Share

Bagian 21

Author: Isna Arini
last update Last Updated: 2024-12-21 21:26:10

Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti 21

Aku langsung mengalihkan pandangan, tak mau terlalu berpikir yang tidak-tidak. Seumur hidup itu lama. Aku tak punya uang sebanyak itu untuk membayarnya.

"Aku tak punya uang sebanyak itu hingga kamu bisa menjagaku seumur hidupmu, Ga." Aku berkata sembari melempar makanan ikan. Sepertinya ikan-ikan ini masih saja kelaparan.

"Aku gak minta bayaran," balas Saga.

"Gratis?"

"Iya, aku tak suka mengambil uang dari perempuan."

Apakah hanya itu alasannya? Ayolah, Sha. Jangan berpikir yang tidak-tidak tentang Saga. Daripada denganku, dia lebih cocok dengan Mbah Fatimah itu.

"Aku boleh bawa anak gak?" Aku bertanya pada Saga.

Pria itu langsung mengalihkan pandangan, menatap padaku.

"Pak Bian mau kasih anaknya ke kamu?"

"Nggak pasti sih. Tadi dia pernah bertanya apa aku mau menjaga anak ini."

"Boleh, bawa aja," balas Saga.

Dia baik sekali, mengijinkanku tinggal di sini. Bahkan anakku juga bisa ikut serta.

"Makasih ya, Ga. Aku akan mulai meyakinkan Bian dan
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 22

    Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti 22Setelah perdebatan yang panjang, akhirnya Bian mengatakan juga pada umi dan abahnya Mbak Fatim kalau dia adalah suamiku. Sedangkan Saga hanya diam saja, saat Bian ngotot melakukannya. Padahal, aku berharap agar Saga akan melarang Bian mengatakan hal tersebut. Aku berharap, Saga memberi kamar lain pada Bian. Tapi pria itu malah menyetujui keinginan Bian begitu saja. Setelah isya dan makan malam, aku masih berniat untuk melihat aktivitas anak-anak di sini. Kali ini ditemani oleh Bian karena Saga mengatakan jika dia ada urusan. Di atas jam delapan malam, Mbak Fatin bilang anak-anak melakukan kegiatan mandiri. Rata-rata mereka menambah hafalan atau mengulang kembali hafalan, seperti itu yang dikatakan oleh wanita itu tadi. Terlihat olehku, anak-anak itu memegang Alquran sambil menghafalkannya. Menikmati pemandangan seperti ini membuatku begitu bahagia. Ditambah lagi suasananya memang sangat nyaman, aku begitu menikmatinya. Berjalan di malam hari deng

    Last Updated : 2024-12-21
  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 23

    Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti 23Pria yang sudah sekian lama menjadi suamiku itu berkendara dengan tenang. Tak terlalu pelan tidak juga ngebut. Tangan kirinya masih menggenggam tanganku dan memberi sentuhan lembut. Sesekali menatapku saat aku menatapnya seperti orang kebingungan. Aku benar-benar tak percaya pria di sampingku ini adalah orang yang sama, yang menikahiku enam tahun yang lalu. Bahkan aku sampai komat-kamit membaca doa dan ayat apa saja untuk memastikan kalau dia bukan makhluk yang menyerupai Bian saja. Namun seberapa banyak aku membaca semua surat pendek yang ada dalam hafalanku, tetap saja pria itu tak berubah. Dia tetap Bian. Bian membantuku membuka pintu mobil saat kami sampai di hotel setelah lama berkendara. Dia masih diam tanpa kata, hanya bahasa tubuhnya yang berbicara. Hotel dua lantai menjadi tempat menginap Bian. Pria itu langsung membawaku pergi ke kamarnya. "Ayo masuk," ajak Bian saat aku tertegun saja di depan pintu kamar. Aku masih tak mengerti dengan

    Last Updated : 2024-12-22
  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 24

    Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti 24Aku masih tak bisa mencerna kata-kata Bian barusan, bagaimana maksudnya memberi perhatian sama seperti pada Mbak Ivanka. "Na, kenapa diam saja?" tanya Bian. "Aku nggak ngerti harus jawab apa. Bagaimana bisa kamu membagi perhatianmu. Mbak Ivanka memangnya tidak apa-apa?""Serahkan semua padaku. Kalau sekarang bisa, lain waktu akupun akan bisa. Akan aku buktikan padamu ucapku ini.""Aku nggak bisa jadi istri simpanan, Bi.""Aku nggak mau anakku diasuh oleh orang lain. Diasuh olehmu sendiri atau mungkin dengan suami barumu."Lagi-lagi Bian menyebut suami baru. Kenapa dia ini sebenarnya. Aku tak pernah dekat dengan pria manapun, kenapa dia begitu khawatir tentang suami baruku nantinya. "Ivanka tak mau mengasuh anak ini." Bian berkata seraya mengusap perutku. Dia memang tak melepaskan pelukannya dan aku diam menikmatinya. Kami berbicara seperti ini sejak tadi. Jadi itu alasannya pria ini memintaku merawatnya. Mbak Ivanka ternyata tak menginginkan ana

    Last Updated : 2024-12-22
  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 25

    Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti 25"Mak, biasanya Saga kemana kalau tidak ada dimana-mana?" Aku kembali ke dapur dan bertanya kepada Emak, karena Saga tak kunjung menjawab telepon dariku dan akupun tak menemukannya dimanapun. "Memangnya sudah dicari di semua tempat?" Emak balik bertanya. "Belum semua sih, Mak. Hanya tempat-tempat yang kemarin kami kunjungi.""Coba cari di ruang olahraga, biasanya dia latihan di sana. Itu loh yang ninju-ninju bantal guling."Bantal, guling? Aku malah jadi kepikiran kamar kalau begini. "Latihan fisik kata dia," terang Emak lagi, karena aku kebingungan mencerna penjelasannya. "Oh, itu. Dimana Mak tempatnya?" "Ruangannya dekat lapangan olah raga, pintu warna coklat.""Oh iya, Mak. Saya tahu. Ya udah saya cari ke sana dulu ya."Aku berpamitan dan kembali keluar dari ruang dapur. Pergi ke arah lapangan dan mencari ruang tempat olahraga seperti yang dikatakan oleh Emak tadi. Suasana memang cukup tenang aku mendengar suara pukulan berulang-ulang dari

    Last Updated : 2024-12-23
  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 26

    Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti 26"Ga, temani aku makan," pintaku pagi ini. Sudah lama sekali sejak kami kembali dari yayasan, Saga tak pernah sama sekali makan denganku. Dia selalu menolaknya. Jika aku minta makanan, dia akan selalu mencarikannya seperti biasanya. Tapi tak pernah sama sekali mau diajak makan seperti dulu. Saga seperti sengaja menjaga jarak dariku. "Maaf, Sha, aku lagi tak ingin sarapan. Tadi udah makan buah pagi-pagi." Lagi-lagi Saga menolaknya. "Kamu kenapa sih?" "Kenapa, ada yang salah?" Saga balik bertanya. "Kamu kaya sengaja menjauhiku."Saga tertawa. "Bagaimana aku bisa menjauhi orang yang harus aku jaga."Aku mendengkus kesal, bukan itu maksudnya. "Aku ada salah sama kamu?"Lagi-lagi Saga tertawa. "Bagaimana bos bisa salah pada anak buah."Makin gemas rasanya dengan semua jawaban Saga. "Aku bukan bosmu, Ga. Bian yang gaji kamu.""Kamu istri Pak Bian, artinya bosku juga. "Sagara ....""Iya, Sha.""Aku tak mau makan jika kamu tak ikut makan kali ini." Ak

    Last Updated : 2024-12-23
  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 27

    Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti 27Malam ini Mama tidur di kamarku, setelah puluhan purnama kami bisa kembali tidur bersama. Hari ini, aku benar-benar merasakan sesuatu yang berbeda. Seharian bercengkrama dengan Mama, makan malam bersama dan diakhiri dengan tidur di kamar yang sama. Tentang obrolan tadi siang, aku masih tak memiliki jawaban. Awalnya aku begitu ingin pergi dari keluarga ini, tapi setelah Mama kembali membujukku kenapa aku jadi bimbang. "Ma, apa Mas Bian suka tidur dengan Mama dulu saat masih kecil?" Aku bertanya sambil menunggu rasa kantuk menyapa. "Tidak, sejak usia dua tahun, Bian benar-benar tidur sendiri. Papanya tak mengijinkan untuk ditemani. Katanya anak laki-laki harus kuat, dan mandiri."Aku mengangguk kepala samar, pantas saja Bian iri padaku. Dulu saat di rumah, Mama kadang kala masih sempat untuk tidur denganku. Apa karena ini juga Papa tak sayang padaku. Karena Mama terlalu perhatian padaku."Lalu Cenna, apakah anak itu juga mandiri seperti Mas Bian?"

