Share

SeratusDelapan

Author: Rose
last update Last Updated: 2024-08-30 10:18:42

"Mas, aku izin keluar sebentar, Ya." Izinya sembari menyiapkan sarapan untuk Dewa.

Sebenernya sejak semalam Kanaya sudah ingin meminta izin pada suaminya namun belum memiliki keberanian dan momen yang tepat. Akhirnya pagi ini Kanaya memberanikan diri untuk meminta izin, karena setelah kejadian dirinya pergi dengan Rian tanpa izin suaminya itu dia mendapatkan mode diam dari suaminya.

Sebenernya Kanaya takut jika Dewa tau izinnya kali ini untuk kembali menemui Rian. Karena beberapa hari ini laki-laki itu menghubunginya dan mengajaknya bertemu.

"Kai?" Tanya Dewa.

"Aku titipin Bik Rosma, sebentar aja kok." Jawab Naya, masih berusaha untuk membujuk suaminya.

Sebenernya Kanaya sendiri merasa dilema, harus datang menemui Rian atau tidak. Jujur, Kanaya takut jika suaminya tau jika dirinya tidak bertemu dengan teman lamanya melainkan Rian.

Dewa terlihat berpikir, padahal biasanya meminta izin pada Dewa itu sangat mudah. Cukup dengan mengirim pesan singkat dan mengatakan keinginannya untuk k
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Duda Pilihan Ayah   Seratus Sembilan

    "Ngapain lo kerumah gue? Gue udah bilang jangan ganggu gue lagi." Kanaya berusaha mendorong Rian yang berdiri di depan pintu rumahnya.Sebenernya mau laki-laki di depannya ini, padahal kemaren dia sudah menekankan dan memperingati untuk tidak kembali menganggunya. Tapi siang ini justru Rian kembali datang kerumahnya.Rian berdecak saat tangan mantan pacarnya itu dengan kasar mendorongnya. "Gue kesini nyari kakak sepupu gue, Mas Dewangga." "Kenapa lo mau ketemu suami gue?!" tanya Naya menatap Rian dengan tatapan kesal."Ada yang mau gue bicarakan sama Mas Dewangga, gue ini sekarang Adik sepupunya Mas Dewangga." Ujar Rian sudah mulai berani. "Suami gue nggak mau ketemu sama lo." Usir Kanaya membuat Rian menghela nafas berat."Nay, gue cuma pengen ketemu Mas Dewa. Ada yang mau gue bicarakan sama dia." Ujar Rian kembali menyakinkan wanita di depannya ini."Soal, kalau soal rencana busuk lo itu gue nggak setuju. Mendingan lo pulang saja." usir Kanaya.Rian menatap tidak percaya, dulu Kan

    Last Updated : 2024-08-30
  • Duda Pilihan Ayah   Seratus Sepuluh

    Semalam Kanaya demam, membuat Dewa harus terjaga untuk merawat istrinya. Badannya masih lemas dan kepalanya pusing sehingga pagi ini masih berbaring di atas ranjang.Kanaya itu sangat jarang sakit, tapi entah kenapa hari ini dirinya terkena demam hingga membuatnya lemas tak berdaya seperti sekarang. Suaminya sudah membujuknya untuk kerumah sakit, namun Kanaya tidak mau karena setelah di buat istirahat pasti juga akan sembuh sendiri.Dewa sudah mengecek putranya di kemar sebelah, setelah memastikan Kai aman karana Naya tidak mungkin bisa mengaja Kai hari ini, Jadi Dewa memutuskan untuk menghubungi ibu mertuanya untuk membantu menjaga Kai hari ini."Kok, belum bersiap?" tanya Naya.Suaminya itu masih duduk di sebelahnya dengan punggung yang bersandar di headboard ranjang. Seolah enggan meninggalkannya."Kamu sakit," Jawabnya, tangannya terulur ke arah nakas untuk mengambil ponselnya."Aku nggak papa, Mas. Nanti bunda kesini, kamu kerja aja nggak papa."Namun Dewa justru tidak menanggap

