Share

Bagian 26

Author: Isna Arini
last update Last Updated: 2024-12-23 13:28:40

Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti 26

"Ga, temani aku makan," pintaku pagi ini.

Sudah lama sekali sejak kami kembali dari yayasan, Saga tak pernah sama sekali makan denganku. Dia selalu menolaknya. Jika aku minta makanan, dia akan selalu mencarikannya seperti biasanya. Tapi tak pernah sama sekali mau diajak makan seperti dulu. Saga seperti sengaja menjaga jarak dariku.

"Maaf, Sha, aku lagi tak ingin sarapan. Tadi udah makan buah pagi-pagi." Lagi-lagi Saga menolaknya.

"Kamu kenapa sih?"

"Kenapa, ada yang salah?" Saga balik bertanya.

"Kamu kaya sengaja menjauhiku."

Saga tertawa. "Bagaimana aku bisa menjauhi orang yang harus aku jaga."

Aku mendengkus kesal, bukan itu maksudnya. "Aku ada salah sama kamu?"

Lagi-lagi Saga tertawa. "Bagaimana bos bisa salah pada anak buah."

Makin gemas rasanya dengan semua jawaban Saga.

"Aku bukan bosmu, Ga. Bian yang gaji kamu."

"Kamu istri Pak Bian, artinya bosku juga.

"Sagara ...."

"Iya, Sha."

"Aku tak mau makan jika kamu tak ikut makan kali ini." Ak
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Jusnah
ada say ada semangat up ...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 27

    Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti 27Malam ini Mama tidur di kamarku, setelah puluhan purnama kami bisa kembali tidur bersama. Hari ini, aku benar-benar merasakan sesuatu yang berbeda. Seharian bercengkrama dengan Mama, makan malam bersama dan diakhiri dengan tidur di kamar yang sama. Tentang obrolan tadi siang, aku masih tak memiliki jawaban. Awalnya aku begitu ingin pergi dari keluarga ini, tapi setelah Mama kembali membujukku kenapa aku jadi bimbang. "Ma, apa Mas Bian suka tidur dengan Mama dulu saat masih kecil?" Aku bertanya sambil menunggu rasa kantuk menyapa. "Tidak, sejak usia dua tahun, Bian benar-benar tidur sendiri. Papanya tak mengijinkan untuk ditemani. Katanya anak laki-laki harus kuat, dan mandiri."Aku mengangguk kepala samar, pantas saja Bian iri padaku. Dulu saat di rumah, Mama kadang kala masih sempat untuk tidur denganku. Apa karena ini juga Papa tak sayang padaku. Karena Mama terlalu perhatian padaku."Lalu Cenna, apakah anak itu juga mandiri seperti Mas Bian?"

    Last Updated : 2024-12-23
  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 28

    Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti 28"Aku hanya sudah terbiasa denganmu, lima tahun bukan waktu yang singkat. Bagaimana bisa kita berpisah begitu saja." Aku beretorika. Menutupi rasa entah apa namanya. Aku hanya tak ingin berpisah dengan Saga. Bagiku dia adalah seorang yang sangat berharga. Aku merasa nyaman, berharga dan dilindungi saat bersama dia. Kalau saja aku belum menikah dengan Bian, andai saja kami bertemu lebih cepat. Jika aku bisa memilih, mungkin lebih baik aku dititipkan di yayasan tempat Saga tumbuh dewasa. Ah, apa yang aku pikirkan ini. Padahal aku sudah mau berdamai, berniat untuk menghadapi ujian ini dengan baik. Tapi kenapa malah berandai-andai."Bisa, semua atasan dan bawahan akan berpisah pada akhirnya," balas Saga dengan santainya. Saga benar-benar manusia robot, dia tak pernah menampakkan perasaannya. Atau hanya aku saja yang tidak peka. Entahlah. Pria di depanku ini selalu misterius buatku. Bukan hanya dia, tapi juga Bian. Aku ini benar-benar wanita yang tak p

    Last Updated : 2024-12-24
  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 29

