Share

Bab 2

Penulis: Aksa Gege
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-17 08:07:35

Setelah tiga puluh menit berlalu mata Riri menggeliat sembari tangan kanan memegangi kepalanya yang masih sedikit terasa pusing.

"Kamu sudah sadar?" tanya lembut seorang Wanita di sampingnya.

Riri sontak melirik ke sumber suara disampingnya, "I-ibu siapa dan ini dimana?" Pandangan Riri terus mengamati ruangan yang tengah Dia diami.

"Saya Dokter indah," ucapnya terjeda, "Kamu tadi pingsan dan untungnya Pak Asoka menolongmu dan langsung membawa ke klinik pribadi Bramasta."

Riri hanya mendengarkan penuturan dari Dokter indah tanpa berniat menjawabnya.

"Kalau begitu saya tinggal dulu untuk memberitahukan ke Pak Asoka yang telah menunggu diluar," ucap Dokter Indah final sembari berjalan perlahan keluar ruangan.

Tidak berselang lama setelah kepergian Dokter indah, Asoka masuk berjalan perlahan menghampiri Riri yang tengah terbaring lemas. Senyuman manis terukir jelas di bibirnya namun raut wajahnya tidak bisa dibohongi bahwa ada ke khawatiran disana.

"Gimana kondisimu?" Asoka terduduk disamping Riri sembari menggenggam erat sebelah tangannya, "Apa masih pusing atau saya harus merujuk kamu ke rumah sakit?" Pria yang memiliki bibir agak tebal itu terus bertanya tanpa henti.

"Pak-bapak, saya baik-baik saja. Kenapa bapak memperlakukan saya seperti ini. Bagaimana pandangan semua orang, saya jadi tidak enak." Terlihat alis Asoka mengerut seakan keduanya hendak saling bersatu.

Cup...

Tanpa permisi sebuah kecupan dari Asoka sukses mendarat di bibir ranum Riri. Seakan mewakili kesungguhan cinta kepada Wanita di sampingnya itu.

Namun berbeda dengan Riri mukanya langsung merah padam seakan menahan amarah akan kelakuan Asoka. Riri segera menghadiahi CEO Bramasta tersebut untuk membalasnya.

Plakkk...

Tamparan tepat pada pipi kanan Asoka, terlihat bekas cap lima jari terukir di pipi mulusnya yang lambat laun memerah.

"Bapak Asoka yang terhormat," ucap Riri terjeda, "Saya memang banyak kekurangannya namun saya tidak kurang ajar itu yang saya katakan bukan disaat di ruang interview." Dengan nafas memburu Dia menatap Asoka dengan tajam.

"Namun, perlakuan bapak ini patut saya hajar," ucap Riri sebisa mungkin Dia turun dari tempat tidurnya walaupun kepalanya masih terasa pusing.

Riri melirik sekilas Asoka disaat Dia hendak melangkah pergi, "Anggap itu peringatan terakhir saya. CAMKAN ITU!" Riri menekankan kata-kata terakhirnya dan detik berikutnya Dia melenggang pergi dari tempat tersebut.

Sementara Asoka terpaku di tempat dengan menatap nanar akan kepergian pujaan hatinya, perih tamparan ini tidak sebanding dengan perihnya hati ini. Untuk pertama kalinya Dia ditampar sama Wanita bahkan mampu mencuri hatinya.

Disaat Asoka tersadar dalam lamunannya dan hendak menyusul Riri, langkahnya dihentikan oleh Wanita di depannya.

"Biarkan Dia pergi. Bukannya kakak ada metting diluar sekarang." ucap Wanita itu final sembari menarik tangan Asoka untuk meninggalkan klinik Bramasta.

*****

Satu minggu kemudian…

Sesuai janji Asoka waktu itu Dia akan datang melamar Riri kerumahnya dan terbukti malam ini Dia datang bersama banyaknya bingkisan seakan menjadi pengganti keluarganya yang berhalangan hadir, yang dipastikan harga bingkisan ini sangatlah mahal.

"Jadi nak Asoka ini sebenarnya atasan Riri?" kata Bunda sembari ekor matanya melirik ke arah Riri yang berada disampingnya.

