Share

Seratus Sebelas

Penulis: Rose
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-01 16:57:32

Nay,"

Naya mendengus kesal, saat melihat laki-laki jangkung itu tengah berdiri menatapnya dengan senyum merekah di wajahnya.

"Ck, kenapa gue harus ketemu lo lagi, sih." Jawab Kanaya sengit.

"Kayanya kita emang jodoh deh, Nay. Padahal nggak janjian tapi tuhan masih mempertemukan kita berdua." Balas Rian dengan tersenyum jahil.

Kanaya berdecak sinis, namun karena disini ada banyak pengunjung. Akhirnya Kanaya memilih diam dan menikmati Es kelapa mudanya daripada harus meladeni manusia menyebalkan itu, sedangkan Kai duduk di strollernya dengan cemilan khusus anak-anak yang sudah Kanaya siapkan.

"Kai, mau punya papa baru, Nggak?"

Plak!

Kanaya memukul bahunya dengan cukup keras. "Tu mulut di jaga."

"Astaga! Bercanda doang, Nay. Gini-gini gue adik sepupu lo." Ujar Rian membuat Kanaya bergidik jijik.

"Astaga lo dulu juga pernah cinta banget sama gue. Kok sekarang bisa sebenci ini sih, Nay?" tanya Rian dengan wajah seriusnya.

Rian benar-benar penasaran, karena setelah menikah wanita di depa
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Duda Pilihan Ayah   Seratus Duabelas

    "Saya tidak mengizinkan kamu tidur di kamar Kai!" Mendengar suara suaminya itu membuat Kanaya tersenyum namun masih meraih handle pintu kamarnya."Kanaya!" Panggil Dewa lagi.Mendengar panggilan suaminya yang sudah terdengar dingin itu membuat Kanaya berbalik dan melangkahkan kakinya mendekat kearah ranjang merek."Kenapa aku nggak boleh tidur di kamar Kai?" Tanya Naya sembari merangkak naik untuk menyusul suaminya."Tempat kamu di sini," Jawaban suaminya itu membuat Naya tersenyum namun dirinya tahan."Tidur, sudah malam." Ujar Dewa meletakan buku bacaannya di atas nakas, kemudian mematikan lampu utama.Dulu Kanaya takut dengan gelap, namun setelah menikah dengan Dewa dia mulai terbiasa dengan gelap. Karena suaminya ini tidak bisa tidur dengan lampu yang terang dan pada akhirnya mereka mengambil jalan tengah dengan lampu tidur yang remang-remang. Banyak sekali perbedaan antara dia dan Dewa namun nyatanya selalu ada solusi di balik semua perbedaan itu."Mas, aku bentar lagi ulang tahu

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-04
  • Duda Pilihan Ayah   Seratus Tigabelas

    Tidak ada yang lebih membahagiakan selain hari ini, ungkapan cinta dari suaminya yang Kanaya tunggu dua tahun ini. Namun tetap ada keraguan di hatinya, bahkan Kanaya perlu waktu lama untuk meyakinkan diri bahwa ungkapan cinta suaminya nyata.Bahkan Kanaya sudah tidak mau berharap selama ini, tapi sekarang dia mendapatkannya.Siang ini Kanaya sedang duduk di taman belakang rumah, untuk bersantai sejenak sembari menonton drama korea kesukaanya, karena dia selalu mengunakan jadwal tidur siang anaknya untuk me time."Mbak Naya,"Panggilan itu membuat Kanaya menoleh menatap Bik Rosma yang sudah berdiri di belakangnya."Ya, Bik?" "Ada yang mencari Mbak Naya di depan," Beritahu Bik Rosma.Kanaya menyergitkan dahinya, siapa yang bertemu kerumahnya siang-siang begini. Seingatnya dia tidak janji dengan siapapun hari ini, karena dia sudah merencanakan untuk me time hari ini jadi dia tidak ingin di ganggu oleh siapapun.Kanaya mematikan leptopnya kemudian melangkahkan kakinya menuju ke ruang te