    "Apa maksudnya, Mbak?" Aku bertanya dengan kebingungan. Dinikahkan dengan pria pilihan dia, bagimana bisa. Bian tak bilang seperti itu. Dia bahkan tidak rela jika aku menikah dengan pria lain apalagi anak ini anak perempuan. Kenapa pria itu berbicara tak sama antara padaku dan pada istri pertamanya."Upss, suamiku tak bilang padamu rupanya. Pantas saja kamu begitu bahagia dan mau saja melayaninya. Padahal kurasa perhatiannya padamu ini hanya bentuk usaha untuk mengurangi rasa bersalahnya."Aku makin tidak mengerti dengan ucapannya. "Tapi karena udah terlanjur tahu, aku kasih tahu sekalian. Kami berniat menikahkan kamu dengan pria lain setelah berpisah dengan Bian. Aku tak mau kamu menganggu keluarga kami.""Kami?" Aku mengulang kata itu. Penasaran dengan kata kami yang diucapkan oleh Mbak Ivanka Siapa saja yang memiliki niatan seperti itu. "Iya kami semua keluarga angkatmu itu tahu.""Mama tau juga.""Tahu, tentu saja.""Dan dia setuju?" Aku seakan tak percaya. Mama tak mungkin me

    Last Updated : 2024-12-24
  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 30

    Sampai di rumah sakit, beberapa perawat sudah menunggu di depan pintu masuk. Sepertinya Bian sudah menghubungi pihak rumah sakit. Sejak awal kehamilan, kami memang sudah berkonsultasi dengan dokter di rumah sakit ini. Akan melahirkan di sini, dan memberitahu semua hal yang kami inginkan terkait dengan kehamilanku. Aku langsung dibawa ke ruang pemeriksaan ditemani oleh Saga. Memang hanya dia yang selalu ada bersamaku. Ternyata aku sudah mengalami pembukaan, kelahiran bayi ini maju dua minggu dari perkiraan. Aku tetap meminta melahirkan secara normal selagi masih bisa dilakukan dan tidak berbahaya bagiku terutama untuk anakku. Pembukaan berjalan lebih cepat daripada saat melahirkan Cenna, bayi ini ingin cepat melihat dunia. Dia akan jadi penghibur buatku yang selalu kesepian. Selama proses melahirkan, Saga yang menemaniku hingga bayi perempuan itu lahir. Bahkan dia juga yang mengazani. Katanya Bian akan sampai nanti, padahal aku sudah dipindahkan ke ruang perawatan."Sebentar lagi Pa

    Last Updated : 2024-12-24
  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 31

    POV Biantara Aku tertegun beberapa saat ketika melihat Nala dalam balutan busana muslim. Dia tampak anggun dan elegan. Kini aku melihat wanita cantik dalam definisi yang berbeda. Dulu aku melihat kecantikan itu dari sudut pandang yang seksi dan menggoda seperti yang dimiliki Ivanka. Tapi kini, cantik yang kulihat dalam diri Nala adalah keanggunan. Entah baju siapa yang dia pakai, tapi itu sangat pas di tubuhnya yang ramping. Meskipun dia tengah hamil tiga bulan, tapi perutnya belum begitu terlihat. Apalagi jika dia memakai baju longgar seperti itu. Dulu aku selalu mengatakan pada rekanku. "Aku mencari istri bukan pembantu. Wanita yang cantik dan bisa dibanggakan, tidak memalukan jika dibawa kemana saja. Tak perlu pandai memasak dan mengurus anak." Tapi kini saat benar-benar berumah tangga, aku ternyata mengharapkan sosok wanita yang mau melayaniku saat di rumah. Tidak terlalu mandiri dan bergantung padaku. Lebih banyak menurut daripada menuntut dan itu aku lihat ada di dalam diri

    Last Updated : 2024-12-24
  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 32

    "Kenapa akhir-akhir ini kamu sering ke luar kota. Ini sudah hampir berlangsung lima bulan lamanya." Ivanka bertanya dengan nada curiga padakuSetelah hampir lima bulan aku rutin pergi ke rumah Nala, akhirnya Ivanka seperti mulai menyadarinya. "Banyak kerjaan, Yang. Papa memintaku melakukan semuanya sendirian.""Kamu gak lagi berdusta, kan. Jangan-jangan kamu punya wanita simpanan.""Astaga, siapa wanita simpananku." Aku kadang merasa frustasi dengan sikap Ivanka yang terlalu mencurigaiku. "Nala, jangan bilang kamu pergi setiap bulan menemui wanita itu," cecar Ivanka. Aku menelan ludah kasar, bagaimana bisa Ivanka berpikir tepat seperti itu. Apakah semua wanita seperti ini, memiliki insting kuat atas apapun dilakukan laki-laki. Apa dia bertanya pada Saga. Setahuku dia hanya memastikan jika aku pamitan padanya untuk bertemu Nala dulu sebelum Nala hamil. Situasi ini jauh beda denganku, aku pernah memergoki Ivanka pergi dengan pria lain. Hanya sekali, tapi kemudian malah dia yang mara

    Last Updated : 2024-12-24
  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 33

    Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti 33POV Bian Suasana yang sempat gaduh tadi mendadak sunyi setelah kepergian Saga. Nala terlihat membuang pandangan, menatap keluar jendela kaca. Aku memunguti ponsel Nala yang berserak di lantai, kupastikan benda ini sudah tak akan berfungsi lagi. "Nanti aku belikan yang baru," ucapku sambil menyimpan serpihan benda sejuta umat itu di atas nakas.Nala mengalihkan pandangan, menatap sekilas padaku. "Tak perlu, aku tak membutuhkannya," tolak Nala. "Aku memiliki ponsel pun tak ada gunanya, hanya kamu dan Saga yang menghubungiku. Apa lagi aku akan sibuk mengurus bayi, jadi memang aku tak membutuhkan benda itu. Jika kamu ingin menghubungiku bisa lewat Saga," tutur Nala panjang lebar.Aku menghela nafas, kemudian duduk di kursi lagi, di samping Nala berada. Air mata wanita itu sesekali masih terlihat mengalir di pipinya."Terserah kamu mau memperlakukan aku seperti apa. Kau penjara aku di rumah itu pun, aku tak masalah. Tapi jangan kau nikahkan aku denga

    Last Updated : 2024-12-26
  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 34

    Setelah satu minggu menemani Nala, aku kembali ke rumah. Nala sudah pulang dari rumah sakit, di rumahnya ada pembantu rumah tangga yang datang dan pergi setiap hari untuk memasak dan membereskan rumah. Saga, tetap aku perintahkan untuk di sana. Kubilang dia boleh berhenti setelah Nala pindah ke rumah baru. Aku memang berencana melakukan hal itu. menempatkan Nala di rumah yang lebih luas dan layak. Agar ada tempat untuk pembantu rumah tangga, ada tempat yang luas untuk Hafizah bermain. Tidak perlu waktu lama, bayi itu akan tumbuh besar dan perlu ruangan luas untuk berlarian. "Pulang juga akhirnya kamu." Ivanka berkata dengan tangan bersedekap di depan dadanya. Aku yang baru saja menjejakkan kaki di ruang tamu, enggan berdebat dan memilih untuk pergi ke kamar terlebih dahulu. Tau begini, lebih baik langsung ke rumah Mama saja. Aku harap dengan mandi, akan membuat kepala lebih dingin dan berbicara dengan Ivanka tanpa kemarahan.Mungkin aku salah di mata Ivanka, diam-diam perhatian pad

    Last Updated : 2024-12-26

Latest chapter

  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 59

    POV Nala Aku menunggu Bian berganti pakaian sambil duduk di sisi ranjang seperti biasanya. Bian berganti pakaian di ruangan khusus yang ada di kamarnya. Nanti dia akan keluar dari sana setelah rapi dan kami akan pergi bersama ke ruang makan untuk sarapan. Sejak tinggal di sini, aku selalu melakukan hal seperti ini. Pura-pura ke kamar Bian, menantinya berganti pakaian, seolah semalam aku tidur bersamanya. Ini kulakukan demi Cenna, aku kucing-kucingan dengan anak itu. Bertingkah seolah aku dan Daddy-nya tidur di kamar yang sama. Kami bertingkah layaknya suami istri pada umumnya. Sesungguhnya ini sangat merepotkan. Namun, demi Cenna akan kulakukan apa saja. Aku dengar bocah itu pernah masuk rumah sakit hanya gara-gara terlalu banyak pikiran. Apalagi kini Cenna semakin dewasa semakin tahu segalanya. Aku benar-benar tak bisa tidur semalaman, setelah mendapat ancaman dari Bian di ruang keluarga. Malam tadi, aku hanya bisa mengangguk dan tak berkata apa-apa. Mungkin dari mulutnya keluar k

  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 58

    POV BianPonselku benar-benar berdering saat tengah berkendara, aku harap itu benar-benar telepon dari Ardi yang namanya sudah kuganti dengan nama Ivanka. Nala mengambil ponsel tersebut, dengan ekor mata, aku bisa melihat jika dia terkejut saat melihat layar ponselku dan aku semakin yakin itu adalah Ardi yang menelepon. "Siapa?" Aku pura-pura bertanya. "Mbak Ivanka," jawab Nala, dia terlihat tak bersemangat menyebut nama itu. "Oh." Pura-pura tak peduli saja, aku sudah bilang pada Ardi untuk menelpon setidaknya dua sampai tiga kali, agar terlihat begitu penting dan butuh. "Ini, kamu gak mau angkat?" tanya Nala."Biarin saja."Panggilan telepon kubiarkan hingga berakhir dengan sendirinya. Dan seperti yang aku minta, ponsel itu kembali berdering."Dia masih menelpon lagi," ucap Nala sambil memperlihatkan layar ponsel padaku "Terima saja, mungkin penting. kamu bisa menepi," sambungnya. Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, aku segera menepi. Jangan sampai Ardi tak mau menelpon lagi dan