"Betul, Tante. Maaf jika kedatangan saya mendadak dan hanya membawa bingkisan seala kadarnya," jawab Asoka sembari tersenyum manis.

"Ah, nak Asoka terlalu merendah," kata Bunda sembari terkekeh.

Riri yang mendengar obrolan mereka hanya memutar bola matanya seakan jengah dengan perlakuan Asoka yang so akrab dan terkesan berlebihan.

Terlepas dari itu semua, ada satu pernyataan yang membuat Riri cukup tercengang dari obrolan ini ternyata tanpa Riri sadari Asoka adalah salah satu langganan tetap katering Bunda beberapa bulan ini.

"Sesuai yang saya katakan dari awal, Tante. Saya kesini bertujuan untuk melamar Riri menjadi pasangan hidup saya," jelas Asoka sembari tersenyum menyeringai.

"Kalau Tante sendiri tergantung sama Riri. Mau diterima atau enggak Tante gak bisa maksa, namun jika seandainya kalian berjodoh semoga nak Asoka adalah menantu dan suami yang tepat untuk Riri," jelas Bunda sembari mengelus punggung tangan Riri.

Perkataan itu pun langsung diaminkan oleh Asoka.

 "Terima kasih atas do'anya, Tante. Oleh karena itu saya izin minggu depan datang kembali kesini bersama orangtua saya sekaligus meminta jawaban dari Riri," pinta Asoka ke Bunda namun ekor matanya melirik ke Riri. Riri yang mendengar itupun tidak mengindahkan.

Bunda yang melihat perlakuan anaknya tersebut segera menyikut dengan tangan Riri untuk menyadarkannya.

"Hemmm..." Riri hanya merespon jawaban Asoka dengan berdehem, sembari memandang lawan bicaranya dengan sangat malas.

"Ya udah Tante kalau begitu saya pamit pulang," ucap Asoka sembari berdiri dari duduknya.

"Hati-hati ya, nak dijalannya. Salam buat keluarga dirumah," sahut Bunda ikut berdiri diikuti Riri.

"Siap, Tante." Asoka melirik sekilas kearah Riri, "Saya pulang dulu ya," ucap Asoka sembari tersenyum manis.

Riri lagi-lagi hanya menjawab dengan berdehem.

Detik berikutnya Asoka melenggang pergi keluar rumah diikuti Bunda dan Riri untuk mengantarkan tamunya sampai teras rumah.

Beberapa menit kemudian mobil Lamborghini Aventador berwarna gelap yang di kendarai Asoka perlahan menjauh dan menghilang dari pandangan mereka.

Bab terkait

  • Dua Titik (Dilamar CEO Dinikahi Dosen)   Bab 3

    Satu minggu berlalu setelah kedatangan Asoka ke rumah keluarga Riri untuk melamarnya, kedatangan Asoka sukses membuat Bunda terkejut tanpa ada kehadiran Bagas anak sulungnya yang kebetulan Dia sedang mendapat pekerjaan diluar kota. Namun keterkejutan ini tidak berlaku untuk Riri yang telah lama tahu kabar tersebut, namun Dia enggan untuk menceritakan perihal pinangannya dengan Asoka.Dan hari yang ditentukan pun telah tiba tepat pukul tujuh malam Asoka beserta kedua orang tuanya telah tiba di rumah calon besannya."Om, Tante, terima kasih telah sudi mampir ke kediaman keluarga saya dan maaf kediaman keluarga saya tidak sebagus istana Om dan Tante," sapa Riri sembari tersenyum ramah Dia tunjukkan ke orang tua Asoka yang tengah duduk manis di ruang tamu."Tidak apa-apa. Tante maklum kok," jawab Mommy Asoka, "Orang tua kamu apa belum pulang juga?""Sebentar lagi, Tante. Mungkin sedang dijalan, maaf lama menunggu," jelas Riri sembari mengatupkan kedua tangan di dada.Mommy hanya menganggu

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-17
  • Dua Titik (Dilamar CEO Dinikahi Dosen)   Bab 4

