Beranda / Rumah Tangga / Duda Pilihan Ayah / Sembilan Puluh Sembilan

Share

Sembilan Puluh Sembilan

Penulis: Rose
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-31 17:24:24
"Sekarang perusahaan kita sudah di ambang kebangkrutan," gumam Firman adik tiri dari mamanya itu justru datang dengan wajah mengejeknya.

"Aku sudah mempercayakan perusahaan itu padamu, jadi apapun masalah yang ada di sana jelas menjadi tanggung jawab kalian." jawab Soedrajat dengan suara lemahnya.

Firman menatap Rian yang duduk di sofa yang ada di ruang rawat inap Soedrajat yang masih sibuk dengan ponselnya tanpa memperdulikan kehadirannya.

"Orang yang papa percaya untuk menjadi pewaris perusahaan itu." ujar Firman menunjuk Rian yang masih mengabaikannya dan lebih fokus pada ponselnya itu."Justru santai-santai disini, tidak perduli bagaimana kondisi perusahaan sekarang."

"Dia hanya mau enaknya saja!" sahutnya lagi.

Kali ini Rian menatap sinis. "Aku tidak perduli, dan tidak tertarik dengan perusahaan itu. Ambil saja aku tidak butuh!"

"Kepulanganmu saat ini juga untuk merebut posisi ini Bukan?!"

Tangan Rian terkenal, rasanya emosinya akan meledak sekarang juga. Akan tetapi
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Duda Pilihan Ayah   Seratus

    Rian bahkan sudah tidak tau lagi harus berkata apa, tenaganya sudah habis. Setelah mendengar ucapan Dewangga tentang papanya yang ternyata sejahat dan selicik, seketika dadanya terasa nyeri seperti ada yang meremasnya. Tidak hanya itu bahkan Papanya tega menghilangkan jejak tetnang identitas lamanya hanya untuk menikah dengan mamanya. Dan yang membuatnya sangat terkejut adalah pernikahan papanya dengan wanita bernama Amira, bagaimana jika mamanya tau kalau papanya pernah menikah sebelumnya. Atau mamanya juga sudah tau akan hal ini? "Rian?" Suara itu membuat Rian menoleh, kemudian tersenyum tipis. "Cit.." balas Rian menatap Citra, padahal dulu mereka sangat dekat namun sekarang terlihat sangat canggung. "Apa kabar, Cit?" "Baik, ngapain lo disini?" tanya Citra menatap Rian. Citra awalnya terkejut melihat Rian, namun kemudian berusaha terlihat tenang. "Habis ketemu Dewangga," ujarnya tersenyum tipis. "Ketemu Pak Dewangga?" lagi-lagi Citra terkejut karena keberanian Rian yang menem

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-04
  • Duda Pilihan Ayah   Seratus Satu

    Di saat Kanaya sedang bersantai di ruang tengah dengan suami dan anaknya, tiba-tiba ponselnya bergetar. Naya segera meraih benda pipih itu dan mengecek pesan yang masuk, ternyata dari sahabat dekatnya Citra. Naya sempat menyerngitkan dahinya bingung karena pesan pertamanya yang sudah membuatnya curiga.From :Citcit|Kalau lo lagi sama laki lo mending menyingkir dulu.Naya melirik suaminya yang tengah asik bermain dengan Kai di karpet bulu ruang tengahnya.'Ada apa sih, kok kayanya penting banget.' Naya sedikit menggeser duduknya untuk agar Dewa tidak bisa melirik layar ponselnya.From: Cicit|Nay, bisa ketemu sebentar nggak, ini penting banget soal Rian, Dia nemuin gue tadi. Tapi jangan sampe laki lo tau soal ini.Jujur Naya penasaran, Hal apa yang akan Citra katakan sampai suaminya tidak boleh tau. Naya menghela nafas, Kemaren pagi laki-laki itu menemuinya di taman, siangnya menemui suaminya di kantor, dan sekarang Citra. Sebenernya apa yang ingin dia lakukan.Naya melirik suaminya

