"Tolong!" teriak Riri sampai membuat Asoka disampingnya spontan menutup mulut Riri."Ada apa, Manis. Kamu kenapa berteriak? tanya Asoka dengan nada lembut sambil mengelus pipi mulus Riri."Kumohon. Tolong bebaskan aku, aku mohon," mohon Riri dengan raut wajah memelas nya.Asoka hanya tertawa terbahak-bahak dan Riri yang mendengarnya hanya bisa menumpahkan air matanya, seakan Dia sudah lelah dengan keadaannya saat ini.Asoka yang melihat Riri seperti itu langsung memasang wajah sendu dan perlahan melepaskan mulut Riri yang ia bekap, "Manis, kenapa? Apa kamu tidak senang bersama denganku. Hem," ucapnya dengan nada lembut.Tidak ada respon dari Riri, Asoka mengangkat dagu Riri dengan telunjuk tangannya, "Ayolah. Aku tidak suka Riri yang cengeng seperti ini, nanti kamu sakit, Manis," ucapnya terjeda sejenak, "Kamu-" belum selesai Asoka mengucapkan kata-katanya. Terdengar suara bising dari luar.Duag...Suara pintu ruangan terbuka paksa dari luar. Asoka yang mendengar itu langsung mengerny
Flashback on'Perasaanku saja atau memang tadi ada yang teriak minta tolong?’ tanya Kris dalam hati.Pria berstatus Dosen dan suami Riri itu terus melangkahkan kakinya menuju arah suara yang sempat terdengar oleh indera pendengarannya."Loh, ini cuman halaman belakang rumah biasa?" tanyanya ke diri sendiri sambil melihat sekeliling tempat tersebut.Hanya terdapat lemari kaca berwarna hitam yang tinggi nya hampir dua meter di depannya. Selain itu hanya halaman luas yang berada dibelakangnya, yang terdiri empat celah masuk atau keluar yang sengaja di buat tanpa pintu untuk jalan pintas menuju ke taman.Seakan tidak ada artinya Kris berdiam diri disini. Dia hendak melangkah pergi meninggalkan tempat tersebut, namun langkahnya terhenti ketika ada seseorang yang berjalan kearahnya. Bukan melarikan diri, Kris memilih untuk bersembunyi di balik tembok yang berukuran setinggi pinggangnya."Asem banget dah, harus bertugas di waktu libur gini," gerutu seorang Pria dengan brewok lebat berwarna k
Duagh...Kris mendobrak pintu didepannya dengan paksa. Aksi Kris tersebut, membuat orang yang berada didalam langsung terkejut. Disaat Kris mendengar langkah kaki dari dalam ruangan tersebut menuju keluar, bergegas Kris bersembunyi dibalik tembok yang berukuran sepinggangnya.Betapa terkejutnya Kris melihat orang yang berada didalam ruangan tersebut ialah Asoka. 'Ngapain Dia diruangan itu. Lalu, kenapa harus ada ruangan rahasia segala,' monolognya dalam hati.Penasaran dengan apa yang berada didalam ruangan itu, dengan langkah pelan tapi pasti Kris masuk kedalam yang kebetulan Asoka tengah sibuk memanggil pengawalnya.Aksi nekadnya itu Dia tahu akan fatal dan tidak dipungkiri bahwa ada rasa takut didalam hatinya. Namun jika Dia tidak masuk keruangan ini, pasti Dia akan menyesal seumur hidupnya."Kris," ucap Riri dengan lirih matanya membola seakan tidak percaya apa yang Dia lihat.Kris hanya menempelkan telunjuk tangannya ke mulutnya untuk merespon Riri.Kris segera membantu Riri untu