    Riri POVHari berganti minggu, minggu berganti bulan dan bulan berganti tahun. Tidak terasa satu tahun telah berlalu banyak kenangan manis pahit dan ada juga pelajaran hidupku untuk lebih baik lagi, contohnya seperti kenangan bersama Asoka seorang CEO Bramasta yang pernah membuat hatiku luluh akan tindakan nekatnya untuk meminangku sampai memperjuangkan cintanya padaku. Namun takdir seakan tidak merestui hubungan kami, terbukti setelah berbagai cara Asoka lalui untuk mendapatkanku namun hasilnya penolakan dan pada akhirnya aku mendengar bahwa Asoka telah berangkat ke London untuk menangani kantor cabang Bramasta disana. Dari situ mungkin akhir perjuangan cintanya, Asoka berhak bahagia tapi bukan bersamaku. Walaupun hati kecilku tidak bisa dibohongi ada perasaan sesak disana.Terlepas dari kenangan bersama Asoka ada kenangan yang tak pernah ku lupakan yaitu yang pertama pernikahan Kak Bagas yang telah berlangsung empat bulan yang lalu dan kesuksesan usaha katering Bunda. Lambat laun se

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-17
  • Dua Titik (Dilamar CEO Dinikahi Dosen)   Bab 5

    "Krisan Adi Pratama," eja ku dari kartu identitas yang telah kudapatkan.Tanpa disangka ternyata kartu identitas ini milik cowok rese barusan, terlihat dari foto yang tercetak didalam kartu identitas tersebut. Tanpa berpikir panjang aku segera memasukkan dompet tersebut ke dalam tas selempangku. Setelah itu aku segera melanjutkan langkahku yang sempat tertunda untuk keluar dari toko buku ini.*****Keesokan harinya tepatnya pada siang hari aku segera menghubungi nomor telepon pemilik dompet kulit ini. Walaupun aku sebenarnya malas mengembalikannya tapi dilihat dari isi dompetnya yang kebanyakan barang-barang penting seperti, beberapa kartu ATM, SIM, dan masih banyak lagi. Ditambah ada uang tunai yang jumlahnya tidak sedikit didalam dompetnya ini.Tak lama kemudian, dering suara panggilan di gawai ku berubah senyap bertanda seseorang tengah mengangkat telepon darinya."Halo?" ucap seseorang di seberang telepon."Ini dengan Krisan Adi Pratama," sahutku tanpa basa-basi."Ada apa?" Terde

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-17
  • Dua Titik (Dilamar CEO Dinikahi Dosen)   Bab 6

    Tiga bulan telah berlalu, semenjak terakhir kali aku bertemu Pria bernama Kris bersama Umi Mutia dan Bunda di restoran madurasa. Siapa sangka dibalik pertemuan kami yang tidak sengaja di Toko Buku tempo hari itu menjadi titik awal kemalangan ku dimulai, karena tepat satu bulan yang lalu aku telah sah menjadi istri cowo rese yang melihatnya pun membuat darahku langsung mendidih. Awal ceritanya bermula pada saat aku menjadi pendonor darah untuk Umi Mutia. Flashback on Sinar matahari lambat laun meredup digantikan dengan sorot lampu jalan untuk menerangi jalanan kota, bahkan suasana kota sudah mulai terlihat sepi. Disaat semua orang telah terlelap tidur sambil mengarungi dunia mimpi masing-masing. Mobil Daihatsu Xenia milik Bunda masih melesat memecah keheningan malam, menuju Rumah Sakit Karisma yang berada di pusat kota. "Bunda, pokoknya aku gak mau karena menolong Umi Mutia. Imbalannya aku harus menikah dengan anaknya," ucapku berdebat didalam mobil sambil menyilangkan kedua tan

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-20
  • Dua Titik (Dilamar CEO Dinikahi Dosen)   Bab 7