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-07
  • Duda Pilihan Ayah   Seratus Dua

    "Kamu beneran pengen jalan-jalan?" Baru saja Naya membuka mata, sudah di hadapkan dengan pertanyaan suaminya yang aneh pagi ini."Jalan-jalan?" tanya Naya dengan wajah bingungnya."Semalam kamu bilang mau me time," Ah, Naya inget padahal Semalam mengatakan hal itu hanya untuk mencari alasan agar bisa keluar dan tidak membuat suaminya curiga. Tapi sepertinya suaminya itu memang menanggapnya serius, karena dirumah mengurus Kai adalah salah satu hal yang menyenangkan. Memang sih, terkadang ada keinginan untuk jalan-jalan atau liburan. Tapi bukan sendirian, tentunya dengan suami dan anaknya. Selama ini sangat menikmati peran barunya menjadi seorang istri dan ibu. Dan untuk liburan atau jalan-jalan sendiri tanpa suami dan anaknya sepertinya Naya tidak bisa."Memangnya kamu mau ngajakin aku jalan-jalan?" Tanya Naya menatap suaminya penasaran."Saya sibuk." Jawab Dewa yang di balas dengan decakan oleh Naya."Kalau nggak mau ngajakin liburan ya nggak usah mancing-mancing, Mas." Jawab Kanaya

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-07
  • Duda Pilihan Ayah   Seratus Tiga

    Saat ini Rian sudah duduk di ruang tamu rumah mantan kekasih dan suaminya. Jujur dirinya terkejut karena yang menyambut kedatangannya adalah Dewangga Aditama, suami Kanaya sekaligus mantan atasannya. Dan sekarang Rian sudah berhadapan dengan Dewangga yang tengah duduk di depannya dengan menyilangkan salah satu kakinya. Tatapannya datar memperhatikan Rian yang mulai ciut, dan gugup karena aura Dewangga yang terlihat sangat menyeramkan sekarang.Padahal Rian sudah memilih dan memperhitungkan waktunya, Ia sengaja memilih pagi menjelang siang yang seharusnya jam segini laki-laki itu sudah berada di kantor sehingga membuatnya tenang untuk mengatakan maksut dan tujuannya dengan Kanaya."Ada perlu apa?" Tanya Dewa dengan wajah datarnya."Emm...Gu..maksudnya saya ada perlu sama Naya." Rian sedikit tergagap saat mengatakannya. Karena yang ia perlukan saat ini adalah Naya. Karena tidak mungkin dia bicara langsung tentang rencananya.Melihat wajah, dan tatapan datar suami mantan kekasihnya itu

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-10
  • Duda Pilihan Ayah   Seratus Empat

    "Beneran Pak Dewangga nggak tau kan?" tanya Citra khawatir saat menjemput Kanaya. Setelah mereka mengatur sedemikian rupa untuk meluruskan segala konspirasi yang di lakukan oleh Wirawan. Karena mereka yakin di balik semua itu pasti ada motifnya dan tidak mungkin Wirawan bisa melakukan hal itu jika tidak ada orang di balik semua perbuatannya. "Gue nggak yakin, lo tau sendiri bagaimana Mas Dewa, Cit." Citra mengangguk, suami sahabatnya itu termasuk susah untuk di kelabuhi. Mungkin saja atasannya itu sudah tau rencana mereka. "Kai yakin nggak rewel lo tinggal?" tanya Citra lagi sebelum mereka benar-benar melakukan mobilnya. "Dia anteng kalau sama neneknya," Tadi pagi Kanaya memang izin dengan Dewangga untuk mengunjungi orang tuanya, dan syukurlah Dewangga mengizinkannya dan berkata akan menjemputnya sore hari. "Sore gue harus pulang," Beritahu Naya membuat Citra mengangguk. "Nay, gue kaya bingung harus bagaimana tahu. Di lain sisi gue kasihan sama Rian hidupnya dari dulu ngg