Tiga bulan telah berlalu semenjak aku dibawa paksa oleh Asoka, Pria yang dulu sempat mengisi kekosongan hati ini. Masih sangat teringat jelas dibenakku, disaat Asoka terus membujukku untuk ikut pergi bersamanya, walaupun aku menolak namun dia terus memaksaku.Flashback on"Mbak, Cogan yang kemarin datang lagi ke sini." Agnes seorang karyawan restoranku itu tengah melaporkan bahwa Asoka kembali datang berkunjung kemari.Namun berbeda dengan pertemuan pertama kami waktu itu, Dia memilih untuk menungguku di parkiran. Tanpa curiga aku langsung berjalan menghampirinya."Ka, kamu kenapa menunggu disini. Ayo kita ke rooftop," ajakku setelah sampai didepannya."Aku tidak akan lama. Aku hanya ingin mengajakmu ikut bersamaku ke London, membangun keluarga kecil kita disana," ucapnya dengan nada lembut sambil meraih tanganku."Apa kamu lupa, Ka," jawabku terjeda sejenak sambil melepaskan tangannya, "aku sudah bersuami dan kamu tahu itu siapa," sambungku."Aku tahu, pernikahan kamu pasti hanya pak
"Kamu masih marah?" tanyanya."Keliatannya," jawabku dengan nada ketus sengaja tidak melihat ke arahnya."Keliatannya sih kamu lapar." Aku sontak menatap tajam ke arah Kris yang berada disampingku. Dia sedang fokus melihat mangkok bakso yang telah tinggal kuahnya.Ini terjadi satu jam yang lalu setelah insiden tidak menyenangkan dari salahsatu mahasiswi Kris. Entah kenapa, seketika suasana hatiku mendadak memburuk. Aku yang hendak meminta Kris untuk membawaku pulang langsung dicegah olehnya. Dia berdalih bahwa kita harus makan siang terlebih dahulu sebelum pulang dan membawa pesanan Bunda yaitu Bakso mercon.Akhirnya aku mengalah untuk mengikuti saran dari Kris, terlebih cacing di dalam perutku juga sudah berteriak untuk memberikan asupan makanan. Restoran yang identik dengan olahan berbagai jenis bakso menjadi pilihan tepat untuk sekarang. Terlebih jaraknya tidak begitu jauh dari kampus.Dan disinilah aku telah duduk manis sambil memakan semangkok bakso mercon mungkin karena perutku
Di suatu rumah berlantai tiga dengan jendela-jendela rumah yang mewah dan besar, dilengkapi dengan beberapa lampu gantung di langit-langit setiap ruangan rumah itu untuk menerangi seluruh ruangan membuat rumah itu terlihat sangat indah dan berkelas, ditambah kilauan sinarnya bagaikan bintang-bintang yang dipahat rapi terbuat dari kristal pilihan yang berkualitas. Terdapat satu anggota keluarga sedang berkumpul di meja makan untuk menyantap makan malamnya."Beb kamu tahu tidak, waktu aku sama Lea jajan bakso di resto depan tidak sengaja bertemu sama Riri dan suaminya loh," ungkap Indah sambil menyuapkan sesendok nasi kedalam mulutnya.Asoka tidak merespon, Dia masih fokus menyantap makanan dihadapannya."Kalau kamu tidak percaya, boleh tanya sama Lea?" tanyanya melirik sekilas ke arah Azalea."Iya, kak. Betul," sahut Azalea singkat.Asoka langsung melirik Azalea yang berada didepannya, "Terus kamu bilang apa saja?" tanyanya."Ya aku bilang kesininya sama Kak ipar ku," jawab Azalea sea
Riri sengaja tidak menyapa teman-teman disampingnya untuk mencegah Riri bertukar sapa dengannya."Riri!" panggil seorang pria mengenakan blazer berwarna abu-abu yang berada di meja sampingnya. Sontak membuat semua orang yang di meja tersebut matanya tertuju ke arah Riri.Riri hanya tersenyum tipis sambil menganggukkan kepalanya, setelah itu Dia beserta suami dan lainnya langsung duduk disana."Ri, ini benar kamu?" tanya seorang wanita dengan penampilan yang glamor seperti model papan atas."Hai," sahut Riri singkat sambil tersenyum tipis.Wanita glamor itu menghampiri meja Riri dan langsung duduk disampingnya tanpa dipersilakan, disusul dengan beberapa temannya seakan menjadi dayang-dayangnya termasuk Indah."Kamu kemana aja?" tanya Wanita Glamor itu."Ada," jawab Riri singkat."Ih, tapi kamu baru sekarang loh ikut reunian sekolah lagi?" tanyanya dengan nada bicaranya yang manja.Aku hanya tertawa paksa mendengar nya berkata seperti itu."Kalian juga, gimana kabarnya?" tanya Riri sing