    Last Updated : 2024-08-30
  • Duda Pilihan Ayah   Seratus Sebelas

    Nay," Naya mendengus kesal, saat melihat laki-laki jangkung itu tengah berdiri menatapnya dengan senyum merekah di wajahnya."Ck, kenapa gue harus ketemu lo lagi, sih." Jawab Kanaya sengit."Kayanya kita emang jodoh deh, Nay. Padahal nggak janjian tapi tuhan masih mempertemukan kita berdua." Balas Rian dengan tersenyum jahil.Kanaya berdecak sinis, namun karena disini ada banyak pengunjung. Akhirnya Kanaya memilih diam dan menikmati Es kelapa mudanya daripada harus meladeni manusia menyebalkan itu, sedangkan Kai duduk di strollernya dengan cemilan khusus anak-anak yang sudah Kanaya siapkan."Kai, mau punya papa baru, Nggak?" Plak!Kanaya memukul bahunya dengan cukup keras. "Tu mulut di jaga." "Astaga! Bercanda doang, Nay. Gini-gini gue adik sepupu lo." Ujar Rian membuat Kanaya bergidik jijik."Astaga lo dulu juga pernah cinta banget sama gue. Kok sekarang bisa sebenci ini sih, Nay?" tanya Rian dengan wajah seriusnya.Rian benar-benar penasaran, karena setelah menikah wanita di depa

    Last Updated : 2024-09-01
  • Duda Pilihan Ayah   Seratus Duabelas

    "Saya tidak mengizinkan kamu tidur di kamar Kai!" Mendengar suara suaminya itu membuat Kanaya tersenyum namun masih meraih handle pintu kamarnya."Kanaya!" Panggil Dewa lagi.Mendengar panggilan suaminya yang sudah terdengar dingin itu membuat Kanaya berbalik dan melangkahkan kakinya mendekat kearah ranjang merek."Kenapa aku nggak boleh tidur di kamar Kai?" Tanya Naya sembari merangkak naik untuk menyusul suaminya."Tempat kamu di sini," Jawaban suaminya itu membuat Naya tersenyum namun dirinya tahan."Tidur, sudah malam." Ujar Dewa meletakan buku bacaannya di atas nakas, kemudian mematikan lampu utama.Dulu Kanaya takut dengan gelap, namun setelah menikah dengan Dewa dia mulai terbiasa dengan gelap. Karena suaminya ini tidak bisa tidur dengan lampu yang terang dan pada akhirnya mereka mengambil jalan tengah dengan lampu tidur yang remang-remang. Banyak sekali perbedaan antara dia dan Dewa namun nyatanya selalu ada solusi di balik semua perbedaan itu."Mas, aku bentar lagi ulang tahu

    Last Updated : 2024-09-04
  • Duda Pilihan Ayah   Seratus Tigabelas

    Tidak ada yang lebih membahagiakan selain hari ini, ungkapan cinta dari suaminya yang Kanaya tunggu dua tahun ini. Namun tetap ada keraguan di hatinya, bahkan Kanaya perlu waktu lama untuk meyakinkan diri bahwa ungkapan cinta suaminya nyata.Bahkan Kanaya sudah tidak mau berharap selama ini, tapi sekarang dia mendapatkannya.Siang ini Kanaya sedang duduk di taman belakang rumah, untuk bersantai sejenak sembari menonton drama korea kesukaanya, karena dia selalu mengunakan jadwal tidur siang anaknya untuk me time."Mbak Naya,"Panggilan itu membuat Kanaya menoleh menatap Bik Rosma yang sudah berdiri di belakangnya."Ya, Bik?" "Ada yang mencari Mbak Naya di depan," Beritahu Bik Rosma.Kanaya menyergitkan dahinya, siapa yang bertemu kerumahnya siang-siang begini. Seingatnya dia tidak janji dengan siapapun hari ini, karena dia sudah merencanakan untuk me time hari ini jadi dia tidak ingin di ganggu oleh siapapun.Kanaya mematikan leptopnya kemudian melangkahkan kakinya menuju ke ruang te