    Terik matahari seakan menyengat tubuh, ditambah padatnya lalu lintas membuat siapapun tidak sabar untuk segera sampai ke tempat tujuan masing-masing. Sama halnya dengan Restoran madurasa, padatnya lalu lintas ibu kota menjadi peluang emas untuk restoran tersebut. Terlihat pengunjung terus berdatangan tidak habis-habisnya memadati restoran. Restoran berlantai tiga itu memiliki rooftop bernuansa klasik berwarna dominan kuning kecoklatan, namun tidak mengurangi sisi modern. Spot ini cocok untuk anak muda yang menongkrong atau pengunjung yang ingin sekadar bersantai melihat pemandangan ibu kota sambil menikmati makanan yang disajikan restoran madurasa. Dengan kepadatan pengunjung di Restoran madurasa, terlihat Kris sedang duduk manis di salahsatu sofa yang berada di rooftop. Tidak berselang lama Riri berjalan menghampiri Kris disana dengan membawa nampan berisi makanan yang telah Dia masakan barusan. Dug... "Makanlah, anggap saja ini untuk balas budi," ucap Riri setelah meletakkan namp

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-22
  • Dua Titik (Dilamar CEO Dinikahi Dosen)   Bab 8

    Hari ini Restoran tidak terlalu ramai akan pengunjung. kesempatan ini Riri luangkan untuk membaca buku yang berada di ruang kerjanya. Dari beberapa buku yang berada di meja kerjanya, ada satu buku yang terbilang cukup terkesan bahkan selalu membuatnya tertawa sendiri jika mengingat momen tersebut. Buku bersampul berwarna dominan hijau daun perpaduan putih dengan karakter wanita menjadi objeknya itu menjadi pertemuan pertama dengan suaminya. Disaat Riri sedang asyik membaca isi buku di genggamannya. Terdengar seseorang mengetuk pintu ruangannya berulangkali. Riri segera meletakkan bukunya diatas meja. "Masuk," ucap Riri memberi tanda ke orang diluar ruangannya. Seorang wanita muda masuk perlahan dan berjalan menghampiri Riri, "Maaf, Mbak. Diluar ada tamu," lapor wanita dengan poni lempar itu. Riri mengernyitkan dahi, "Siapa. Kris?" tanyanya. "Bukan, Mbak," jawab Wanita berponi itu singkat. "Seorang Pria yang tampan lebih tampan dari Mas Kris," sambungnya dengan nada dibuat manja s

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-24
  • Dua Titik (Dilamar CEO Dinikahi Dosen)   Bab 9

    "Bunda," seru Riri sedikit berteriak sambil berlari masuk kedalam rumahnya. "Iya. Bunda disini," jawab Bunda Lita diarah dapur. Mendengar respon dari Bundanya, bergegas Riri berlari ke sumber suara, "Bunda, bantu aku untuk gotong Kris yang berada didalam mobil," ucap Riri dengan nada panik. Bunda Lita yang mendengarnya ikut panik, "Loh Kris kenapa, Ri?" tanya Bunda Lita sambil berjalan keluar rumah. "Kris pingsan saat mau jalan pulang, Bun," jawab Riri singkat. "Iya, tapi pingsannya kenapa?" "Mungkin gara-gara ditonjok sama Asoka di Restoran kali," Dengan susah payah Bunda Lita dan Riri menggotong tubuh Kris dan di baringkan untuk sementara di sofa ruang tamu. Riri langsung duduk didepan Kris untuk mengompres luka lebam yang ada di wajah tampan suaminya. Disaat Riri sedang membersihkan wajahnya Kris, tidak sengaja Riri menempelkan punggung tangannya di pipi Kris, "Bun, kayaknya Kris demam?" tanya Riri ke Bunda Lita yang duduk di sampingnya. Spontan Bunda Lita ikut menempelkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-26
  • Dua Titik (Dilamar CEO Dinikahi Dosen)   Bab 10