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-13
  • Duda Pilihan Ayah   Seratus Lima

    "Wirawan dulu salah satu karyawan kakek kamu, dia di mintai tolong oleh kakek kamu untuk mencari tau tentang anak laki-lakinya yang hilang. Karena di janjikan imbalan yang sangat fantastis akhirnya dia benar-benar mencari info soal anak kakek kamu yang hilang itu." ujar Amira menjeda sebentar, sedangkan Rian hanya diam menyimak."Namun seiring berjalannya waktu, Wirawan justru menyukai mama kamu, Ajeng. Dan karena ambisinya untuk menjadi orang Kaya akhirnya dia menghalalkan segala cara termasuk meninggalkan saya yang waktu itu sedang hamil Savira dan menikah dengan mama kamu." Amira sebenernya masih sakit hati dengan semua perlakuan Wirawan. Namun dia harus meluruskan kesalahpahaman yang ada termasuk alasan Wirawan membunuh Aditama, Ayah dari Dewangga."Setelah kami berpisah, Wirawan mengubah seluruh identitasnya agar bisa menikah dengan mama kamu. Karena kakek kamu tidak ingin mendapatkan menantu yang asal-usulnya tidak jelas. Karena papamu hanyalah anak yang besar di panti asuhan."

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-19
  • Duda Pilihan Ayah   SeratusEnam

    Sejak pulang dari rumah orang tuanya kemaren, suaminya masih saja mendiamkannya. Sekarang meraka berada di ruangan yang sama duduk bersebalahan namun tidak ada yang membuka obrolan sama sekali.Kanaya yang sibuk dengan pikirannya sendiri dan Dewa dengan kebiasannya membaca buku sebelum tidur. Kanaya tidak menyukai situasi seperti ini. Kanaya menatap suaminya kemudian memberanikan diri untuk membuka pembicaraan. "Mas," panggilnyaNaya menghela nafas karena lagi-lagi usahanya gagal, suaminya tidak menoleh sedikitpun kepadanya. Justru semakin fokus dengan buku bacaannya seolah mengabaikan dirinya."Mas," panggil Kanaya lagi, dia tidak akan menyerah sebelum mendapatkan maaf dari suaminya.Lagi-lagi Dewa tidak menanggapinya sama sekali, Akhirnya Kanaya mendekat dan mengulurkan tangannya untuk menangkup kedua pipi suaminya."Kamu denger aku nggak sih, Mas." Protes Kanaya dengan wajah kesalnya."Saya lagi baca buku, Kanaya." Jawab Dewa."Lebih penting buku kamu daripada aku, istri kamu." t

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-19
  • Duda Pilihan Ayah   SeratusTujuh

    "Jadi Pak Dewangga udah tau semuanya?" Citra manatap Naya tidak percaya, "Gue masih penasaran bagaimana kalau Seodrajat tau jika Pak Dewangga adalah cucunya."Kanaya mengangguk, bahkan dirinya juga tidak menyangka kalau suaminya sudah tau duluan. Tapi tetap diam dan bersikap tenang."Kayanya Mas Dewa nggak soal itu deh, Cit. Soalnya pas gue kasih tau wajahnya lempeng-lempeng aja." Ujar Kanaya mengingat bagaimana gugup dan takutnya saat mengatakannya."Kalau orang lain tau cucunya konglomerat udah pasti akan mengambil keuntungan, Nay. Tapi suami lo emang beda sih, apa karena dia udah kaya, Ya." "Kayanya dia emang nggak mau memperpanjang urusannya dengan Soedrajat sih, Cit. Dia bilangnya urusan saya cuma mencari keadilan buat ayah." ujar Kanaya sambil menirukan suaminya."Kasihan Rian ya, Nay. Dia pasti terpukul banget setelah mengetahui semuanya." Ujar Citra mengingat bagaimana terpuruknya hancurnya Rian saat mengetahui jika hubungan keluarganya memang serumit itu."Dia tadi pagi ne