    Last Updated : 2024-12-23
  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 28

    Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti 28"Aku hanya sudah terbiasa denganmu, lima tahun bukan waktu yang singkat. Bagaimana bisa kita berpisah begitu saja." Aku beretorika. Menutupi rasa entah apa namanya. Aku hanya tak ingin berpisah dengan Saga. Bagiku dia adalah seorang yang sangat berharga. Aku merasa nyaman, berharga dan dilindungi saat bersama dia. Kalau saja aku belum menikah dengan Bian, andai saja kami bertemu lebih cepat. Jika aku bisa memilih, mungkin lebih baik aku dititipkan di yayasan tempat Saga tumbuh dewasa. Ah, apa yang aku pikirkan ini. Padahal aku sudah mau berdamai, berniat untuk menghadapi ujian ini dengan baik. Tapi kenapa malah berandai-andai."Bisa, semua atasan dan bawahan akan berpisah pada akhirnya," balas Saga dengan santainya. Saga benar-benar manusia robot, dia tak pernah menampakkan perasaannya. Atau hanya aku saja yang tidak peka. Entahlah. Pria di depanku ini selalu misterius buatku. Bukan hanya dia, tapi juga Bian. Aku ini benar-benar wanita yang tak p

    Last Updated : 2024-12-24
  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 29

    "Apa maksudnya, Mbak?" Aku bertanya dengan kebingungan. Dinikahkan dengan pria pilihan dia, bagimana bisa. Bian tak bilang seperti itu. Dia bahkan tidak rela jika aku menikah dengan pria lain apalagi anak ini anak perempuan. Kenapa pria itu berbicara tak sama antara padaku dan pada istri pertamanya."Upss, suamiku tak bilang padamu rupanya. Pantas saja kamu begitu bahagia dan mau saja melayaninya. Padahal kurasa perhatiannya padamu ini hanya bentuk usaha untuk mengurangi rasa bersalahnya."Aku makin tidak mengerti dengan ucapannya. "Tapi karena udah terlanjur tahu, aku kasih tahu sekalian. Kami berniat menikahkan kamu dengan pria lain setelah berpisah dengan Bian. Aku tak mau kamu menganggu keluarga kami.""Kami?" Aku mengulang kata itu. Penasaran dengan kata kami yang diucapkan oleh Mbak Ivanka Siapa saja yang memiliki niatan seperti itu. "Iya kami semua keluarga angkatmu itu tahu.""Mama tau juga.""Tahu, tentu saja.""Dan dia setuju?" Aku seakan tak percaya. Mama tak mungkin me

    Last Updated : 2024-12-24

Latest chapter

  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 41

    Bian berjalan perlahan ke arahku, dia tidak menuju ke arah Saga dan ingin mengamuk padanya. Apa sekarang dia akan marah padaku."Tenang saja, kamu tak perlu lagi khawatir pada Nala. Ada aku yang akan menjaganya," ucap Bian sambil merangkul pinggangku dan memeluknya dengan erat. "Mulai sekarang, kamu bisa fokus pada kehidupanmu sendiri. Aku dengar setelah ini kamu akan berhenti dari profesi ini, bukan begitu, Sayang?" Ujar Bian lagi sambil mengeratkan pelukannya dan menatap padaku.Aku yang tidak menyangka Bian akan melakukan hal itu padaku hanya bisa melongo dibuatnya. "Hah?!" Aku berkata sambil menatap pada Bian. "Mulai sekarang Saga harus fokus pada kehidupannya sendiri." Bian mengulang perkataannya tanpa mengalihkan pandangan dariku. Aku menganggukkan kepala samar. Mungkin lebih baik memang seperti ini, Saga mengira aku dan Bian sudah baik-baik saja sehingga pria itu tak akan lagi mengkhawatirkanku. Saga terlihat tak nyaman dengan kemesraan yang diperlihatkan oleh Bian. "Bagu