    Tiga bulan kemudian. "Saya terima nikahnya-" belum selesai sang mempelai pria mengucapkan kabul untuk mengikrarkan janji pernikahannya. Terlihat seorang Pria berbadan tinggi besar, berlari tergesa-gesa menghampiri mempelai pria membuat acara tersebut tertunda sejenak. "Maaf, Bos. Diluar ada..." ucap Pria tinggi besar tergantung karena kelanjutan ucapannya langsung Dia bisikkan ke telinga sang mempelai pria. Mempelai pria itu langsung bangkit dari duduknya dan langsung berjalan keluar rumah setelah mendengar laporan dari salahsatu anak buahnya. Terlihat diluar rumah telah datang tiga orang Pria berseragam berwarna cokelat lengkap dengan lentera emas di dadanya sedang berdiri dengan gagahnya menunggu sang pemilik rumah. "Selamat siang. Apa betul saudara bernama Asoka Bramasta Kusuma?" tanya salahsatu Pak Polisi berhidung mancung dengan suara baritonnya yang khas. "Betul," jawab singkat mempelai pria tersebut ternyata Asoka. "Kami mendapat laporan dari keluarga korban, bahwa sauda

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-28

Bab terbaru

  • Dua Titik (Dilamar CEO Dinikahi Dosen)   Bab 29

    "Setiap ujian hidup pasti ada hikmahnya. Tergantung kita menyelesaikan ujian tersebut, apa lulus atau harus mengulang kembali." ~ Amarilis Jelita~"Riri!"Aku segera melirik ke sumber suara tersebut, samar-samar terlihat seorang wanita mengenakan (...) berjalan menghampiriku. Setelah cukup dekat barulah aku mengenalinya dia Angel, salahsatu teman sekolahku dulu. 'Tumben dia sendirian gak sama dayang-dayangnya?" pertanyaan itu terus berputar dalam benakku."Hai," sahutku singkat sambil membalas cipika-cipiki dengan wanita cantik didepanku."Kamu lagi piknik juga sama keluarga kamu?" tanyanya langsung duduk lesehan disampingku."Iya, An. Mumpung lagi libur tahun baru, jadi keluarga aku semua mengusulkan piknik kesini," jawabku seadanya tidak lupa aku memberikan senyum tipis.Aku melihat dahinya mengernyit dengan jawabanku."Kenapa gak ke Bali," tanya Angel terjeda sejenak, "aku denger Hasna sama keluarga nya kesana?""Enggak ah, An. Hasna juga sempat mengajakku, cuman Nana kalau perjal

  • Dua Titik (Dilamar CEO Dinikahi Dosen)   Bab 28

    Sementara di sebuah rumah sakit yang ditempati oleh Kris dirawat, terlihat sepasang suami-istri tersebut terus beradu mulut, seperti serial kartun identik dengan pemeran kucing dan tikus yang dulu sering muncul di layar televisi. Mereka selalu tidak akur, namun jika terpisah akan ada yang kehilangan."Ri, cukup aku udah kenyang," ucap Kris sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya.Riri langsung menyingkirkan kedua tangan Kris sambil tangan kanannya melayang sesendok penuh bubur tanpa topping."Kamu terus bilang kenyang. Baru juga tiga kali suap," jawabnya sambil memasukkan sesendok bubur tersebut kedalam mulut suaminya."Pokoknya aku gak mau tahu, kamu harus habiskan semangkok bubur ini. TITIK."Satu minggu setelah berlalu, semenjak pertama kali Kris ditemukan di gudang terbengkalai dengan kondisi yang memprihatinkan.Ada beberapa luka lebam di wajah tampannya, tangan kirinya patah akibat hantaman keras dari benda tumpul. Dan lebih membuat Riri tersentuh itu, terdapat sebuah li

  • Dua Titik (Dilamar CEO Dinikahi Dosen)   Bab 27

    Flashback onDisebuah rumah berlantai tiga yang begitu kental dengan nuansa arsitektur bangunan ala Eropa. Terdapat satu keluarga kecil dari pemilik perusahaan elektronik ternama.Mereka sedang berkumpul di ruang makan untuk menyantap makan malam dengan anak sulungnya itu bernama Bagas."Mas, kamu serius memercayai Mas Sultan memegang saham sebesar itu?" tanya seorang wanita cantik yang mempunyai bulu mata lentik itu ialah Lita.Bukan tanpa alasan Lita bertanya seperti itu, karena suaminya sudah terlalu loyal terhadap sahabat yang telah dikenalnya dibangku kuliah. Karena dia telah memercayai sahabat yang dikenalnya sejak bangku kuliah itu 50% dari saham yang didapat dari perusahaan suaminya. Bahkan saham yang diberikan kepada anak kandungnya tidak lebih dari 15%.Pria yang berstatus sebagai suami Lita itu bukan menjawab, tapi berbalik bertanya, "Kamu masih meragukan kesetiaan Sultan terhadap keluarga kita?" tanyanya tanpa melihat lawan bicaranya sambil melanjutkan suapan terakhir maka

