Home / Romansa / Dua Puluh Tahun Dalam Sandiwara / 31. akan kubuat menyesal

Share

31. akan kubuat menyesal

Author: Ria Abdullah
last update Last Updated: 2023-05-23 08:00:56

Jika ini sudah akhir dari hubungan kita, jika ini penutupan dari episode panjang tentang kebahagiaan dan keromantisan serta keharmonisan keluarga ini maka aku akan menutupnya dengan lembaran baik lalu menguncinya dan menyimpannya rapat-rapat sebagai kenangan.

Aku bersumpah dan berjanji kepada diriku sendiri bahwa aku akan membuat Mas Faisal menyesal karena telah meninggalkan diri ini dan lebih memilih Rima. Aku bersumpah aku akan tumbuh menjadi wanita yang mandiri dan menunjukkan padanya bahwa aku masih bisa sukses tanpa kehadirannya.

*

Setelah terakhir kali dia datang dan menggamparku, hubungan kami jadi kaku dan tidak ada saling tegur sapa antara aku dan Faisal. Dia jadi jarang pulang, kalau pun pulang dia hanya mengambil pakaiannya lalu pergi begitu saja.

Tidak ada tegur sapa meski kami saling menatap. Aku bergengsi menyapanya begitupun dia yang itu juga tidak mengatakan apa-apa. Mendadak kami menjadi seperti orang asing yang benar-benar seakan tidak saling mengenal tidak pernah me
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (6)
goodnovel comment avatar
Tari Emawan
suami serakah, maunya dua istri, adil cuma milik Nabi. ga ada manusia yg mampu berbuat seadil Rasul. oiya thor, bikin happy pembaca dong
goodnovel comment avatar
Nurli Eriza
hihi . knp jd mau jd tkg cuci dasar oon
goodnovel comment avatar
Nurli Eriza
nah gitu dong dr kemaren2 punya tekad jgn cuma sibuk nangis dan mengenang2 y tdk perlu. bangkit dong muti, jgn sibuk cengeng.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dua Puluh Tahun Dalam Sandiwara    32 perpisahan

    Tidak mau buang waktu lama setelah percakapan demi percakapan yang menyakitkan hati maka kau putuskan untuk menghubungi pihak pengacara untuk mempercepat proses pengadilan dan menyelesaikan gugatan perceraian antara Aku dan Mas Faisal.Aku minta kepada kuasa hukum agar dia segera membela dan memenangkan gugatanku, juga agar tuntutanku atas nafkah dan hak anak terpenuhi. Aku tidak akan melepaskan Mas Faisal pergi begitu saja tanpa bertanggung jawab kepada sisa perjalanan hidup putra dan putrinya. Dia harus tetap membiayai anak-anaknya apapun yang terjadi.Aku tidak ingin sisa perasaanku yang ada untuk Mas Faisal menghambat keinginanku untuk berpisah darinya. Aku harus membedakan logika, realitas dan perasaanku. Aku harus membedakan mana yang merupakan kepentingan dan mana keegoisan. Benci dan dendam tapi aku tidak akan mengedepankan semua emosi negatif itu untuk segera berpisah.Untuk akhirnya mengalah karena aku sudah lelah makan hati oleh rasa iri dan kecewa terhadap perbuatan Mas Fa

    Last Updated : 2023-05-24
  • Dua Puluh Tahun Dalam Sandiwara    33. berkat

    Berkat pertengkaran itu aku dan Mas Faisal jadi berjarak, segera dengan penuh emosi dan nafas yang memburu lelaki itu masuk ke dalam rumah dan mengambil pakaiannya yang ada di kamar. Aku mengikutinya pelan-pelan karena ingin tahu apa yang akan dia lakukan. Ternyata dia mengambil cover dari atas lemari lalu memasukkan sisa pakaian yang ada ke dalamnya.Dengan kasarnya ialah takkan pakaian-pakaian itu dan beberapa aksesoris miliknya ke dalam koper dengan cara sedikit dilempar dengan keras. Botol-botol parfum berdentingan karena dihempaskan olehnya. Aku terdiam sambil berdiri dan menatap semua adegan itu tanpa banyak bicara."Jika ini keinginanmu maka aku akan pergi sekarang juga dari kehidupanmu, tapi jangan pernah kau menyesal!" Entah kenapa dia mengatakannya dengan emosi. Dia masih ingin mencoba mempengaruhi keluarga aku mengubah keputusan dan segera minta maaf padanya. Tapi sayangnya aku sudah tidak peduli lagi. Bagiku semua ucapan dan ancaman itu sudah tidak berguna lagi karena ap