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-16
  • Duda Pilihan Ayah   Seratus Empatbelas

    Kanaya masih kepikiran dengan pertemuannya dengan Seodrajat beberapa hari lalu, namun suaminya menyuruhnya untuk tidak usah membahas apapun mengenai Seodrajat. Namun tetap saja dia tidak bisa melupakan begitu saja, apalagi yang dia hadapi adalah Seodrajat.Apalagi beberapa hari belakangan ini suaminya lebih menyibukan diri di ruang kerja dan kantor. Entah memang sedang sibuk atau menyibukan diri, karena Naya tau kalau sedang tidak baik-baik saja maka suaminya akan mengalihkan ke pekerjaannya.Kanaya khawatir akan kesehatan suaminya itu, jarum jam sudah menunjukan pukul sebelas malam. Namun belum ada tanda-tanda suaminya akan kembali ke kamar, hingga akhirnya Kanaya memutuskan untuk menyusul suaminya ke ruang kerja.Saat membuka pintu ruang kerja suaminya, Naya sudah mendapati Dewa yang tengah fokus dengan layar leptopnya, namun kali ini yang mengejutkan adalah suaminya mencari informasi mengenai keluarga Soedrajat."Mas," panggilnya membuat laki-laki itu menoleh dan menyungingkan sen

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-17
  • Duda Pilihan Ayah   Seratus Limabelas

    Dewangga mengepalkan tangannya, sejak tadi dia sudah berusaha menahan amarahnya. Namun jika hal itu menyangkut istrinya Dewa tidak akan bisa diam saja."Tidak ada yang menolak untuk menjadi penurus anda," ucap Dewangga menatap Spedrajat lurus dengan wajah tenangnya, walaupun amarahnya sudah sampai di ubun-ubun yang sewaktu-waktu bisa meledak.Sepertinya sudah cukup Dewangga membiarkan kejahatan Soedrajat selama ini, dan sudah cukup pula laki-laki tua di depannya ini menghancurkan hidupnya. Hanya karena ambisinya untuk menjadi pengusaha nomor satu, dia rela meleyapkan anak kandung sendiri.Ya, hanya karena Seodrajat tidak ingin memiliki saingan. Dulu perusahaan ayahnya di ambil alih oleh Wirawan dengan alasan yang tidak jelas. Waktu itu Dewangga masih terlalu kecil untuk tau. Namun sekarang Dewangga bisa mengerti dengan semua hal yang terjadi di dalam hidupnya.Mendengar itu Seodrajat tersenyum penuh kemenangan, dia akan kembali menjadi pengusaha terkuat nantinya, apalagi jika Dewangga

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-08
  • Duda Pilihan Ayah   Seratus Enambelas

    "Papa!" teriak Kai saat melihat papanya baru saja pulang.Naya tersenyum melihat Kai yang berlari dengan senyum merekah di wajahnya kemudian memeluk kaki papanya."Jangan lari, Nanti kalau jatuh gimana?" tanya Dewa sembari mengangkat Kai kegendongannya."Kai hati-hati kok, pa. Kata mama kalau jatuh sakit jadi harus hati-hati." jawabnya dengan suara khas anak kecil yang mengemaskan."Pah, tadi Kai berkebun di belakang rumah." seperti biasa Kai akan menceritakan semua aktivitasnya seharian ini ketika papanya pulang."Oh ya? sama siapa?""Mama." jawab Kai membuat Dewa menatap istrinya yang masih duduk di ruang tengah memperhatikan mereka berdua."Tadi nanam apa?" "Bunga, bunganya warna warni tau, Pah." jawabnya tertawa kecil, menampakkan daratan giginya."Kai sudah berkebun?" Kai mengangguk cepat dengan senyum merekah di wajahnya."Aku bosan, Mas. Jadi nanam beberapa jenis bunga di halaman belakang." sahut Naya yang sedari tadi hanya diam memperhatikan interaksi antara papa dan anak itu