Setelah kepergian Angel dan teman-temannya terutama Indah. Mereka langsung menyantap hidangan yang disajikan oleh restoran itu. Restoran yang menyajikan olahan makanan laut dan beberapa olahan makanan lain dari beberapa belahan negeri lainnya."Heran itu nenek lampir, mulutnya seperti gak ada rem nya," gerutu Hasna disepanjang Dia memakan sushi di depannya."Sudahlah Na, jangan diperpanjang lagi masalahnya," ucap Riri dengan nada lembut."Ini nih, kamu itu terlalu lembek. Jadi itu nenek lampir tambah ngelunjak," jawab Hasna ketus.Riri hanya mendengarkan tanpa berniat merespon namun kepalanya menggeleng sejenak akan kelakuan sahabatnya itu.Setelah perbicangan singkat itu, Kris menggenggam tangan Riri, Riri yang merasakan itu langsung melirik ke arah Kris, "Ri, aku mau ke toilet sebentar," ucapnya seakan menjadi cicitan kecil yang terdengar oleh mereka saja."Oh, yuk aku antar," jawab Riri singkat."Tidak perlu. Aku bisa sendiri," tolak Kris sambil mengambil air putih untuk membasahi
"Setiap ujian hidup pasti ada hikmahnya. Tergantung kita menyelesaikan ujian tersebut, apa lulus atau harus mengulang kembali." ~ Amarilis Jelita~"Riri!"Aku segera melirik ke sumber suara tersebut, samar-samar terlihat seorang wanita mengenakan (...) berjalan menghampiriku. Setelah cukup dekat barulah aku mengenalinya dia Angel, salahsatu teman sekolahku dulu. 'Tumben dia sendirian gak sama dayang-dayangnya?" pertanyaan itu terus berputar dalam benakku."Hai," sahutku singkat sambil membalas cipika-cipiki dengan wanita cantik didepanku."Kamu lagi piknik juga sama keluarga kamu?" tanyanya langsung duduk lesehan disampingku."Iya, An. Mumpung lagi libur tahun baru, jadi keluarga aku semua mengusulkan piknik kesini," jawabku seadanya tidak lupa aku memberikan senyum tipis.Aku melihat dahinya mengernyit dengan jawabanku."Kenapa gak ke Bali," tanya Angel terjeda sejenak, "aku denger Hasna sama keluarga nya kesana?""Enggak ah, An. Hasna juga sempat mengajakku, cuman Nana kalau perjal
Sementara di sebuah rumah sakit yang ditempati oleh Kris dirawat, terlihat sepasang suami-istri tersebut terus beradu mulut, seperti serial kartun identik dengan pemeran kucing dan tikus yang dulu sering muncul di layar televisi. Mereka selalu tidak akur, namun jika terpisah akan ada yang kehilangan."Ri, cukup aku udah kenyang," ucap Kris sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya.Riri langsung menyingkirkan kedua tangan Kris sambil tangan kanannya melayang sesendok penuh bubur tanpa topping."Kamu terus bilang kenyang. Baru juga tiga kali suap," jawabnya sambil memasukkan sesendok bubur tersebut kedalam mulut suaminya."Pokoknya aku gak mau tahu, kamu harus habiskan semangkok bubur ini. TITIK."Satu minggu setelah berlalu, semenjak pertama kali Kris ditemukan di gudang terbengkalai dengan kondisi yang memprihatinkan.Ada beberapa luka lebam di wajah tampannya, tangan kirinya patah akibat hantaman keras dari benda tumpul. Dan lebih membuat Riri tersentuh itu, terdapat sebuah li
