Share

Bagian 27

Author: Isna Arini
last update Last Updated: 2024-12-23 13:29:13

Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti 27

Malam ini Mama tidur di kamarku, setelah puluhan purnama kami bisa kembali tidur bersama. Hari ini, aku benar-benar merasakan sesuatu yang berbeda. Seharian bercengkrama dengan Mama, makan malam bersama dan diakhiri dengan tidur di kamar yang sama.

Tentang obrolan tadi siang, aku masih tak memiliki jawaban. Awalnya aku begitu ingin pergi dari keluarga ini, tapi setelah Mama kembali membujukku kenapa aku jadi bimbang.

"Ma, apa Mas Bian suka tidur dengan Mama dulu saat masih kecil?" Aku bertanya sambil menunggu rasa kantuk menyapa.

"Tidak, sejak usia dua tahun, Bian benar-benar tidur sendiri. Papanya tak mengijinkan untuk ditemani. Katanya anak laki-laki harus kuat, dan mandiri."

Aku mengangguk kepala samar, pantas saja Bian iri padaku. Dulu saat di rumah, Mama kadang kala masih sempat untuk tidur denganku. Apa karena ini juga Papa tak sayang padaku. Karena Mama terlalu perhatian padaku.

"Lalu Cenna, apakah anak itu juga mandiri seperti Mas Bian?"
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Jusnah
ditunggu updatenya say
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 28

    Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti 28"Aku hanya sudah terbiasa denganmu, lima tahun bukan waktu yang singkat. Bagaimana bisa kita berpisah begitu saja." Aku beretorika. Menutupi rasa entah apa namanya. Aku hanya tak ingin berpisah dengan Saga. Bagiku dia adalah seorang yang sangat berharga. Aku merasa nyaman, berharga dan dilindungi saat bersama dia. Kalau saja aku belum menikah dengan Bian, andai saja kami bertemu lebih cepat. Jika aku bisa memilih, mungkin lebih baik aku dititipkan di yayasan tempat Saga tumbuh dewasa. Ah, apa yang aku pikirkan ini. Padahal aku sudah mau berdamai, berniat untuk menghadapi ujian ini dengan baik. Tapi kenapa malah berandai-andai."Bisa, semua atasan dan bawahan akan berpisah pada akhirnya," balas Saga dengan santainya. Saga benar-benar manusia robot, dia tak pernah menampakkan perasaannya. Atau hanya aku saja yang tidak peka. Entahlah. Pria di depanku ini selalu misterius buatku. Bukan hanya dia, tapi juga Bian. Aku ini benar-benar wanita yang tak p

    Last Updated : 2024-12-24
  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 29

    "Apa maksudnya, Mbak?" Aku bertanya dengan kebingungan. Dinikahkan dengan pria pilihan dia, bagimana bisa. Bian tak bilang seperti itu. Dia bahkan tidak rela jika aku menikah dengan pria lain apalagi anak ini anak perempuan. Kenapa pria itu berbicara tak sama antara padaku dan pada istri pertamanya."Upss, suamiku tak bilang padamu rupanya. Pantas saja kamu begitu bahagia dan mau saja melayaninya. Padahal kurasa perhatiannya padamu ini hanya bentuk usaha untuk mengurangi rasa bersalahnya."Aku makin tidak mengerti dengan ucapannya. "Tapi karena udah terlanjur tahu, aku kasih tahu sekalian. Kami berniat menikahkan kamu dengan pria lain setelah berpisah dengan Bian. Aku tak mau kamu menganggu keluarga kami.""Kami?" Aku mengulang kata itu. Penasaran dengan kata kami yang diucapkan oleh Mbak Ivanka Siapa saja yang memiliki niatan seperti itu. "Iya kami semua keluarga angkatmu itu tahu.""Mama tau juga.""Tahu, tentu saja.""Dan dia setuju?" Aku seakan tak percaya. Mama tak mungkin me

    Last Updated : 2024-12-24
  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 30