  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 57

    POV Bian."Mau kemana?" tanyaku, saat melihat Nala terlihat rapi dan keluar dari kamarnya.Aku sendiri juga baru keluar dari kamar, hari ini aku tidak bekerja karena hari Minggu. Aku tak pernah tahu rutinitas Nala di rumah, ini. Dia tak pernah mengatakan apapun padaku. Tentu saja, siapa aku hingga dia harus membuat laporan hendak kemana dan mau apa. "Mau ke toko bunga," jawab Nala. "Toko bunga?" tanyaku memastikan. "Iya."Toko bunga Nala masih berada di tempat yang sama dengan kantor Ardi. Nala bilang lebih baik di sana daripada pindah lagi, karena kalau pindah seperti memulai dari awal, mencari pelanggan baru begitu katanya. Mendengar kata toko bunga aku langsung meraih tangan Nala dan membawanya masuk kembali ke dalam kamarnya. Tidak ada yang boleh tahu kalau aku berdebat dengan wanita ini, terutama Cenna. Dia selalu waspada kalau sedikit saja aku dan Nala berdebat, sepertinya dia masih ingat hari-hari dimana aku banyak menghabiskan waktu berdebat dengan Ivanka hingga akhirnya k

  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 56

    "Sampai kapan seperti ini?" tanyaku kesal. Tentu dengan bisikan juga."Sampai Cenna pergi," balas Bian."Memangnya dia masih di sana mengawasi kita," tanyaku. "Iya."Aku tidak bisa berbuat apa-apa selain pasrah dipeluk olehnya. Jika sudah berhubungan dengan Cenna, rasanya aku tak bisa membedakan salah dan benar. Tatapan matanya yang terluka itu selalu membuatku luluh. Dia sepertiku jika sedang bersedih."Kamu biasa begini dengan Mbak Ivanka?" "Kenapa, kamu cemburu?" Bian balik bertanya."Bukan begitu, bagaimana bisa kau umbar kemesraan di depan anakmu.""Biar dia tahu, bagaimana memperlakukan seorang wanita, seorang istri. Jangan kira aku tidak menjelaskan mana yang boleh dan mana yang tidak." Aku terdiam, kurasa Bian berusaha memberi contoh pada putranya bagaimana dia memperlakukan perempuan. Pasti Bian lembut dan manis pada Mbak Ivanka. Jauh beda denganku kala itu, hanya setelah aku hamil Hafizah saja dia bersikap baik padaku. Lalu kenapa dia bercerai dengan Mbak Ivanka jika keh

  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 55

    Papa menatap padaku, entah apa makna tatapan itu. Meminta jawaban dari pertanyaan Bian? "Kamu serius ingin menikah lagi dengan Nala, apa alasannya?" tanya Papa pada Bian setelah mengalihkan pandangannya dariku."Sepertinya Bian jatuh cinta pada Nala, Pa. Jadi Bian yakin dan serius," balas mantan suamiku itu.Eh, kenapa dia bilang begitu. Jatuh cinta di usia setua ini. Maksudnya, sudah punya dua anak, tentu saja sudah tua. Lalu kenapa dia bilang jatuh cinta, bikin malu saja."Papa tak bisa menjawabnya, meskipun Papa adalah papamu, tapi tidak akan memihak pada siapapun. Semua papa serahkan pada Nala karena ini menyangkut kehidupannya. Bukan begitu, Ma?" Papa bertanya kepada Mama di ujung kalimatnya."Mama setuju dengan Papa. Selama ini, Nala selalu melakukan apa yang kami minta dan katakan. Kali ini biar dia melakukan dan memilih apa yang dia inginkan," sahut Mama sambil menatap padaku."Tapi sebelum menjawab, kamu perlu tahu sesuatu, Na," ucap Papa sambil menatap padaku. Aku merasa j