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-08
  • Duda Pilihan Ayah   Seratus tujuhbelas

    "Mas kamu nggak seneng kencan sama aku?" Naya mendekat kearah suaminya yang sejak tadi hanya menampilkan wajah datarnya saja, sangat terlihat tidak senang dengan kencan mereka bukan.Dewa menoleh menatap istrinya, "Senang."Jawaban singkat, padat dan tidak ikhlas itu membuat Naya menatap suaminya kesal, dan yang semakin membuat Naya semakin kesal suaminya itu justru asik berbalas pesan dengan Naufal. Walaupun mereka membahas pekerjaan tapi rasanya Naya tidak terima karena harusnya hari ini mereka Quality time.Kanaya sangat tau pekerjaan adalah istri kedua suaminya itu, tapi tidak bisakah suaminya itu bersikap adil?"Katanya hari ini kita kecan?" Naya mengambil ponsel suaminya dan menyembunyikan di belakang tubuhnya."Kanaya," panggil Dewangga pelan sembari meraih ponselnya namun gagal karena Naya sudah lebih dulu memasukan kedalam tasnya."Kamu nggak ikhlas kecan sama aku," ujar Naya sok ngambek, padahal mah biasa saja. Karena sejak awal niatnya hanya untuk mengerjai suaminya saja,

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-24
  • Duda Pilihan Ayah   Seratus Delapanbelas

    "Terus lo mau gimana, Nay?" tanya Citra yang sejak tadi hanya menyimak cerita sahabatnya itu.Citra hari ini memang sengaja berkunjung kerumah sahabatnya setelah mendengar sedikit tentang masalah yang menimpa sahabatnya itu.Naya hanya bisa menggeleng pelan, tidak tau harus menjawab bagaimana karena Dewa selalu mengatakan padanya untuk tidak terlalu memikirkan permasalahannya dengan Seodrajat. Bahkan pria itu berkali-kali menekankan semuanya akan baik-baik saja.Tapi bagaimana bisa, karena Seodrajat juga menganggunya lewat pesan singkat dengan berisi ancaman.Banyak sekali yang tengah Naya pikiran, yang paling mengganggu pikirannya mengenai keluarga Soedrajat yang tidak pernah lelah menganggu keluarga kecilnya. Apakah dia belum puas dengan apa yang mereka lakukan kepada suaminya, bahkan hingga membuat suaminya trauma dan menjalani hidup berat selama ini."Gue nggak tau,""Percaya sama Pak Dewa, Nay." "Gue selalu percaya sama suami gue, Cit. Tapi gue tetap saja khawatir, selama ini Ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-27
  • Duda Pilihan Ayah   Seratus Sembilanbelas

    "Kamu tau kenapa saya mengajak kamu bertemu,"Kanaya menatap pria tua yang baru saja datang itu. "Silahkan duduk," "Saya pikir kamu tidak akan seberani ini untuk menemui saya," ujarnya sebelum mendudukan dirinya. "Saya heran kenapa kedua cucu saya memilih kamu sebagai pasangan hidup, padahal masih banyak wanita di luaran sana yang lebih daripada kamu." Ujarnya dengan wajah mengejeknua.Naya menarik minumannya untuk membasahi tenggorokan nya yang mendadak kering."Sebenarnya apa tujuan anda mengajak saya bertem?" tanya Naya langsung.Rasanya sudah tidak bisa jika harus berbasa-basi dengan pria di depannya ini. Seodrajat melipat tangannya di depan dada, menatap Kanaya kemudian tersenyum tipis."Ceraikan Dewangga." Sudah ia duga, jika laki-laki tua di depannya itu meminta dirinya untuk bercerai dengan Dewa. Naya terdiam sejenak berusaha tenang, agar tidak mudah terpengaruh."Saya tidak akan menceraikan suami saya." ucap Kanaya tenang."Saya tidak akan membiarkan cucu saya di pengaruhi