    Sampai di rumah sakit, beberapa perawat sudah menunggu di depan pintu masuk. Sepertinya Bian sudah menghubungi pihak rumah sakit. Sejak awal kehamilan, kami memang sudah berkonsultasi dengan dokter di rumah sakit ini. Akan melahirkan di sini, dan memberitahu semua hal yang kami inginkan terkait dengan kehamilanku. Aku langsung dibawa ke ruang pemeriksaan ditemani oleh Saga. Memang hanya dia yang selalu ada bersamaku. Ternyata aku sudah mengalami pembukaan, kelahiran bayi ini maju dua minggu dari perkiraan. Aku tetap meminta melahirkan secara normal selagi masih bisa dilakukan dan tidak berbahaya bagiku terutama untuk anakku. Pembukaan berjalan lebih cepat daripada saat melahirkan Cenna, bayi ini ingin cepat melihat dunia. Dia akan jadi penghibur buatku yang selalu kesepian. Selama proses melahirkan, Saga yang menemaniku hingga bayi perempuan itu lahir. Bahkan dia juga yang mengazani. Katanya Bian akan sampai nanti, padahal aku sudah dipindahkan ke ruang perawatan."Sebentar lagi Pa

    Last Updated : 2024-12-24
  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 31

    POV Biantara Aku tertegun beberapa saat ketika melihat Nala dalam balutan busana muslim. Dia tampak anggun dan elegan. Kini aku melihat wanita cantik dalam definisi yang berbeda. Dulu aku melihat kecantikan itu dari sudut pandang yang seksi dan menggoda seperti yang dimiliki Ivanka. Tapi kini, cantik yang kulihat dalam diri Nala adalah keanggunan. Entah baju siapa yang dia pakai, tapi itu sangat pas di tubuhnya yang ramping. Meskipun dia tengah hamil tiga bulan, tapi perutnya belum begitu terlihat. Apalagi jika dia memakai baju longgar seperti itu. Dulu aku selalu mengatakan pada rekanku. "Aku mencari istri bukan pembantu. Wanita yang cantik dan bisa dibanggakan, tidak memalukan jika dibawa kemana saja. Tak perlu pandai memasak dan mengurus anak." Tapi kini saat benar-benar berumah tangga, aku ternyata mengharapkan sosok wanita yang mau melayaniku saat di rumah. Tidak terlalu mandiri dan bergantung padaku. Lebih banyak menurut daripada menuntut dan itu aku lihat ada di dalam diri

    Last Updated : 2024-12-24
  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 32

    "Kenapa akhir-akhir ini kamu sering ke luar kota. Ini sudah hampir berlangsung lima bulan lamanya." Ivanka bertanya dengan nada curiga padakuSetelah hampir lima bulan aku rutin pergi ke rumah Nala, akhirnya Ivanka seperti mulai menyadarinya. "Banyak kerjaan, Yang. Papa memintaku melakukan semuanya sendirian.""Kamu gak lagi berdusta, kan. Jangan-jangan kamu punya wanita simpanan.""Astaga, siapa wanita simpananku." Aku kadang merasa frustasi dengan sikap Ivanka yang terlalu mencurigaiku. "Nala, jangan bilang kamu pergi setiap bulan menemui wanita itu," cecar Ivanka. Aku menelan ludah kasar, bagaimana bisa Ivanka berpikir tepat seperti itu. Apakah semua wanita seperti ini, memiliki insting kuat atas apapun dilakukan laki-laki. Apa dia bertanya pada Saga. Setahuku dia hanya memastikan jika aku pamitan padanya untuk bertemu Nala dulu sebelum Nala hamil. Situasi ini jauh beda denganku, aku pernah memergoki Ivanka pergi dengan pria lain. Hanya sekali, tapi kemudian malah dia yang mara

    Last Updated : 2024-12-24
  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 33

    Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti 33POV Bian Suasana yang sempat gaduh tadi mendadak sunyi setelah kepergian Saga. Nala terlihat membuang pandangan, menatap keluar jendela kaca. Aku memunguti ponsel Nala yang berserak di lantai, kupastikan benda ini sudah tak akan berfungsi lagi. "Nanti aku belikan yang baru," ucapku sambil menyimpan serpihan benda sejuta umat itu di atas nakas.Nala mengalihkan pandangan, menatap sekilas padaku. "Tak perlu, aku tak membutuhkannya," tolak Nala. "Aku memiliki ponsel pun tak ada gunanya, hanya kamu dan Saga yang menghubungiku. Apa lagi aku akan sibuk mengurus bayi, jadi memang aku tak membutuhkan benda itu. Jika kamu ingin menghubungiku bisa lewat Saga," tutur Nala panjang lebar.Aku menghela nafas, kemudian duduk di kursi lagi, di samping Nala berada. Air mata wanita itu sesekali masih terlihat mengalir di pipinya."Terserah kamu mau memperlakukan aku seperti apa. Kau penjara aku di rumah itu pun, aku tak masalah. Tapi jangan kau nikahkan aku denga

    Last Updated : 2024-12-26
  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 34