Flashback onDisebuah rumah berlantai tiga yang begitu kental dengan nuansa arsitektur bangunan ala Eropa. Terdapat satu keluarga kecil dari pemilik perusahaan elektronik ternama.Mereka sedang berkumpul di ruang makan untuk menyantap makan malam dengan anak sulungnya itu bernama Bagas."Mas, kamu serius memercayai Mas Sultan memegang saham sebesar itu?" tanya seorang wanita cantik yang mempunyai bulu mata lentik itu ialah Lita.Bukan tanpa alasan Lita bertanya seperti itu, karena suaminya sudah terlalu loyal terhadap sahabat yang telah dikenalnya dibangku kuliah. Karena dia telah memercayai sahabat yang dikenalnya sejak bangku kuliah itu 50% dari saham yang didapat dari perusahaan suaminya. Bahkan saham yang diberikan kepada anak kandungnya tidak lebih dari 15%.Pria yang berstatus sebagai suami Lita itu bukan menjawab, tapi berbalik bertanya, "Kamu masih meragukan kesetiaan Sultan terhadap keluarga kita?" tanyanya tanpa melihat lawan bicaranya sambil melanjutkan suapan terakhir maka
Suasana hening perhutanan berubah menjadi bising dari beberapa kendaraan roda empat maupun roda melaju dengan kecepatan sedang.Langkah kaki panjang yang sebelumnya telah turun dari kendaraan yang mereka tumpangi, terus berjalan mengendap-endap ke sebuah gudang terbengkalai di tengah hutan.Sinar matahari siang hari ini seakan terhalang oleh awan yang lambat laun berubah abu-abu, mengakibatkan pantulan cahaya mentari sedikit menggelap. Namun semua itu tidak menyulitkan indera penglihatan puluhan pria berseragam coklat yang khasnya.Brukkk...Terdengar nyaring suara pintu dibuka dari luar secara paksa. Bertepatan dengan itu, puluhan pria berseragam coklat yang telah menunggu diluar langsung masuk kedalam lengkap dengan senjata api yang berada di tangannya."Angkat tangan. Tempat ini telah dikepung!" titah seorang polisi dengan suara baritonnya yang khas.Spontan semua orang yang berada di dalam ruangan itu mengangkat kedua tangan mereka sambil terjongkok ditempat, setelah itu puluhan p
Siang ini matahari memancarkan sinar nya yang cerah serta terasa panas, sepanas kabar terkait penyakit yang diderita oleh Riri. Kabar tersebut langsung menyebar melalui grup media sosial yang identik dengan icon berwarna hijau.Banyak tanggapan dan komentar beragam dari anggota grup yang berisikan angkatan sekolahnya, sampai kabar itu terbaca oleh kedua sahabat Riri.Melihat kabar yang belum tentu pasti kebenarannya, Hasna mencoba meluruskan permasalahan yang ada. Namun Indah selalu membela diri bahwa kabar ini bukan hanya kabar burung saja, seakan terus terpojok Hasna maupun Putri menghentikan perdebatan di grup tersebut walaupun puluhan chat terus membanjiri grup tersebut. Karena mereka akan menanyakan langsung ke korban yang tengah menjadi viral di grup angkatan sekolah mereka.*****Sudah hampir setengah jam mereka berada didalam ruangan yang ditempati Riri dirawat.Keadaan langsung hening, disaat Hasna memberitahukan tentang kabar yang membuat grup angkatan sekolahnya heboh, samp
Hani masih setia duduk disamping Riri menunggu adik iparnya yang telah tertidur pulas disana, sambil mengelus rambut hitam Riri dengan lembut. Matanya terus berembun seakan air matanya terus berdesakkan untuk turun, namun wanita yang mengenakan khimar berwarna peach itu terus menahan air matanya untuk tidak jebol dari pelupuk matanya.BIP... BIP... BIP...Suara dering gawainya cukup terdengar dari arah tas branded nya.Hani meraih tasnya yang tersimpan di atas nakas dan langsung mengeluarkan gawainya didalam sana.Hubby calling...Melihat nama kontak di layar gawainya, wanita bergamis abu-abu itu bangkit dari duduknya untuk berjalan keluar ruangan. Setelah sampai di ruang tunggu, Dia segera menggeser tombol berwarna hijau yang ada pada layar gawainya itu."Hallo, Mas," ucap Hani untuk seseorang di seberang sana."Gimana keadaan Riri?" tanya Pria di seberang sana dengan suara baritonnya yang khas."Alhamdulillah. Riri baru tidur, mungkin suster yang bertugas sudah memberikan obatnya,"