    Last Updated : 2023-05-24
  • Dua Puluh Tahun Dalam Sandiwara    34. tepat

    Ya, tepat di penghujung Ramadan, minggu kemarin, palu diketuk tanda bahwa kami sudah sah berpisah, surat cerai telah terbit dan tinggal diambil saja. Di penghujung Ramadan ini aku mendapatkan hadiah kehilangan suami, keluarga hancur dan Hadiah hari raya tanpa orang terkasih. Yang biasanya berlima, jadi hanya berempat saja.Seperti biasa, selalu ada sesi foto keluarga, di mana aku dan Mas Faisal akan duduk di kursi dan ketiga anak kami akan berdiri di belakang dengan senyum bahagia dan baju baru mereka. Tapi kali ini semuanya terasa berbeda dan menyedihkan, aku sendirian duduk di kursi sementara ketiga anakku berdiri dan mengapit diri ini. Ada kepedihan yang sulit kubahasakan di dalam hatiku tapi aku berusaha menahannya dengan senyum. Ada sensasi pilu yang mendesak di lubuk hatiku, tapi tidak lucu rasanya menangis di hari raya sementara semua orang merayakan kemenangan karena sudah berhasil menjalankan ibadah puasa selama 30 hari.Di lubuk hati yang terdalam aku merasa kehilangan da

    Last Updated : 2023-05-24
  • Dua Puluh Tahun Dalam Sandiwara    35. ied

    Kamu masuk ke dalam rumah mertua aku dengan perasaan canggung yang tidak terkira. Ada banyak sekali anggota keluarga dan kerabat serta tetangga dari ayah ibu mertua yang terkenal baik dan ramah kepada lingkungan di sekitarnya.Para iparku berkumpul bersama pasangan masing-masing juga lengkap dengan keponakan, melihatku datang mereka semua yang tadinya tertawa bahagia dan bercanda-canda langsung terdiam dan memperhatikan Mas Faisal beserta istrinya. Nampaknya aku mengerti Kalau mereka mulai merasa tak nyaman dan canggung sekali."Assalamualaikum," ucapku dengan nada suara yang nyaris saja bergetar karena aku sendiri juga tidak tahu harus bagaimana dengan situasi ini."Waalaikumsalam," ucap ayah mertua yang sedang duduk di sisi cucu kesayangannya, Siapa lagi kalau bukan pemuda tampan yang berkulit bening dengan rambut sedikit panjang yang di belah tengah. Dia masih menggunakan perban dan alat bantu di kakinya dan duduk di atas kursi roda.Melihatku dan ketiga saudara kandungnya datang,

    Last Updated : 2023-05-25
  • Dua Puluh Tahun Dalam Sandiwara    36. jangan kasar

    Mendapatkan jawaban rima yang begitu arogan aku hanya tersenyum, tersenyum dengan segala rasa lucu yang kini menggelitik hatiku. Dia merasa memenangkan segalanya padahal sebenarnya ...ah, aku tidak akan menyebutnya tokoh antagonis karena yang antagonis di sini adalah mas Faisal.Aku memilih untuk memenangkan diriku, memenangkan hati dan perasaanku. Tidak lagi melayani perdebatan apalagi merusak momen di hari raya."Baiklah, semuanya mohon tenang dan diamlah, ini adalah hari raya di mana kita seharusnya bahagia dan saling memaafkan. Ayo anak anak, kalau kalian sudah selesai bermaafan dengan kaki nenek kalian maka kita harus segera pulang," ujarku pada anak anakku."Lho kok cepat?" Tanya ibu mertua. Aku tahu dia sedikit tidak nyaman karena anak-anak belum makan. Tapi aku tidak mau lebih lama lagi di tempat itu karena itu akan menimbulkan sakit hati yang lebih dalam lagi."Sudah cukup ibu, terima kasih atas kebaikan dan keramahan keluarga ibu. Saya beruntung sekali bisa berada di sini da