    Last Updated : 2024-09-16
  • Duda Pilihan Ayah   Seratus Empatbelas

    Kanaya masih kepikiran dengan pertemuannya dengan Seodrajat beberapa hari lalu, namun suaminya menyuruhnya untuk tidak usah membahas apapun mengenai Seodrajat. Namun tetap saja dia tidak bisa melupakan begitu saja, apalagi yang dia hadapi adalah Seodrajat.Apalagi beberapa hari belakangan ini suaminya lebih menyibukan diri di ruang kerja dan kantor. Entah memang sedang sibuk atau menyibukan diri, karena Naya tau kalau sedang tidak baik-baik saja maka suaminya akan mengalihkan ke pekerjaannya.Kanaya khawatir akan kesehatan suaminya itu, jarum jam sudah menunjukan pukul sebelas malam. Namun belum ada tanda-tanda suaminya akan kembali ke kamar, hingga akhirnya Kanaya memutuskan untuk menyusul suaminya ke ruang kerja.Saat membuka pintu ruang kerja suaminya, Naya sudah mendapati Dewa yang tengah fokus dengan layar leptopnya, namun kali ini yang mengejutkan adalah suaminya mencari informasi mengenai keluarga Soedrajat."Mas," panggilnya membuat laki-laki itu menoleh dan menyungingkan sen

    Last Updated : 2024-09-17
  • Duda Pilihan Ayah   Seratus Limabelas

    Dewangga mengepalkan tangannya, sejak tadi dia sudah berusaha menahan amarahnya. Namun jika hal itu menyangkut istrinya Dewa tidak akan bisa diam saja."Tidak ada yang menolak untuk menjadi penurus anda," ucap Dewangga menatap Spedrajat lurus dengan wajah tenangnya, walaupun amarahnya sudah sampai di ubun-ubun yang sewaktu-waktu bisa meledak.Sepertinya sudah cukup Dewangga membiarkan kejahatan Soedrajat selama ini, dan sudah cukup pula laki-laki tua di depannya ini menghancurkan hidupnya. Hanya karena ambisinya untuk menjadi pengusaha nomor satu, dia rela meleyapkan anak kandung sendiri.Ya, hanya karena Seodrajat tidak ingin memiliki saingan. Dulu perusahaan ayahnya di ambil alih oleh Wirawan dengan alasan yang tidak jelas. Waktu itu Dewangga masih terlalu kecil untuk tau. Namun sekarang Dewangga bisa mengerti dengan semua hal yang terjadi di dalam hidupnya.Mendengar itu Seodrajat tersenyum penuh kemenangan, dia akan kembali menjadi pengusaha terkuat nantinya, apalagi jika Dewangga

    Last Updated : 2024-10-08
  • Duda Pilihan Ayah   Seratus Enambelas

    "Papa!" teriak Kai saat melihat papanya baru saja pulang.Naya tersenyum melihat Kai yang berlari dengan senyum merekah di wajahnya kemudian memeluk kaki papanya."Jangan lari, Nanti kalau jatuh gimana?" tanya Dewa sembari mengangkat Kai kegendongannya."Kai hati-hati kok, pa. Kata mama kalau jatuh sakit jadi harus hati-hati." jawabnya dengan suara khas anak kecil yang mengemaskan."Pah, tadi Kai berkebun di belakang rumah." seperti biasa Kai akan menceritakan semua aktivitasnya seharian ini ketika papanya pulang."Oh ya? sama siapa?""Mama." jawab Kai membuat Dewa menatap istrinya yang masih duduk di ruang tengah memperhatikan mereka berdua."Tadi nanam apa?" "Bunga, bunganya warna warni tau, Pah." jawabnya tertawa kecil, menampakkan daratan giginya."Kai sudah berkebun?" Kai mengangguk cepat dengan senyum merekah di wajahnya."Aku bosan, Mas. Jadi nanam beberapa jenis bunga di halaman belakang." sahut Naya yang sedari tadi hanya diam memperhatikan interaksi antara papa dan anak itu