"Apa aku tidak berhak bahagia? Disaat aku kemarin baru merasakan indahnya kasih sayang seorang pasangan halalku sampai air mata kebahagiaan tertetes. Kenapa sekarang air mata itu harus tergantikan dengan air mata kesedihan." ~Amarilis Jelita~BIP... BIP... BIP...Kris calling...'Tumben Kris menelepon di jam kerja begini?' monologku dalam hati. Ada perasaan aneh dalam hati ini, namun aku langsung menepis perasaan tersebut.Aku segera menggeser tombol berwarna hijau yang ada pada layar gawaiku."Halo, Manis." Nafasku seakan tercekat setelah mendengar suara yang menelepon di seberang sana."Kamu pasti mengira bahwa yang meneleponmu adalah suamimu, bukan," ucapnya dengan nada lembut, "emang ini suamimu, Manis. Asoka Bramasta Kusuma." Mulutku tiba-tiba membisu mendengar suara yang susah payah aku hindari. Terdengar suara tertawa terbahak-bahak di sambungan telepon ini."Kenapa, Manis. Katakanlah sesuatu atau aku harus mengatakan bahwa Kris sudah MA-TI." Aku langsung memejamkan mataku seje
Disaat Riri membisikkan lanjutan kata-kata ke kedua sahabatnya dengan mendekatkan wajah mereka satu sama lain."APA!" teriak Hasna dan Putri kompak.Mereka bertiga terdiam sejenak, setelah itu Hasna berucap, "Masa iya cowo setampan Asoka menikah sama nenek lampir itu?" tanya Hasna sambil mengernyit heran. Terlihat sebelah alisnya terangkat keatas.Hasna mengalihkan pandangannya ke arah Putri, "Put, kamu dengar gak dari Danu. Secara kan ayang kamu dulu cukup dekat sama Indah?"Putri mengelus dagu nya yang sedikit runcing sambil menundukkan pandangannya, "Setahu aku, dulu Danu bilangnya Indah itu sama Andre bahkan mereka mau married," ucapnya terjeda sejenak, "ya aku pikir, suami Indah itu Andre," sambungnya menatap ke kedua sahabatnya yang berada disampingnya."Emang kamu tahu darimana, Ri. Kalau Asoka itu istrinya Indah?" tanya Hasna sambil menyeruput milkshake strawberry yang di pesannya.Riri menghela nafasnya berat sebelum berucap, "Waktu itu aku saat makan siang bersama Kris di Ba
Matahari telah tertidur digantikan dengan cahaya rembulan yang menyinari bumi. Kelap kelip bintang yang bertaburan di langit menambah keindahan malam hari ini.Di tengah taman belakang rumah terdapat satu meja bundar berwarna putih dengan hidangan makan malam di atasnya lengkap dengan dua kursi dengan warna senada yang saling berhadapan satu sama. Kursi tersebut telah diduduki oleh sepasang suami istri mengenakan pakaian kasual. Tidak lupa sang suami membawa sebuket bunga yang di sembunyikan di tangan kanannya.Kunang-kunang yang berkelap-kelip di sekitar mereka tempati membuat nuansa makan malam ini terkesan romantis dan berwarna."Untukmu," ucap sang suami sambil memberikan sebuket bunga dan langsung diterima oleh sang istri."Ya ampun, Kris. Kalau ngasih itu bunga bank bukannya bunga mawar merah," ucap Riri sambil menghirup aroma bunga yang berada di tangannya."Kalau kamu tidak suka buang saja," ucap Kris ketus sambil memalingkan wajahnya.Riri langsung mengelus punggung tangan Kr