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Duda Pilihan Ayah   144

    Dewangga berdiri di lorong rumah sakit, membiarkan dirinya menarik napas panjang sebelum perlahan menghembuskannya kembali. Udara di sekeliling terasa berat, seakan membawa kembali seluruh kenangan pahit yang selama ini ia pendam dalam-dalam.Beberapa bulan berlalu sejak konflik terakhir mereka, namun luka itu masih menganga. Bahkan sekarang, rasanya masih sulit untuk sekadar melangkah ke depan pintu itu—pintu yang membawanya pada sosok yang pernah menyumbangkan rasa sakit terbesarnya.Dewangga memejamkan mata sejenak, meredakan gemuruh di dadanya. Lalu dengan langkah mantap, ia menatap pintu kamar rawat inap tempat Seodrajat di rawat. Tangannya bergerak perlahan, membuka pintu yang seolah berat bukan karena engselnya, tapi oleh beban emosional di baliknya.Begitu pintu terbuka, pandangannya langsung bertemu dengan sosok pria paruh baya yang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Mereka saling menatap untuk beberapa detik—sebuah pertemuan yang tidak pernah ia inginkan."Dewangga

  • Duda Pilihan Ayah   143

    Malam ini, setelah Kai terlelap dalam tidurnya, Kanaya kembali ke kamar. Lampu tidur temaram memantulkan bayangan lembut di dinding. Dewangga duduk di tepi ranjang, sibuk dengan laptop di pangkuannya, sesekali mengetik sesuatu dengan fokus penuh.Kanaya berjalan mendekat, lalu membaringkan badannya di samping Dewangga sembari memperhatikannya dari balik selimut, menarik napas panjang sebelum memberanikan diri membuka suara."Mas..." panggilnya lembut."Hm?" sahut Dewangga tanpa mengalihkan pandangannya dari layar.Kanaya menggenggam ujung selimut di tangannya, mencari kata-kata. "Tadi Rian kesini,"Kali ini, Dewangga berhenti mengetik. Ia menutup laptopnya perlahan, meletakkannya di meja samping ranjang. Matanya kini beralih menatap Kanaya, tenang namun waspada."Apa yang dia mau?" tanyanya pendek.Kanaya bergeser mendekat, duduk bersila di atas ranjang, berusaha menjaga suaranya tetap pelan. "Kakek... katanya, pengin ketemu sama Mas. Cuma sekali. Katanya penting."Dewangga menatap K

  • Duda Pilihan Ayah   142

    Kanaya memejamkan mata, menikmati kehangatan pelukan itu. Dalam diam, ia bisa mendengar detak jantung Dewangga, stabil dan menenangkan dan selalu membuatnya merasa aman. Namun saat ia membuka mata, ada keraguan kecil yang menggelayuti hatinya, membuatnya ingin bertanya sesuatu yang selama ini hanya ia simpan sendiri."Mas," panggil Kanaya pelan."Hm?" gumam Dewangga, masih memeluknya erat."Kalau suatu hari aku berubah... kamu masih akan tetap cinta sama aku?" tanyanya, hampir seperti bisikan yang takut mengganggu keheningan di antara mereka.Dewangga mengendurkan pelukannya, menatap wajah Kanaya yang kini serius. Pandangannya dalam, seakan mencoba membaca isi hati istrinya."Apa maksudmu berubah?" tanyanya hati-hati.Kanaya menggigit bibirnya, lalu berusaha tersenyum. "Ya... kalau aku jadi lebih keras kepala, lebih menyebalkan, atau... kalau aku sering buat kamu kesel."Ada jeda sejenak. Suasana terasa berat. Tapi kemudian, Dewangga mengangkat tangan Kanaya, menggenggamnya erat."Kan