    Last Updated : 2024-10-08

Latest chapter

  • Duda Pilihan Ayah   141

    "Kemarin seru, ya, Mas?" tanya Kanaya dengan senyum nakal, matanya yang cerah menatap Dewangga yang tengah duduk bersandar di headboard ranjang, sibuk membaca buku tebal yang tampaknya tak pernah jauh dari tangannya.Kemarin adalah hari penuh keceriaan, waktu berkualitas yang dihabiskan bersama keluarga kecil mereka. Laughter and joy filled the house—penuh tawa dan kebahagiaan. Namun, kini mereka kembali pada rutinitas masing-masing, dan semua itu seolah menjadi kenangan manis yang terpatri dalam hati.Dewangga menoleh sejenak dan mengangguk. "Kai terlihat bahagia kemarin," ujarnya dengan suara pelan, seperti mengingat kembali momen itu dengan penuh rasa syukur."Kai aja? Emang Mas nggak bahagia?" tanya Kanaya dengan nada menggoda, membiarkan pertanyaan itu mengalir begitu saja, berharap Dewangga menangkap leluconnya."Jika anak dan istri saya bahagia, maka saya juga bahagia, Kanaya," jawab Dewangga, suaranya tenang, namun ada kehangatan yang menyertai kata-katanya. Senyumnya yang tul

  • Duda Pilihan Ayah   140

    Pagi itu, Kanaya terbangun dan langsung disuguhi pemandangan romantis antara ayah dan anak. Dewangga tengah menciumi wajah putranya, Kai, yang masih terlelap dalam tidurnya.“Aku nggak di-cium?” tanya Kanaya, dengan wajah cemberut dari balik selimut, membuat Dewangga menoleh sejenak ke arahnya.Namun, bukannya menjawab, Dewangga malah kembali menciumi pipi Kai, seakan tidak peduli dengan Kanaya yang sedang merajuk.“Mas,” Kanaya memanggil dengan nada menggoda.Dewangga menoleh sejenak, lalu bangkit dan turun dari ranjang."Loh, mau ke mana?" tanya Kanaya saat melihat suaminya bergerak menuju pintu."Kamar mandi, mau ikut?" tanya Dewangga santai, namun dengan senyum yang khas."Males," jawab Kanaya malas, lalu menatap Kai yang masih tertidur lelap. Tidur Kai pagi itu tampak jauh lebih nyenyak daripada malam sebelumnya yang sedikit rewel.Setelah selesai dengan rutinitasnya, Dewangga kembali ke kamar, di mana Kanaya tengah bercanda dengan Kai di atas ranjang. Jika kalian berpikir Dewang

  • Duda Pilihan Ayah   139

    “Beneran pekerjaan kamu udah selesai? Aku nggak mau, ya, nanti tiba-tiba harus pulang gara-gara kerjaan kamu,” ucap Kanaya dengan nada sedikit kesal.Ia melirik Dewangga yang duduk bersandar di kepala ranjang, laptop bertengger di pangkuannya. Matanya tetap terpaku pada layar, jemarinya mengetik cepat.Walaupun Dewangga sudah banyak berubah tidak sedingin dulu, namun untuk yang satu ini sepertinya tidak akan berubah. Karena di mana pun mereka berada, pekerjaan selalu menjadi prioritas utama.“Hanya mengecek laporan sebentar,” jawab Dewangga santai, tanpa menoleh sedikit pun.Kanaya mendesah pelan, kemudian mengalihkan perhatiannya ke putra mereka, Kai, yang tertidur di tengah-tengah mereka. Nafasnya teratur, wajah mungilnya tampak begitu damai. Senyum kecil muncul di bibir Kanaya, lalu dengan lembut ia mengulurkan tangan untuk membelai pipi anaknya.“Jangan diganggu, dia baru tidur,” tegur Dewangga lembut, masih dengan mata tertuju ke laptop.Kanaya mendengus kecil, lalu cemberut. “A