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-19

Bab terbaru

  • Duda Pilihan Ayah   136

    "Cucu Oma makin ganteng aja," ujar Ika sambil menciumi pipi cubby cucunya dengan gemas. Wajah Kai yang bulat dan menggemaskan membuat hati Ika semakin hangat setiap kali melihatnya.Hari itu, Ika sengaja mengunjungi putrinya setelah beberapa waktu tidak bertemu. Rasa rindu kepada cucunya semakin membuncah, dan akhirnya ia memutuskan untuk datang."Di minum, Bun" ujar Kanaya mempersilahkan, sambil menaruh nampan berisi minuman dan makanan ringan untuk bundanya.Ika tersenyum. "Dewangga lagi sibuk banget, Nay?" tanyanya dengan tatapan penuh perhatian.Kanaya mengangguk pelan, sedikit terlihat lelah. Sejak kecelakaan di Bali beberapa minggu yang lalu, suaminya memang terlihat sangat sibuk. Pekerjaan dan masalah yang datang setelah kecelakaan itu membuat Dewangga hampir tidak punya waktu untuk istirahat."Iya, Bun," jawab Kanaya, membuka bungkus snack untuk Kai, yang tampaknya sudah mulai lapar. Snack itu adalah oleh-oleh dari Oma Ika.Ika menarik napas panjang, seolah berpikir sejenak se

  • Duda Pilihan Ayah   135

    "Beneran mau kerja?" tanya Kanaya, suaranya penuh keraguan setelah kembali dari kamar putranya.Dia melihat Dewangga yang sudah berdiri di depan cermin dengan pakaian kerjanya, terlihat begitu siap untuk meninggalkan rumah. Kanaya mendekat dan meraih dasi di tangan suaminya, lalu mulai memakaikannya dengan lembut."Rambut kamu udah kepanjangan," ujar Kanaya sambil menatap rambut Dewangga yang mulai menutupi dahinya, seakan menyembunyikan sebagian dari wajahnya yang serius itu.Dewangga hanya terdiam, memilih untuk menatap Kanaya yang sedang dengan cekatan menyimpulkan dasinya. Kanaya merasa suaminya memperhatikannya dengan penuh perhatian, membuatnya sedikit salah tingkah. Tanpa sadar, dia mendongak dan membalas tatapan Dewangga, meskipun tinggi mereka sangat berbeda. Dia hanya sejajar dengan dada suaminya."Kenapa?" tanya Kanaya, sedikit canggung, sambil mengelus rahang Dewangga dengan lembut. Senyumnya terbit, meski hatinya sedikit tergerak oleh perhatian suaminya."Kenapa?" Dewangg

  • Duda Pilihan Ayah   134

    "Mau sama Mama," Kai memeluk erat leher Kanaya, bahkan tidak mau melepaskan, meskipun sejak tadi Kanaya sudah berusaha membujuk putranya dengan lembut."Anak mama bobok yaa," "Ndak mau," Kai menggeleng keras, suara tangisan mulai terdengar, membuat hati Kanaya semakin terenyuh.Kanaya hanya bisa menghela napas dan mencoba menenangkan Kai, mengelus punggungnya dengan lembut. "Bobo yaa, sudah malam," bisiknya, mencoba memberikan ketenangan. Ia mengecup kepala Kai beberapa kali, merasakan kehangatan tubuh kecil itu yang semakin membuatnya merasa sulit untuk melepaskannya.Kanaya melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Sudah waktunya tidur, namun mata Kai belum juga terpejam. Mungkin Kai merasa ada yang berbeda malam ini, apalagi Dewangga, suaminya, yang tengah sakit dan belum bisa melakukan banyak hal. Waktu Kanaya hampir sepenuhnya tersita untuk merawat Dewangga seminggu ini. Mungkin itu yang membuat Kai merasa cemas, merasa iri pada perhatian yang diberikan unt