    Last Updated : 2023-05-25
  • Dua Puluh Tahun Dalam Sandiwara    37. sore harinya

    Usai makan, kuminta anak-anakku untuk beristirahat meredakan kesedihan hati dan kemurungan yang mereka rasakan. Aku tahu tahun ini kami benar-benar berada dalam situasi yang dilema dan sedih. Anak-anak sedang berada di fase kesulitan menerima kenyataan tapi aku tahu mereka perlahan-lahan akan mengerti. Sulit memang, memaksa keadaan menjadi cepat berubah seperti ini. Dari rumah yang tadinya memiliki imam jadi tidak punya peneduh dan pengayom. satu-satunya tumpuan harapan hanya Heri tapi Herri memutuskan untuk berangkat ke luar negeri melanjutkan program beasiswa S2 yang merupakan kesempatan yang tidak boleh disia-siakan. Sebagai ibu yang baik aku tidak akan menghalangi keinginannya. Tapi jujur aku tidak mau dia pergi ke sana disebabkan bentuk pelarian atas kekecewaan dia kepada ayahnya.Aku masih belum membicarakan rencana jangka panjang tentang kelangsungan anak-anak dan juga rencana Heri, kami terlalu sibuk hingga akhir-akhir ini sering luput dalam kesibukan masing masing.*Menjela

    Last Updated : 2023-05-25
  • Dua Puluh Tahun Dalam Sandiwara    38. ada apa

    "Ada apa kau ke sini Mas?" tanyaku dengan tatapan dingin."Aku ingin ....""Bukannya tadi kami sudah bersalaman dengan ayah? Untuk apa Ayah mengulang datang lagi?" tanya Felicia."Apa ayah merasa menyesal menyakiti kami, percuma, kami tidak akan memaafkan ayah!" Rena, putriku yang paling sakit hati dan dendam dengan ayahnya nampak tidak mampu menyembunyikan emosinya."Ayah datang ke sini Untuk mengantarkan THR lebaran kalian," ujarnya sambil merogoh saku."Apa sekarang Ayah ingin membeli harga diri kami agar kami mengalah dan menerima pernikahan ayah?" Tanya Rena. " Seberapa banyak uang itu?""Kok kalian jadi begini sama ayah?" tanya Mas Faisal yang berusaha tetap sabar dan tenang, tapi anak anak sudah terlanjur marah."Meski rumah ini adalah pemberian ayah, tapi sungguh kami tidak mau ayah datang lagi. Tolong jangan menyakiti Umi dan adik-adik saya dengan kehadiran ayah.""Ayah masih ada hak lho di sini. Masa Iddah ibu kalian masih tiga bulan lagi!""Tapi itu bukanlah alasan yang pa

    Last Updated : 2023-05-26
  • Dua Puluh Tahun Dalam Sandiwara    39. oh begitu

    "Oh, eh, be-begitu ya?" Entah kenapa sahabatku jadi panik dan gelagapan di hadapanku. Dia terlihat bersalah mengajakku bekerja sementara di sisi lain aku menggeleng di hadapannya agar dia tetap bersikap santai dan tenang-tenang saja."Alhamdulillah aku mendapatkan suami yang romantis dan mapan. Dia memperlakukanku dengan penuh cinta dan memberiku hadiah bertubi-tubi yang tidak pernah kuduga. Tak kusangka dia telah mencintaiku lebih lama dari perkiraanku," ucapnya dengan tawa berderai. Dia memang bicara kepada Puji tapi dia sesekali melirikku dengan maksud untuk menyindir dan menyakiti perasaan ini.Aku mulai bersikap acuh tak acuh juga, tidak perduli dengan semua ungkapan dan curhatan hatinya karena aku memilih untuk sibuk menyusun emas yang ada di display."Oh ya, aku suka cincin yang disusun oleh wanita itu. Coba bawa kemari satu cincin bermata ungu!" Entahnya sambil melirik diriku dengan tatapan yang arogan. Dia tidak menyebutku dengan nama atau apa tapi dia menyebutku dengan kata