  • Duda Pilihan Ayah   138

    "Suami kamu jadi nyusul, Nay?" tanya Eyang dengan wajah penuh tanya, membuat Naya menggelengkan kepala. Ia tidak tahu pasti, karena semalam Dewangga mengatakan masih ada beberapa urusan yang harus diselesaikan."Belum tahu, Yang. Soalnya Mas Dewa lagi ada proyek baru," jawab Kanaya sambil tersenyum tipis.Eyang Ratih mengangguk bijak. "Gak papa, suami kamu itu memang pekerja keras dari dulu. Kamu harus lebih pengertian dengan pekerjaan suamimu, Nak," katanya sambil menatap cucunya dengan penuh kasih sayang.Kanaya mengangguk pelan. "Naya sekarang sudah lebih mengerti kok, Yang. Sebelum menikah pun, Mas Dewa memang suka kerja, tapi semenjak ada Kai, dia mulai lebih bisa membagi waktu."Kanaya mengingat bagaimana dulu ia selalu mempermasalahkan kebiasaan Dewangga yang workaholic, bahkan sering kali waktu mereka bersama terasa terbatas karena suaminya lebih banyak di kantor."Kai, anak kamu mirip banget sama papanya," ujar Ratih sambil terkekeh, melihat Kai yang asyik bermain dengan sepu

  • Duda Pilihan Ayah   137

    Pagi ini, suasana di dalam mobil terasa hening. Dewangga mengemudi dengan wajah serius, hanya sesekali mengalihkan pandangannya ke spion atau dashboard, tanpa banyak kata. Kanaya duduk di sampingnya, berusaha mencairkan suasana, tetapi setiap kali ia membuka suara, suaminya hanya memberi gumaman atau jawaban sepintas. Tidak ada kehangatan seperti biasanya. Dewangga tampak begitu jauh, seolah keberangkatan mereka bukanlah hal yang dia inginkan.Kanaya merasakan ketegangan itu dengan jelas. Ia tahu, jika terus memaksa berbicara, suaminya bisa saja berubah pikiran dan membatalkan izin untuk pergi. Itu adalah sesuatu yang sangat ingin ia hindari. Ia sudah menunggu kesempatan ini begitu lama, sebuah kesempatan untuk bertemu keluarganya di Yogyakarta, meski hanya untuk beberapa hari. Namun, perasaan Dewangga yang gelisah, seolah membawa kecemasan yang tak terucapkan, membuatnya merasa bimbang.Mobil mereka akhirnya memasuki area bandara. Di kejauhan, Kanaya bisa melihat keluarganya sudah me

  • Duda Pilihan Ayah   136

    "Cucu Oma makin ganteng aja," ujar Ika sambil menciumi pipi cubby cucunya dengan gemas. Wajah Kai yang bulat dan menggemaskan membuat hati Ika semakin hangat setiap kali melihatnya.Hari itu, Ika sengaja mengunjungi putrinya setelah beberapa waktu tidak bertemu. Rasa rindu kepada cucunya semakin membuncah, dan akhirnya ia memutuskan untuk datang."Di minum, Bun" ujar Kanaya mempersilahkan, sambil menaruh nampan berisi minuman dan makanan ringan untuk bundanya.Ika tersenyum. "Dewangga lagi sibuk banget, Nay?" tanyanya dengan tatapan penuh perhatian.Kanaya mengangguk pelan, sedikit terlihat lelah. Sejak kecelakaan di Bali beberapa minggu yang lalu, suaminya memang terlihat sangat sibuk. Pekerjaan dan masalah yang datang setelah kecelakaan itu membuat Dewangga hampir tidak punya waktu untuk istirahat."Iya, Bun," jawab Kanaya, membuka bungkus snack untuk Kai, yang tampaknya sudah mulai lapar. Snack itu adalah oleh-oleh dari Oma Ika.Ika menarik napas panjang, seolah berpikir sejenak se