    Setelah satu minggu menemani Nala, aku kembali ke rumah. Nala sudah pulang dari rumah sakit, di rumahnya ada pembantu rumah tangga yang datang dan pergi setiap hari untuk memasak dan membereskan rumah. Saga, tetap aku perintahkan untuk di sana. Kubilang dia boleh berhenti setelah Nala pindah ke rumah baru. Aku memang berencana melakukan hal itu. menempatkan Nala di rumah yang lebih luas dan layak. Agar ada tempat untuk pembantu rumah tangga, ada tempat yang luas untuk Hafizah bermain. Tidak perlu waktu lama, bayi itu akan tumbuh besar dan perlu ruangan luas untuk berlarian. "Pulang juga akhirnya kamu." Ivanka berkata dengan tangan bersedekap di depan dadanya. Aku yang baru saja menjejakkan kaki di ruang tamu, enggan berdebat dan memilih untuk pergi ke kamar terlebih dahulu. Tau begini, lebih baik langsung ke rumah Mama saja. Aku harap dengan mandi, akan membuat kepala lebih dingin dan berbicara dengan Ivanka tanpa kemarahan.Mungkin aku salah di mata Ivanka, diam-diam perhatian pad

    Last Updated : 2024-12-26
  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 35

    "Kenapa menatapku seperti itu. Aku gemuk, jelek, bengkak kayak gajah?" tanya Nala bertubi-tubi setelah meletakkan Hafizah di box bayi. Wanita itu baru selesai memberi ASI dan menidurkan putrinya. Aku tidak sengaja melihat momen dia begitu perhatian dan sayang pada Hafizah karena masuk ke kamarnya. Hendak mengambil tab milikku yang tertinggal di atas nakas. Ini hari ke-dua aku datang dan menginap di rumah ini setelah kelahiran bayi itu. "Aku memang gemuk dan bengkak, tapi aku bahagia karena bisa memberikan ASI pada putriku. Tidak seperti dulu, aku memang tetap langsing tapi anakku minum susu formula." Nala masih melanjutkan ucapannya. "Enggak, kamu tetap cantik dengan tubuh seperti apapun," balasku sambil berlalu menuju tempat di mana gadgetku berada. Tak perduli dengan reaksi Nala dengan kosakata yang barusan aku ucapkan. Lagi pula dia tak terlalu gemuk, hanya sedikit lebih berisi dari sebelumnya. Aku segera mengambil tab milikku dan berniat kembali keluar kamar yang kurasa makin

    Last Updated : 2024-12-26

Latest chapter

  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 41

    Bian berjalan perlahan ke arahku, dia tidak menuju ke arah Saga dan ingin mengamuk padanya. Apa sekarang dia akan marah padaku."Tenang saja, kamu tak perlu lagi khawatir pada Nala. Ada aku yang akan menjaganya," ucap Bian sambil merangkul pinggangku dan memeluknya dengan erat. "Mulai sekarang, kamu bisa fokus pada kehidupanmu sendiri. Aku dengar setelah ini kamu akan berhenti dari profesi ini, bukan begitu, Sayang?" Ujar Bian lagi sambil mengeratkan pelukannya dan menatap padaku.Aku yang tidak menyangka Bian akan melakukan hal itu padaku hanya bisa melongo dibuatnya. "Hah?!" Aku berkata sambil menatap pada Bian. "Mulai sekarang Saga harus fokus pada kehidupannya sendiri." Bian mengulang perkataannya tanpa mengalihkan pandangan dariku. Aku menganggukkan kepala samar. Mungkin lebih baik memang seperti ini, Saga mengira aku dan Bian sudah baik-baik saja sehingga pria itu tak akan lagi mengkhawatirkanku. Saga terlihat tak nyaman dengan kemesraan yang diperlihatkan oleh Bian. "Bagu

  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 40

    Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti 40"Berikan padaku, mungkin dia lapar." Aku berkata lirih sambil mengulurkan tangan pada Bian yang tampak kesulitan menenangkan Hafizah. Aku harus bisa menahan diri, kuat, dan bisa mengendalikan diriku. Hafizah adalah tanggung jawab yang harus kuurus dan rawat dengan baik, jangan sampai karena aku kesal pada daddynya, membuat bayi itu terlantar. Kali ini aku tidak boleh depresi lagi seperti dulu. Aku bisa melewati semua untuk Hafizah.Bian menatapku. "Kamu baik-baik saja?" tanya Bian. Aku mengangguk kepala. Tadi, untuk beberapa saat lamanya aku menangis sambil menatap ke arah Bian. Membiarkan dia berusaha menenangkan Hafizah. Namun, jika aku terus menuruti keinginanku untuk menangis, maka Hafizah juga tidak akan tenang. Bian memberikan bayi itu padaku, memastikan aku baik-baik saja lalu berpamitan keluar kamar. "Aku akan keluar, susui dia dengan tenang. Kalau sudah selesai, ayo kita makan," ucap Bian sebelum keluar kamar.Hafizah langsung tenang se