  • Duda Pilihan Ayah   133

    Kanaya terus menatap suaminya, Dewangga, yang sejak tadi hanya diam saja, memerhatikannya tanpa sepatah kata pun. Matanya penuh dengan kekesalan, tapi Dewangga tetap tidak memberikan reaksi apapun. Hanya tatapannya yang diam, seolah menunggu sesuatu yang tidak bisa Kanaya pahami."Kenapa? Mau marah aku?" tanya Kanaya dengan nada menantang, meskipun ia tahu betul bahwa Dewangga tidak pernah melakukan hal seperti itu padanya. Dulu, jika Dewangga menegurnya, Kanaya hanya diam dan mengabaikan suaminya selama berhari-hari sebagai bentuk pembalasan. Tapi kali ini, perasaannya begitu sulit untuk diredakan.Dewangga hanya menatapnya dengan penuh pengertian, tanpa mengatakan apapun. Lalu, ia mengulurkan tangan dan menggenggam tangan Kanaya dengan lembut, mencoba menenangkan suasana yang semakin tegang. Namun, Kanaya merasa kesal dan segera menarik tangannya dengan cepat. Ia berbalik, hendak meninggalkan Dewangga begitu saja.Melihat itu, Dewangga hanya bisa menggelengkan kepala dengan ekspresi

  • Duda Pilihan Ayah   132

    Sejak dokter muda itu mulai memeriksa Dewangga, Kanaya tidak bisa melepaskan pandangannya dari wanita itu. Cara dokter itu bekerja terlihat cekatan dan penuh perhatian. Namun, ada yang aneh di balik perhatian itu. Beberapa kali, Kanaya menangkap tatapan yang lebih lama dari yang seharusnya, tatapan yang seolah memuji Dewangga dengan penuh kekaguman.Dan itu membuat hati Kanaya bergemuruh, perasaan cemburu yang tiba-tiba muncul begitu saja, menyesakkan dadanya."Sudah selesai, Mas. Saya akan meresepkan obatnya sekarang," ujar dokter itu, dengan senyum hangat, lalu kembali ke meja untuk menulis resep."Mas?" tanya Kanaya merasa aneh dengan panggilan dokter itu.Kanaya menatap suaminya dengan nada yang lebih tajam dari biasanya. Dewangga menoleh, tatapannya penuh kebingungan."Ada apa?" tanya Dewangga, mencoba membaca ekspresi wajah Kanaya yang tampak tidak biasa.Kanaya menatap dokter itu sejenak, lalu mengalihkan pandangannya ke Dewangga. "Kenapa pilih dokter perempuan? Kenapa nggak ya

  • Duda Pilihan Ayah   131

    Hari itu, rumah Dewangga dipenuhi oleh kolega dan teman-temannya. Sejak pagi, Kanaya tak sempat beristirahat sedikit pun karena tamu yang datang silih berganti. Keramaian ini adalah hal yang baru baginya, apalagi karena ia bukan tipe orang yang sering terlibat dalam acara-acara pekerjaan suaminya.Di tengah keramaian itu, salah satu rekan kerja Dewangga mendekat dan tanpa basa-basi berkata, "Pantas saja sekarang Dewa nggak pernah lama-lama di kantor, istrinya cantik, masih muda pula." Kanaya hanya bisa terdiam, bingung dan sedikit canggung karena ia tidak mengenali pria itu. Dewangga hanya tersenyum kecil, sementara rekan-rekan lain ikut melemparkan candaan yang membuat suasana semakin riuh. Bahkan Ayah mertuanya ikut tertawa, karena disini Dewangga terkena bahan keisengan para sahabatnya hal itu cukup membuat suasannya terasa hangat.Sementara itu, Kanaya memilih untuk duduk tenang di ruang tengah bersama para ibu-ibu yang sedang asyik berbincang. Mereka lebih banyak membahas anak-an