  • Duda Pilihan Ayah   135

    "Beneran mau kerja?" tanya Kanaya, suaranya penuh keraguan setelah kembali dari kamar putranya.Dia melihat Dewangga yang sudah berdiri di depan cermin dengan pakaian kerjanya, terlihat begitu siap untuk meninggalkan rumah. Kanaya mendekat dan meraih dasi di tangan suaminya, lalu mulai memakaikannya dengan lembut."Rambut kamu udah kepanjangan," ujar Kanaya sambil menatap rambut Dewangga yang mulai menutupi dahinya, seakan menyembunyikan sebagian dari wajahnya yang serius itu.Dewangga hanya terdiam, memilih untuk menatap Kanaya yang sedang dengan cekatan menyimpulkan dasinya. Kanaya merasa suaminya memperhatikannya dengan penuh perhatian, membuatnya sedikit salah tingkah. Tanpa sadar, dia mendongak dan membalas tatapan Dewangga, meskipun tinggi mereka sangat berbeda. Dia hanya sejajar dengan dada suaminya."Kenapa?" tanya Kanaya, sedikit canggung, sambil mengelus rahang Dewangga dengan lembut. Senyumnya terbit, meski hatinya sedikit tergerak oleh perhatian suaminya."Kenapa?" Dewangg

  • Duda Pilihan Ayah   134

    "Mau sama Mama," Kai memeluk erat leher Kanaya, bahkan tidak mau melepaskan, meskipun sejak tadi Kanaya sudah berusaha membujuk putranya dengan lembut."Anak mama bobok yaa," "Ndak mau," Kai menggeleng keras, suara tangisan mulai terdengar, membuat hati Kanaya semakin terenyuh.Kanaya hanya bisa menghela napas dan mencoba menenangkan Kai, mengelus punggungnya dengan lembut. "Bobo yaa, sudah malam," bisiknya, mencoba memberikan ketenangan. Ia mengecup kepala Kai beberapa kali, merasakan kehangatan tubuh kecil itu yang semakin membuatnya merasa sulit untuk melepaskannya.Kanaya melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Sudah waktunya tidur, namun mata Kai belum juga terpejam. Mungkin Kai merasa ada yang berbeda malam ini, apalagi Dewangga, suaminya, yang tengah sakit dan belum bisa melakukan banyak hal. Waktu Kanaya hampir sepenuhnya tersita untuk merawat Dewangga seminggu ini. Mungkin itu yang membuat Kai merasa cemas, merasa iri pada perhatian yang diberikan unt

  • Duda Pilihan Ayah   133

    Kanaya terus menatap suaminya, Dewangga, yang sejak tadi hanya diam saja, memerhatikannya tanpa sepatah kata pun. Matanya penuh dengan kekesalan, tapi Dewangga tetap tidak memberikan reaksi apapun. Hanya tatapannya yang diam, seolah menunggu sesuatu yang tidak bisa Kanaya pahami."Kenapa? Mau marah aku?" tanya Kanaya dengan nada menantang, meskipun ia tahu betul bahwa Dewangga tidak pernah melakukan hal seperti itu padanya. Dulu, jika Dewangga menegurnya, Kanaya hanya diam dan mengabaikan suaminya selama berhari-hari sebagai bentuk pembalasan. Tapi kali ini, perasaannya begitu sulit untuk diredakan.Dewangga hanya menatapnya dengan penuh pengertian, tanpa mengatakan apapun. Lalu, ia mengulurkan tangan dan menggenggam tangan Kanaya dengan lembut, mencoba menenangkan suasana yang semakin tegang. Namun, Kanaya merasa kesal dan segera menarik tangannya dengan cepat. Ia berbalik, hendak meninggalkan Dewangga begitu saja.Melihat itu, Dewangga hanya bisa menggelengkan kepala dengan ekspresi

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status