  • Duda Pilihan Ayah   141

    "Kemarin seru, ya, Mas?" tanya Kanaya dengan senyum nakal, matanya yang cerah menatap Dewangga yang tengah duduk bersandar di headboard ranjang, sibuk membaca buku tebal yang tampaknya tak pernah jauh dari tangannya.Kemarin adalah hari penuh keceriaan, waktu berkualitas yang dihabiskan bersama keluarga kecil mereka. Laughter and joy filled the house—penuh tawa dan kebahagiaan. Namun, kini mereka kembali pada rutinitas masing-masing, dan semua itu seolah menjadi kenangan manis yang terpatri dalam hati.Dewangga menoleh sejenak dan mengangguk. "Kai terlihat bahagia kemarin," ujarnya dengan suara pelan, seperti mengingat kembali momen itu dengan penuh rasa syukur."Kai aja? Emang Mas nggak bahagia?" tanya Kanaya dengan nada menggoda, membiarkan pertanyaan itu mengalir begitu saja, berharap Dewangga menangkap leluconnya."Jika anak dan istri saya bahagia, maka saya juga bahagia, Kanaya," jawab Dewangga, suaranya tenang, namun ada kehangatan yang menyertai kata-katanya. Senyumnya yang tul

  • Duda Pilihan Ayah   140

    Pagi itu, Kanaya terbangun dan langsung disuguhi pemandangan romantis antara ayah dan anak. Dewangga tengah menciumi wajah putranya, Kai, yang masih terlelap dalam tidurnya.“Aku nggak di-cium?” tanya Kanaya, dengan wajah cemberut dari balik selimut, membuat Dewangga menoleh sejenak ke arahnya.Namun, bukannya menjawab, Dewangga malah kembali menciumi pipi Kai, seakan tidak peduli dengan Kanaya yang sedang merajuk.“Mas,” Kanaya memanggil dengan nada menggoda.Dewangga menoleh sejenak, lalu bangkit dan turun dari ranjang."Loh, mau ke mana?" tanya Kanaya saat melihat suaminya bergerak menuju pintu."Kamar mandi, mau ikut?" tanya Dewangga santai, namun dengan senyum yang khas."Males," jawab Kanaya malas, lalu menatap Kai yang masih tertidur lelap. Tidur Kai pagi itu tampak jauh lebih nyenyak daripada malam sebelumnya yang sedikit rewel.Setelah selesai dengan rutinitasnya, Dewangga kembali ke kamar, di mana Kanaya tengah bercanda dengan Kai di atas ranjang. Jika kalian berpikir Dewang

  • Duda Pilihan Ayah   139

    “Beneran pekerjaan kamu udah selesai? Aku nggak mau, ya, nanti tiba-tiba harus pulang gara-gara kerjaan kamu,” ucap Kanaya dengan nada sedikit kesal.Ia melirik Dewangga yang duduk bersandar di kepala ranjang, laptop bertengger di pangkuannya. Matanya tetap terpaku pada layar, jemarinya mengetik cepat.Walaupun Dewangga sudah banyak berubah tidak sedingin dulu, namun untuk yang satu ini sepertinya tidak akan berubah. Karena di mana pun mereka berada, pekerjaan selalu menjadi prioritas utama.“Hanya mengecek laporan sebentar,” jawab Dewangga santai, tanpa menoleh sedikit pun.Kanaya mendesah pelan, kemudian mengalihkan perhatiannya ke putra mereka, Kai, yang tertidur di tengah-tengah mereka. Nafasnya teratur, wajah mungilnya tampak begitu damai. Senyum kecil muncul di bibir Kanaya, lalu dengan lembut ia mengulurkan tangan untuk membelai pipi anaknya.“Jangan diganggu, dia baru tidur,” tegur Dewangga lembut, masih dengan mata tertuju ke laptop.Kanaya mendengus kecil, lalu cemberut. “A