  • Dua Titik (Dilamar CEO Dinikahi Dosen)   Bab 26

    Suasana hening perhutanan berubah menjadi bising dari beberapa kendaraan roda empat maupun roda melaju dengan kecepatan sedang.Langkah kaki panjang yang sebelumnya telah turun dari kendaraan yang mereka tumpangi, terus berjalan mengendap-endap ke sebuah gudang terbengkalai di tengah hutan.Sinar matahari siang hari ini seakan terhalang oleh awan yang lambat laun berubah abu-abu, mengakibatkan pantulan cahaya mentari sedikit menggelap. Namun semua itu tidak menyulitkan indera penglihatan puluhan pria berseragam coklat yang khasnya.Brukkk...Terdengar nyaring suara pintu dibuka dari luar secara paksa. Bertepatan dengan itu, puluhan pria berseragam coklat yang telah menunggu diluar langsung masuk kedalam lengkap dengan senjata api yang berada di tangannya."Angkat tangan. Tempat ini telah dikepung!" titah seorang polisi dengan suara baritonnya yang khas.Spontan semua orang yang berada di dalam ruangan itu mengangkat kedua tangan mereka sambil terjongkok ditempat, setelah itu puluhan p

  • Dua Titik (Dilamar CEO Dinikahi Dosen)   Bab 25

    Siang ini matahari memancarkan sinar nya yang cerah serta terasa panas, sepanas kabar terkait penyakit yang diderita oleh Riri. Kabar tersebut langsung menyebar melalui grup media sosial yang identik dengan icon berwarna hijau.Banyak tanggapan dan komentar beragam dari anggota grup yang berisikan angkatan sekolahnya, sampai kabar itu terbaca oleh kedua sahabat Riri.Melihat kabar yang belum tentu pasti kebenarannya, Hasna mencoba meluruskan permasalahan yang ada. Namun Indah selalu membela diri bahwa kabar ini bukan hanya kabar burung saja, seakan terus terpojok Hasna maupun Putri menghentikan perdebatan di grup tersebut walaupun puluhan chat terus membanjiri grup tersebut. Karena mereka akan menanyakan langsung ke korban yang tengah menjadi viral di grup angkatan sekolah mereka.*****Sudah hampir setengah jam mereka berada didalam ruangan yang ditempati Riri dirawat.Keadaan langsung hening, disaat Hasna memberitahukan tentang kabar yang membuat grup angkatan sekolahnya heboh, samp

  • Dua Titik (Dilamar CEO Dinikahi Dosen)   Bab 24

    Hani masih setia duduk disamping Riri menunggu adik iparnya yang telah tertidur pulas disana, sambil mengelus rambut hitam Riri dengan lembut. Matanya terus berembun seakan air matanya terus berdesakkan untuk turun, namun wanita yang mengenakan khimar berwarna peach itu terus menahan air matanya untuk tidak jebol dari pelupuk matanya.BIP... BIP... BIP...Suara dering gawainya cukup terdengar dari arah tas branded nya.Hani meraih tasnya yang tersimpan di atas nakas dan langsung mengeluarkan gawainya didalam sana.Hubby calling...Melihat nama kontak di layar gawainya, wanita bergamis abu-abu itu bangkit dari duduknya untuk berjalan keluar ruangan. Setelah sampai di ruang tunggu, Dia segera menggeser tombol berwarna hijau yang ada pada layar gawainya itu."Hallo, Mas," ucap Hani untuk seseorang di seberang sana."Gimana keadaan Riri?" tanya Pria di seberang sana dengan suara baritonnya yang khas."Alhamdulillah. Riri baru tidur, mungkin suster yang bertugas sudah memberikan obatnya,"