  • Duda Pilihan Ayah   130

    "Saya nggak tahu kenapa dia ada di sini," ujar Dewangga, nada suaranya datar tetapi menyimpan tanya.Naya tak langsung menjawab. Sebaliknya, ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan gelombang emosi yang mengaduk dirinya. Ia tahu, Savira—mantan istri suaminya—tidak lagi memiliki hubungan apa pun dengan Dewangga. Tapi, rasa tidak nyaman tetap merayap di hatinya. Bagaimana mungkin ia bisa merasa tenang berada dalam satu ruangan yang sama dengannya?"Kanaya," suara Dewangga memecah lamunan Naya, lembut namun tegas. Ia menatap suaminya, mencoba mengendalikan gejolak di dadanya."Mbak Vira tinggal di sini, Mas," ujar Naya pelan, seolah mengungkapkan rahasia yang ia simpan. Pernyataannya membuat Dewangga mengernyit."Kamu masih berhubungan sama dia?" tanya Dewangga, nadanya berubah serius.Naya menggeleng pelan, lalu menjelaskan, "Bukan, Mas. Dia yang menghubungiku duluan, bilang mau pindah ke sini. Aku nggak kabar-kabaran sama dia."Dewangga menghela napas, wajahnya mencerminkan rasa b

  • Duda Pilihan Ayah   129

    "Maaf, Wa. Aku kesini karena khawatir begitu mendengar kamu kecelakaan," kata Savira dengan suara lirih, matanya penuh kekhawatiran. Dia berdiri di depan pintu ruang perawatan, memandang Dewangga yang terbaring di ranjang rumah sakit.Kebetulan hari ini Savira tengah menemani ibunya untuk terapi agar bisa kembali berjalan seperti semula, dan saat di depan administrasi dia tidak sengaja bertemu dengan Naufal."Saya tidak apa-apa, kamu bisa keluar," ujar Dewangga dengan suara tegas."Wa... aku..." Savira terbata-bata, tidak tahu harus berkata apa. Namun, sebelum dia bisa melanjutkan kata-katanya, pintu ruangan tiba-tiba terbuka.Naya berdiri di ambang pintu, matanya langsung tertuju pada sosok wanita yang berdiri di samping ranjang suaminya. Hatinya sedikit terkejut, namun ia mencoba tetap tenang, menyembunyikan perasaannya di balik senyuman.Kanaya segera berjalan ke arah suaminya tanpa memerdulikan Savira atau menyapanya lebih dulu."Kamu nggak papa kan, mas?" tanya Naya dengan suara

  • Duda Pilihan Ayah   128

    "Sekarang lo ngerti kan apa yang gue rasain dulu?" Naya terkekeh sambil menatap wajah Citra yang cemberut. Beberapa hari ini, Citra merasa terabaikan karena suaminya, Naufal, sedang perjalanan dinas ke luar kota. Naya yang dulu sering merasa ditinggalkan suaminya, Dewangga, kini bisa merasakan betapa beratnya perasaan Citra.Kebetulan setiap pulang bekerja, Citra selalu menyempatkan untuk mampir kerumahnya. Karena merasakan kesepian di tinggal suaminya ke luar kota."Iya, gue dulu sering ngejek lo," jawab Citra, matanya yang sembab menatap kosong ke arah meja. "Gue nggak tahu kalau rindu seberat ini."Naya mendengus kesal meski masih ada rasa ingin menggoda sahabatnya. "Lo lebih alay daripada gue," katanya sambil melemparkan tatapan mengejek ke arah Citra yang semakin tidak terima."Lo kan dulu nikah tanpa cinta, Nay. Kalau gue sama Mas Naufal, kita menikah dengan penuh cinta," balas Citra, sedikit membela diri dengan ekspresi yang lebih tegas.Naya hanya tertawa kecil mendengar itu.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status