  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 54 B

    "Bi, apa-apaan sih kamu ini," seruku tak suka. Bagaimana bisa dia melakukan ini, pria ini semakin sesuka hatinya saja padaku."Papa bilang apa?" tanyanya sambil menatap padaku. "Tanya begitu doang haruskah seperti ini, memasukkanku ke dalam kamar. Kamu bisa tanya nanti, dimana kek, bukan masuk ke ruangan tertutup begini," sungutku.Aku jadi ingat perkataan Papa, bagaimana jika kami lupa diri kalau keseringan masuk ke ruangan hanya berdua saja. "Aku penasaran, katakan sekarang," pinta Bian. "Papa gak bilang apa-apa, cuma bilang selamat datang," balasku singkat."Lama sekali." Bian terlihat tidak percaya."Memangnya harus secepat apa? Udah ah, aku mau keluar, mau makan. Lapar!" Aku berlalu menuju ke arah pintu."Aaaaa, satu lagi. Papa bilang, aku harus hati-hati padaku," ucapku saat aku sudah membuka pintu. "Apa maksudnya?" tanya Bian. Aku tak menjawab, memilih langsung pergi dengan setengah berlari, meninggalkan pria yang kurasa makin hari makin aneh saja. ***"Mbak, dipanggil I

  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 54

    "Santai aja, ngapain harus takut. Papa hanya ingin bicara denganmu karena kangen," ucap Bian saat melihat kegelisahanku."Ngawur kamu, Bi.""BTW, kayaknya lebih enak di panggil Mas deh," sela Bian. "Tau ah, sana aku mau pergi. Keburu papa kelamaan nungguin." Aku kembali berusaha keluar kolam Bian kembali meraih pergelangan tanganku. "Bi ....""Na, untuk sekarang ini jangan takut apapun. Ada aku, jika Papa mengatakan hal yang menyakiti hatimu, kita bisa pergi dari sini. Kita bawa anak-anak bersama kita. Ayo kita bangun keluarga baru yang sesungguhnya." Bian berkata sambil membingkai wajahku.Untuk beberapa saat, aku kembali tengelam dalam tatapan dan kata-katanya. "Aku tak mau kabur dari siapapun lagi, aku akan hadapi semuanya," ucapku sambil mengurai tangannya dari wajahku. "Jika kamu ingin membangun keluarga denganku, minta ijinlah pada Papa. Mungkin Papa bukan orang tua kandungku, mungkin Papa tak pernah menuntun dan memegang tanganku, tapi lewat kerja keras tangannya aku bisa

  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 53 B

    Aku segera pergi ke kolam renang saat sudah selesai dengan beres-beres kamar. Dari kejauhan kulihat ada Mama sedang duduk memperhatikan Bian dan dua anaknya. Aku bisa melihat Hafizah begitu senang dan menikmati bermain air bersama kakak dan juga daddynya. Aku memang tak pernah mengajaknya berenang, hanya pernah sekali waktu pergi ke baby spa saja. "Sudah sarapan?" tanya Mama."Belum, Ma, belum ingin," balasku. "Lihatlah mereka begitu bahagia. Mama akan lebih bahagia jika kamu mau menikah lagi dengan Bian. Jika kamu menikah dengannya, kamu bisa merawat anak-anak tanpa ada batasan. Apakah menikah dengan Bian bukan menjadi salah satu hal yang akan membuatmu bahagia?" Mama berkata panjang lebar diakhiri dengan pertanyaan. "Maaf, Ma. Nala masih belum bisa menjawab pertanyaan Mama. Saat ini, Nala belum yakin dengan perasaan Bian maupun perasaan Nala sendiri," balasku apa adanya. Apakah Bian ingin menikah denganku hanya karena anak-anak atau karena ingin dan ada perasaan padaku. Aku tak

  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 53

    "Berhentilah meracau dan tidurlah," kataku sembari menarik tanganku dari genggamannya."Aku tidak meracau, Na. Aku serius dengan semua perkataanku," tutur Bian sambil menatap padaku. Aku langsung membuang pandangan, tak mau jatuh dalam pesona matanya yang selalu menghujam jantungku."Tidurlah, Bi. Biar Hafizah juga tidur, aku tak mau terlalu lama di sini. Takut dikira kita ngapa-ngapain. Aku pasti yang salah kalau keluar dari kamarmu malam-malam begini.""Makanya, ayo menikah. Tidak akan ada yang peduli kita mau ngapain juga di dalam kamar kalau suami istri. Nikah, nikah, apa isi kepalanya cuma pernikahan. "Kamu pikir semudah itu kembali menikah?""Apa susahnya?""Kamu bilang apa susahnya. Apa yang kamu lakukan padaku, kau anggap tidak berdampak apa-apa padaku?" tanyaku dengan emosi tertahan. Bisa-bisa Hafizah tidak tidur-tidur jika kami terus berdebat."Tapi aku sudah berusaha membayarnya dengan berbuat baik padamu. Mengikuti semua maumu, termasuk bercerai. Aku sebenarnya tak ingi

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status