    Last Updated : 2023-05-26

Latest chapter

  • Dua Puluh Tahun Dalam Sandiwara    123. akhirnya minta maaf

    Hari ini adalah hari Minggu dan minggu ini terasa terasa damai karena udara berhembus sejuk dan matahari bersinar dengan cerah. Daun-daun tumbuhan yang ada di sekitar rumah nampak hijau dan bunganya bermekaran, aku merasa senang menatapnya, perasaanku juga lebih cerah karena kelima anak kami berkumpul di rumah. Pukul 07.00 pagi kusiapkan sarapan lalu kami berkumpul di meja makan untuk sarapan bersama dan membicarakan impian-impian kami di masa depan. Anak-anak juga mengutarakan harapan mereka tentang karir dan kehidupan pribadinya, termasuk Nanda dan Nindy yang sebentar lagi akan menyandang gelar sarjana kedokteran.Kami juga membicarakan strategi bisnis dan bagaimana Mas Rusdi bertahan dengan kencangnya krisis dan persaingan antar perusahaan. Seperti biasa suamiku selalu memberikan arahan dan contoh-contoh kebijakan kepada kelima anak kami agar mereka punya bekal di masa depan dan belajar dari pengalaman itu.Tring....Saat kami asik sarapan, tiba-tiba ponselku berdering dari atas

  • Dua Puluh Tahun Dalam Sandiwara    122. ya!

    Ya, waktu bergulir digantikan dengan hari dan musim-musim yang baik. Hubunganku dengan orang-orang sekitar juga jadi lebih baik, pun hubunganku dengan keluarga suamiku, serta dengan keluarga ayahnya anak anak. Mantan mertua yang dulu pernah sangat membela rima dan menyudutkanku, kini berbalik arah menjadi seperti semula baik dan penuh perhatian.Di akhir pekan kami sudah canangkan untuk berkumpul dengan keluarga sebagai bentuk quality time kami. Kadang pergi ke keluarganya Mas Rusdi kadang juga pergi ke keluargaku atau mungkin kami semua akan pergi piknik ke suatu tempat. Senang rasanya mengumpulkan kerabat dan keluarga besar di satu tempat lalu kami makan nasi liwet atau menikmati Barbeque sambil bercanda tawa dan melepas kerinduan.Tidak ada lagi permusuhan dan pertengkaran, terlebih sekarang anak-anak mendewasa dan mulai sibuk dengan kegiatannya menghasilkan uang, Rina juga semakin giat bekerja karena dia yang paling punya rencana untuk segera menikah.*Suatu hari aku dan Mas

  • Dua Puluh Tahun Dalam Sandiwara    121. tidak lama kemudian

    Tidak lama kemudian setelah aku mengatakan itu mas Faisal keluar dari ruang sidang dengan didorong oleh Reno. Polisi memberi kesempatan kepada Rima untuk berpamitan kepada suami dan anaknya. Saat baru saja selesai berdebat denganku wanita itu kemudian beralih kepada suaminya sambil memicingkan mata dengan kesal."Hah, suamiku ...." Wanita itu tertawa sih ini sambil memandang Mas Faisal sementara suaminya menjadi heran dengan tingkah istrinya."Rima, maaf karena tidak ada yang bisa kulakukan untuk mendukungmu.""Tentu aja tidak," ucap wanita itu sambil bertepuk tangan ke wajah suaminya. "Kau sedang berada di kubu mutiara, suami dan anakku sudah berpaling dariku dan lebih memilih mantan istrinya. Aku bisa apa?!" Ucapnya Sambil tertawa dan memukul dadanya sendiri. Reno merasa tidak enak pada kami segera mendekat dan mencoba merangkul ibunya."Mama, tenangkanlah diri mama, kami akan cari pengacara agar mama bisa mendapatkan sedikit keringanan hukuman dan tetaplah bersikap baik selama be