  • Dua Titik (Dilamar CEO Dinikahi Dosen)   Bab 23

    "Apa aku tidak berhak bahagia? Disaat aku kemarin baru merasakan indahnya kasih sayang seorang pasangan halalku sampai air mata kebahagiaan tertetes. Kenapa sekarang air mata itu harus tergantikan dengan air mata kesedihan." ~Amarilis Jelita~BIP... BIP... BIP...Kris calling...'Tumben Kris menelepon di jam kerja begini?' monologku dalam hati. Ada perasaan aneh dalam hati ini, namun aku langsung menepis perasaan tersebut.Aku segera menggeser tombol berwarna hijau yang ada pada layar gawaiku."Halo, Manis." Nafasku seakan tercekat setelah mendengar suara yang menelepon di seberang sana."Kamu pasti mengira bahwa yang meneleponmu adalah suamimu, bukan," ucapnya dengan nada lembut, "emang ini suamimu, Manis. Asoka Bramasta Kusuma." Mulutku tiba-tiba membisu mendengar suara yang susah payah aku hindari. Terdengar suara tertawa terbahak-bahak di sambungan telepon ini."Kenapa, Manis. Katakanlah sesuatu atau aku harus mengatakan bahwa Kris sudah MA-TI." Aku langsung memejamkan mataku seje

  • Dua Titik (Dilamar CEO Dinikahi Dosen)   Bab 22

    Disaat Riri membisikkan lanjutan kata-kata ke kedua sahabatnya dengan mendekatkan wajah mereka satu sama lain."APA!" teriak Hasna dan Putri kompak.Mereka bertiga terdiam sejenak, setelah itu Hasna berucap, "Masa iya cowo setampan Asoka menikah sama nenek lampir itu?" tanya Hasna sambil mengernyit heran. Terlihat sebelah alisnya terangkat keatas.Hasna mengalihkan pandangannya ke arah Putri, "Put, kamu dengar gak dari Danu. Secara kan ayang kamu dulu cukup dekat sama Indah?"Putri mengelus dagu nya yang sedikit runcing sambil menundukkan pandangannya, "Setahu aku, dulu Danu bilangnya Indah itu sama Andre bahkan mereka mau married," ucapnya terjeda sejenak, "ya aku pikir, suami Indah itu Andre," sambungnya menatap ke kedua sahabatnya yang berada disampingnya."Emang kamu tahu darimana, Ri. Kalau Asoka itu istrinya Indah?" tanya Hasna sambil menyeruput milkshake strawberry yang di pesannya.Riri menghela nafasnya berat sebelum berucap, "Waktu itu aku saat makan siang bersama Kris di Ba

  • Dua Titik (Dilamar CEO Dinikahi Dosen)   Bab 21

    Matahari telah tertidur digantikan dengan cahaya rembulan yang menyinari bumi. Kelap kelip bintang yang bertaburan di langit menambah keindahan malam hari ini.Di tengah taman belakang rumah terdapat satu meja bundar berwarna putih dengan hidangan makan malam di atasnya lengkap dengan dua kursi dengan warna senada yang saling berhadapan satu sama. Kursi tersebut telah diduduki oleh sepasang suami istri mengenakan pakaian kasual. Tidak lupa sang suami membawa sebuket bunga yang di sembunyikan di tangan kanannya.Kunang-kunang yang berkelap-kelip di sekitar mereka tempati membuat nuansa makan malam ini terkesan romantis dan berwarna."Untukmu," ucap sang suami sambil memberikan sebuket bunga dan langsung diterima oleh sang istri."Ya ampun, Kris. Kalau ngasih itu bunga bank bukannya bunga mawar merah," ucap Riri sambil menghirup aroma bunga yang berada di tangannya."Kalau kamu tidak suka buang saja," ucap Kris ketus sambil memalingkan wajahnya.Riri langsung mengelus punggung tangan Kr

DMCA.com Protection Status