  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 39

    Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti 39"Halo siapa ini, jangan main-main jika tidak ada kepentingan," seru Bian dari ujung telepon. Aku menelponnya tapi mulutku engga membuka suara. Pagi ini, setelah memantapkan diri akhirnya aku menelpon Bian. Setelah semalam emak berbicara banyak padaku, aku memutuskan untuk kembali terlebih dulu. Biar Saga kembali ke tempat ini terlebih dahulu baru aku pergi lagi, jika bisa. "Bian, ini aku ....""Na, Nala. Dimana kamu berada?" Bian memotong perkataanku sebelum aku sempat menyebutkan nama. "Aku akan kasih tahu, tapi kamu harus janji sesuatu dulu.""Iya aku janji. Apapun yang kamu minta akan aku penuhi," jawab Bian tanpa berpikir panjang. "Kalau aku pulang, kamu bakalan biarin Saga berhenti kerja, kan.""Iya, tentu saja. Kamu akan pindah ke rumah baru, seperti janjinku.""Tidak perlu, aku akan tetap di sana. Biar Bibi yang tinggal di paviliun. Aku akan mengurus toko bunga lagi."Toko bunga kutinggal begitu saja, tak perduli dengan apapun waktu aku k

  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 38

    Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti 38Seminggu sudah berlalu berada di tempat ini. Aku tinggal di rumah Emak yang masih berada di area yayasan. Rumah mungil, seperti rumahku juga. Jika pagi hari, aku akan keliling di area yayasan, melihat aktifitas anak-anak di dalam sambil membawa Hafizah, rasanya sangat damai dan tenang. Entahlah, aura positif seperti ini yang sangat aku inginkan selama ini. Di tempat ini, aku seperti tak memiliki beban apapun. Hari-hariku terasa menyenangkan dan ringan. Pagi ini, aku juga berkeliling seperti biasa. Lalu berhenti di taman, tempat dimana aku dan Saga memberi makan ikan. Mendadak aku ingat dengan pria itu, bagaimana keadaannya setelah aku kabur. Apa Bian menyalahkan dia dan menganiaya pria itu. Aku harap itu tidak terjadi. Apa mereka berdua kerepotan mencariku. "Pagi-pagi jangan ngelamun, Mbak." Suara yang begitu familiar terdengar menyapa indera pendengaranku. Aku menoleh ke arah sumber suara lalu tersenyum padanya. Wanita cantik berkulit putih den

  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 37

    Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti 37POV Nala "Ada apa kamu ke sini?" tanya Saga saat melihatku ada di depan paviliun yang dia tempati. "Kamu bisa memanggilku seperti biasanya, tak perlu mendatangiku. Nanti Pak Bian berpikir macam-macam," sambungnya. Sejak aku melahirkan, Saga memang tak terlalu banyak berinteraksi denganku. Apalagi ada bibi yang ada di rumah, nyaris aku tak pernah minta bantuan pria itu lagi untuk hal remeh temeh. Ditambah lagi, aku malu dengannya karena pernah memintanya menikah denganku. "Bagaimana aku memanggilmu, berteriak?" Aku bertanya sambil tertawa kecil. Sejak ponselku rusak karena kulempar ke arah Bian waktu di rumah sakit itu, aku memang tak mau saat Bian memberikan smartphone baru. Saat dia sengaja membelikannya, aku pun mendiamkannya seakan tak ak butuh. Benda itu mati kehabisan baterai dan tersimpan di laci meja riasku. "Kenapa nggak dinyalakan ponselnya, Pak Bian sudah beli kan waktu itu?" "Buat apa, aku tak membutuhkannya.""Butuh saat begini."