  • Dua Puluh Tahun Dalam Sandiwara    120. semoga

    Aku masih terdiam memikirkan percakapan kami beberapa saat yang lalu di rumah Mas Faisal. Sementara suamiku di sisiku mengemudi dengan tenang sambil mengikuti beberapa senandung lagu yang diputar di radio."Aku minta maaf ya Mas, aku sempat berpikiran negatif tentang dirimu._"Suamiku hanya menarik nafasnya lalu tersenyum dan menggeleng pelan,"Siapapun bisa berprasangka jika tidak diberi keterangan dengan lengkap. Kalau hanya mendengar berita sepotong-sepotong saja kadang seseorang akan menjadi salah paham. Karena aku menyadarinya, maka aku meluruskannya.""Kenapa kau tidak merasa tersinggung sama sekali atau kecewa padaku yang sudah berprasangka?""Kenapa aku harus bersikap sensitif kepada istriku? Wanita adalah tulang rusuk, kalau dia dipaksa lurus, atau dengan kata lain dia dipaksa untuk selalu pengertian dan memahamiku, maka itu adalah keputusan yang salah.""Aku terkejut karena kau sangat pengertian Mas.""Aku selalu pengertian dari dulu," jawabnya sambil membelokkan kemudi mob

  • Dua Puluh Tahun Dalam Sandiwara    119. suami pandai

    "Agak lama rupanya kalian membuat kopi ya," ucap Mas Rusdi sambil menatap diriku dan Reno yang canggung karena dicurigai olehnya."Kami berbincang sebentar, berbasa-basi sambil saling menanyakan kabar karena aku dan reno sudah sama tidak saling menyapa secara pribadi."Lelaki yang telah menjadi suamiku selama 2 tahun lebih itu menatap aku dan mantan suamiku secara bergantian lalu anak tiriku."Aku menangkap kecurigaanmu terhadapku dan aku tahu pasti Reno sudah memberitahu semuanya," ujar Mas Rusdi."Aku tidak mengerti apa yang kau katakan Mas, ayo minum kopinya," ucapku sambil meletakkan cangkir kopi di depannya."Melalui kesempatan ini aku ingin bicara dari hati ke hati dengan kalian, terutama dengan Faisal.""Ada apa?" tanya Mas Faisal dengan wajah sedikit kaget dan bingung."Aku minta maaf karena apa yang kulakukan sudah sejauh ini cukup menyakiti perasaanmu tapi aku tidak punya pilihan lain untuk mengungkapkan kebenaran sehingga aku harus membawa istrimu ke rumahku. Percayalah,

  • Dua Puluh Tahun Dalam Sandiwara    118. iya

    Melihat sikap suamiku yang seolah berbeda dari kenyataannya, Aku jadi penasaran sudah sejauh apa yang dia lakukan untuk melindungi kami. Aku memang mencintainya dan percaya padanya aku yakin atas semua keputusan dan tindakannya tapi aku tidak ingin dia terlalu berlebihan dan sampai berlumuran dosa.Dosa kemarin saja belum dicuci dan ditebus apalagi sekarang ditambahkan dengan dosa-dosa yang baru. Sungguh aku tak sanggup. Kini kami menyambangi Mas Faisal yang terlihat terbaring di sebuah kasur yang sudah disediakan di ruang tv. Dari dulu kebiasaannya Ia memang suka berada di ruang tengah kalau sedang sakit, agar dia bisa melihat aktivitas anggota keluarga dan tetap bersama dengan orang orang yang dia cintai sepanjang waktu. Tapi itu dulu, saat bersamaku. Kami basa basi sejenak, hingga akhirnya Mas Faisal meminta Reno untuk membuatkan minuman ke dapur."Reno, minta asisten untuk membuatkan kita minuman.""Si mbak lagi libur Pa, aku aja yang buatkan," jawabnya."Biar umi bantu," ujar