  • Duda Pilihan Ayah   138

    "Suami kamu jadi nyusul, Nay?" tanya Eyang dengan wajah penuh tanya, membuat Naya menggelengkan kepala. Ia tidak tahu pasti, karena semalam Dewangga mengatakan masih ada beberapa urusan yang harus diselesaikan."Belum tahu, Yang. Soalnya Mas Dewa lagi ada proyek baru," jawab Kanaya sambil tersenyum tipis.Eyang Ratih mengangguk bijak. "Gak papa, suami kamu itu memang pekerja keras dari dulu. Kamu harus lebih pengertian dengan pekerjaan suamimu, Nak," katanya sambil menatap cucunya dengan penuh kasih sayang.Kanaya mengangguk pelan. "Naya sekarang sudah lebih mengerti kok, Yang. Sebelum menikah pun, Mas Dewa memang suka kerja, tapi semenjak ada Kai, dia mulai lebih bisa membagi waktu."Kanaya mengingat bagaimana dulu ia selalu mempermasalahkan kebiasaan Dewangga yang workaholic, bahkan sering kali waktu mereka bersama terasa terbatas karena suaminya lebih banyak di kantor."Kai, anak kamu mirip banget sama papanya," ujar Ratih sambil terkekeh, melihat Kai yang asyik bermain dengan sepu

  • Duda Pilihan Ayah   137

    Pagi ini, suasana di dalam mobil terasa hening. Dewangga mengemudi dengan wajah serius, hanya sesekali mengalihkan pandangannya ke spion atau dashboard, tanpa banyak kata. Kanaya duduk di sampingnya, berusaha mencairkan suasana, tetapi setiap kali ia membuka suara, suaminya hanya memberi gumaman atau jawaban sepintas. Tidak ada kehangatan seperti biasanya. Dewangga tampak begitu jauh, seolah keberangkatan mereka bukanlah hal yang dia inginkan.Kanaya merasakan ketegangan itu dengan jelas. Ia tahu, jika terus memaksa berbicara, suaminya bisa saja berubah pikiran dan membatalkan izin untuk pergi. Itu adalah sesuatu yang sangat ingin ia hindari. Ia sudah menunggu kesempatan ini begitu lama, sebuah kesempatan untuk bertemu keluarganya di Yogyakarta, meski hanya untuk beberapa hari. Namun, perasaan Dewangga yang gelisah, seolah membawa kecemasan yang tak terucapkan, membuatnya merasa bimbang.Mobil mereka akhirnya memasuki area bandara. Di kejauhan, Kanaya bisa melihat keluarganya sudah me

  • Duda Pilihan Ayah   136

    "Cucu Oma makin ganteng aja," ujar Ika sambil menciumi pipi cubby cucunya dengan gemas. Wajah Kai yang bulat dan menggemaskan membuat hati Ika semakin hangat setiap kali melihatnya.Hari itu, Ika sengaja mengunjungi putrinya setelah beberapa waktu tidak bertemu. Rasa rindu kepada cucunya semakin membuncah, dan akhirnya ia memutuskan untuk datang."Di minum, Bun" ujar Kanaya mempersilahkan, sambil menaruh nampan berisi minuman dan makanan ringan untuk bundanya.Ika tersenyum. "Dewangga lagi sibuk banget, Nay?" tanyanya dengan tatapan penuh perhatian.Kanaya mengangguk pelan, sedikit terlihat lelah. Sejak kecelakaan di Bali beberapa minggu yang lalu, suaminya memang terlihat sangat sibuk. Pekerjaan dan masalah yang datang setelah kecelakaan itu membuat Dewangga hampir tidak punya waktu untuk istirahat."Iya, Bun," jawab Kanaya, membuka bungkus snack untuk Kai, yang tampaknya sudah mulai lapar. Snack itu adalah oleh-oleh dari Oma Ika.Ika menarik napas panjang, seolah berpikir sejenak se

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status