  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 36

    Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti 36Aku tetap memantau apa yang mereka lakukan. Nala dan Saga memang terlihat makan malam seperti biasanya, tak terjadi apapun di antara mereka. Sesekali mereka berbicara, harusnya aku memasang CCTV yang bisa merekam suara juga bukan hanya gambar seperti ini. Dua puluh menit berlalu, aku terus menatap layar gawai. Pokoknya aku akan melihat mereka sampai selesai. Tiba-tiba hal yang tak biasa membuatku bertanya-tanya, aku melihat Saga mengangkat sendok garpu seperti hendak menusuk sesuatu. "Hei, apa yang akan kamu lakukan!" Refleks aku berteriak saat melihat hal itu, tak mungkin Nala akan ditusuk olehnya dengan benda tersebut. Beberapa detik kemudian tangan Saga bersiap mengayun dan menusuk ke tangannya sendiri. Rupanya Saga ingin melukai dirinya sendiri. Tapi gerakan itu berhenti di udara karena tangan Nala menghalangi Saga melakukannya. Lalu Tak lama kemudian Saga terkulai dan kepalanya terjatuh di meja. Nala tidak meracuni pria itu kan. Dadaku berd

  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 35

    "Kenapa menatapku seperti itu. Aku gemuk, jelek, bengkak kayak gajah?" tanya Nala bertubi-tubi setelah meletakkan Hafizah di box bayi. Wanita itu baru selesai memberi ASI dan menidurkan putrinya. Aku tidak sengaja melihat momen dia begitu perhatian dan sayang pada Hafizah karena masuk ke kamarnya. Hendak mengambil tab milikku yang tertinggal di atas nakas. Ini hari ke-dua aku datang dan menginap di rumah ini setelah kelahiran bayi itu. "Aku memang gemuk dan bengkak, tapi aku bahagia karena bisa memberikan ASI pada putriku. Tidak seperti dulu, aku memang tetap langsing tapi anakku minum susu formula." Nala masih melanjutkan ucapannya. "Enggak, kamu tetap cantik dengan tubuh seperti apapun," balasku sambil berlalu menuju tempat di mana gadgetku berada. Tak perduli dengan reaksi Nala dengan kosakata yang barusan aku ucapkan. Lagi pula dia tak terlalu gemuk, hanya sedikit lebih berisi dari sebelumnya. Aku segera mengambil tab milikku dan berniat kembali keluar kamar yang kurasa makin

  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 34

    Setelah satu minggu menemani Nala, aku kembali ke rumah. Nala sudah pulang dari rumah sakit, di rumahnya ada pembantu rumah tangga yang datang dan pergi setiap hari untuk memasak dan membereskan rumah. Saga, tetap aku perintahkan untuk di sana. Kubilang dia boleh berhenti setelah Nala pindah ke rumah baru. Aku memang berencana melakukan hal itu. menempatkan Nala di rumah yang lebih luas dan layak. Agar ada tempat untuk pembantu rumah tangga, ada tempat yang luas untuk Hafizah bermain. Tidak perlu waktu lama, bayi itu akan tumbuh besar dan perlu ruangan luas untuk berlarian. "Pulang juga akhirnya kamu." Ivanka berkata dengan tangan bersedekap di depan dadanya. Aku yang baru saja menjejakkan kaki di ruang tamu, enggan berdebat dan memilih untuk pergi ke kamar terlebih dahulu. Tau begini, lebih baik langsung ke rumah Mama saja. Aku harap dengan mandi, akan membuat kepala lebih dingin dan berbicara dengan Ivanka tanpa kemarahan.Mungkin aku salah di mata Ivanka, diam-diam perhatian pad

  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 33

    Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti 33POV Bian Suasana yang sempat gaduh tadi mendadak sunyi setelah kepergian Saga. Nala terlihat membuang pandangan, menatap keluar jendela kaca. Aku memunguti ponsel Nala yang berserak di lantai, kupastikan benda ini sudah tak akan berfungsi lagi. "Nanti aku belikan yang baru," ucapku sambil menyimpan serpihan benda sejuta umat itu di atas nakas.Nala mengalihkan pandangan, menatap sekilas padaku. "Tak perlu, aku tak membutuhkannya," tolak Nala. "Aku memiliki ponsel pun tak ada gunanya, hanya kamu dan Saga yang menghubungiku. Apa lagi aku akan sibuk mengurus bayi, jadi memang aku tak membutuhkan benda itu. Jika kamu ingin menghubungiku bisa lewat Saga," tutur Nala panjang lebar.Aku menghela nafas, kemudian duduk di kursi lagi, di samping Nala berada. Air mata wanita itu sesekali masih terlihat mengalir di pipinya."Terserah kamu mau memperlakukan aku seperti apa. Kau penjara aku di rumah itu pun, aku tak masalah. Tapi jangan kau nikahkan aku denga

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status