  • Dua Puluh Tahun Dalam Sandiwara    117. tentang reno

    Minggu-minggu ini aku dan keluargaku sangat sibuk, setelah berkutat dengan kasus tentang Rima, anak-anakku disibukkan dengan bergantian menjenguk dan menjaga ayah mereka. Seminggu aku tidak keluar rumah karena sibuk mengurusi suami dan anak-anakku. Aku juga melakukan healing dengan membereskan perabotan dan menata koleksi piring keramik yang kusukai. Juga aku juga pergi menghabiskan waktu dengan mas Rusdi untuk menenangkan pikiranku dari beberapa konflik yang terjadi di minggu-minggu kemarin.Banyak hal yang sudah kami bicarakan, terkait rencana di masa depan, bagaimana kelancaran usaha serta pendidikan anak-anak. Aku dan suamiku berkomitmen untuk tetap bekerja keras demi keluarga kami. Meski suamiku sudah dibilang pensiun dengan semua usaha dan kekayaannya serta sudah punya banyak investasi tapi tidak menjadikan hal itu sebagai alasan untuk berleha-leha saja. Kami berkomitmen untuk tetap giat sambil menghabiskan masa-masa bersama dengan bahagia.Kami juga menyempatkan waktu untuk

  • Dua Puluh Tahun Dalam Sandiwara    116

    Hatiku memanas mendengar ungkapan dan kejujurannya, ternyata selama ini dia dan Mas Faisal mempermainkan perasaan dan akalku. Mereka memanfaatkan ketulusan hatiku untuk bersenang-senang dan menertawai kepolosanku yang selalu percaya pada suami, aku seperti mainan yang ditonton dari jauh dan ditertawakan. Aku seperti lelucon yang layak dijadikan komedi dan seperti hiburan gratis bagi mereka berdua. Miris dan menyakitkan sekali. Wanita itu masih tertawa di hadapanku sementara aku tetap tenang memperhatikan ia berbahagia dengan semua ilusi di dalam hatinya, kubiarkan ia mengenang masa lalu karena mungkin dengan begitu ia bisa meredakan penderitaan di hatinya atas kenyataan yang ada. Sekalipun dia bahagia telah menipuku tapi kenyataan yang ada di depan matanya tidak bisa dihindarkan, penjara dan hukuman sudah menunggu, tidak ada yang bisa menyelamatkan dia karena bukti sudah kuat dan saksi juga telah memberikan keterangannya.Dia masih tergelak, tergelak, menertawai kebodohanku yang sela

  • Dua Puluh Tahun Dalam Sandiwara    115. melihat Rima

    Banyak yang terjadi setelah aku pulang dari rumah sakit, aku dan ketiga putra putriku sempat duduk di ruang keluarga untuk membahas masalah ayah mereka yang sakit, dan tentang apa yang akan terjadi di masa depan, antara mereka, Reno dan ayah mereka."Kami tidak masalah memperbaiki hubungan dan menerima mereka baik baik, tapi kalau si Reno banyak tingkah tentu saja aku tidak akan tahan," ujar Rena."Dengan apa yang terjadi kurasa anak itu sudah banyak belajar Kak," ujar Felicia sambil menatap kedua kakaknya."Aku harap begitu, dalam konflik yang terjadi di keluarga kita ini ... tidak ada seorangpun yang menang, ibaratnya, menang jadi arang dan kalah jadi abu.""Hmm, benar, tapi Umi tidak pernah merasa berkompetisi dengan tante Rima. Tante rimalah yang menganggap Umi sebagai saingan dan selalu berusaha mengalahkannya, ujungnya dia pusing sendiri lalu putus asa dan mengambil jalan pintas yang tidak ia pikirkan konsekuensinya. Sekarang, setelah semuanya hancur barulah timbul penyesalan d

DMCA.com Protection Status