas dengan apa yang mereka lakukan kepada suaminya, bahkan hingga membuat suaminya trauma dan menjalani hidup berat selama ini."Gue nggak tau,""Percaya sama Pak Dewa, Nay." "Gue selalu percaya sama suami gue, Cit. Tapi gue tetap saja khawatir, selama ini Ma

  • Duda Pilihan Ayah   Seratus tujuhbelas

    "Mas kamu nggak seneng kencan sama aku?" Naya mendekat kearah suaminya yang sejak tadi hanya menampilkan wajah datarnya saja, sangat terlihat tidak senang dengan kencan mereka bukan.Dewa menoleh menatap istrinya, "Senang."Jawaban singkat, padat dan tidak ikhlas itu membuat Naya menatap suaminya kesal, dan yang semakin membuat Naya semakin kesal suaminya itu justru asik berbalas pesan dengan Naufal. Walaupun mereka membahas pekerjaan tapi rasanya Naya tidak terima karena harusnya hari ini mereka Quality time.Kanaya sangat tau pekerjaan adalah istri kedua suaminya itu, tapi tidak bisakah suaminya itu bersikap adil?"Katanya hari ini kita kecan?" Naya mengambil ponsel suaminya dan menyembunyikan di belakang tubuhnya."Kanaya," panggil Dewangga pelan sembari meraih ponselnya namun gagal karena Naya sudah lebih dulu memasukan kedalam tasnya."Kamu nggak ikhlas kecan sama aku," ujar Naya sok ngambek, padahal mah biasa saja. Karena sejak awal niatnya hanya untuk mengerjai suaminya saja,

  • Duda Pilihan Ayah   Seratus Enambelas

    "Papa!" teriak Kai saat melihat papanya baru saja pulang.Naya tersenyum melihat Kai yang berlari dengan senyum merekah di wajahnya kemudian memeluk kaki papanya."Jangan lari, Nanti kalau jatuh gimana?" tanya Dewa sembari mengangkat Kai kegendongannya."Kai hati-hati kok, pa. Kata mama kalau jatuh sakit jadi harus hati-hati." jawabnya dengan suara khas anak kecil yang mengemaskan."Pah, tadi Kai berkebun di belakang rumah." seperti biasa Kai akan menceritakan semua aktivitasnya seharian ini ketika papanya pulang."Oh ya? sama siapa?""Mama." jawab Kai membuat Dewa menatap istrinya yang masih duduk di ruang tengah memperhatikan mereka berdua."Tadi nanam apa?" "Bunga, bunganya warna warni tau, Pah." jawabnya tertawa kecil, menampakkan daratan giginya."Kai sudah berkebun?" Kai mengangguk cepat dengan senyum merekah di wajahnya."Aku bosan, Mas. Jadi nanam beberapa jenis bunga di halaman belakang." sahut Naya yang sedari tadi hanya diam memperhatikan interaksi antara papa dan anak itu

DMCA.com Protection Status