  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 40

    Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti 40"Berikan padaku, mungkin dia lapar." Aku berkata lirih sambil mengulurkan tangan pada Bian yang tampak kesulitan menenangkan Hafizah. Aku harus bisa menahan diri, kuat, dan bisa mengendalikan diriku. Hafizah adalah tanggung jawab yang harus kuurus dan rawat dengan baik, jangan sampai karena aku kesal pada daddynya, membuat bayi itu terlantar. Kali ini aku tidak boleh depresi lagi seperti dulu. Aku bisa melewati semua untuk Hafizah.Bian menatapku. "Kamu baik-baik saja?" tanya Bian. Aku mengangguk kepala. Tadi, untuk beberapa saat lamanya aku menangis sambil menatap ke arah Bian. Membiarkan dia berusaha menenangkan Hafizah. Namun, jika aku terus menuruti keinginanku untuk menangis, maka Hafizah juga tidak akan tenang. Bian memberikan bayi itu padaku, memastikan aku baik-baik saja lalu berpamitan keluar kamar. "Aku akan keluar, susui dia dengan tenang. Kalau sudah selesai, ayo kita makan," ucap Bian sebelum keluar kamar.Hafizah langsung tenang se

  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 39

    Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti 39"Halo siapa ini, jangan main-main jika tidak ada kepentingan," seru Bian dari ujung telepon. Aku menelponnya tapi mulutku engga membuka suara. Pagi ini, setelah memantapkan diri akhirnya aku menelpon Bian. Setelah semalam emak berbicara banyak padaku, aku memutuskan untuk kembali terlebih dulu. Biar Saga kembali ke tempat ini terlebih dahulu baru aku pergi lagi, jika bisa. "Bian, ini aku ....""Na, Nala. Dimana kamu berada?" Bian memotong perkataanku sebelum aku sempat menyebutkan nama. "Aku akan kasih tahu, tapi kamu harus janji sesuatu dulu.""Iya aku janji. Apapun yang kamu minta akan aku penuhi," jawab Bian tanpa berpikir panjang. "Kalau aku pulang, kamu bakalan biarin Saga berhenti kerja, kan.""Iya, tentu saja. Kamu akan pindah ke rumah baru, seperti janjinku.""Tidak perlu, aku akan tetap di sana. Biar Bibi yang tinggal di paviliun. Aku akan mengurus toko bunga lagi."Toko bunga kutinggal begitu saja, tak perduli dengan apapun waktu aku k

  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 38

    Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti 38Seminggu sudah berlalu berada di tempat ini. Aku tinggal di rumah Emak yang masih berada di area yayasan. Rumah mungil, seperti rumahku juga. Jika pagi hari, aku akan keliling di area yayasan, melihat aktifitas anak-anak di dalam sambil membawa Hafizah, rasanya sangat damai dan tenang. Entahlah, aura positif seperti ini yang sangat aku inginkan selama ini. Di tempat ini, aku seperti tak memiliki beban apapun. Hari-hariku terasa menyenangkan dan ringan. Pagi ini, aku juga berkeliling seperti biasa. Lalu berhenti di taman, tempat dimana aku dan Saga memberi makan ikan. Mendadak aku ingat dengan pria itu, bagaimana keadaannya setelah aku kabur. Apa Bian menyalahkan dia dan menganiaya pria itu. Aku harap itu tidak terjadi. Apa mereka berdua kerepotan mencariku. "Pagi-pagi jangan ngelamun, Mbak." Suara yang begitu familiar terdengar menyapa indera pendengaranku. Aku menoleh ke arah sumber suara lalu tersenyum padanya. Wanita cantik berkulit putih den

  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 37

    Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti 37POV Nala "Ada apa kamu ke sini?" tanya Saga saat melihatku ada di depan paviliun yang dia tempati. "Kamu bisa memanggilku seperti biasanya, tak perlu mendatangiku. Nanti Pak Bian berpikir macam-macam," sambungnya. Sejak aku melahirkan, Saga memang tak terlalu banyak berinteraksi denganku. Apalagi ada bibi yang ada di rumah, nyaris aku tak pernah minta bantuan pria itu lagi untuk hal remeh temeh. Ditambah lagi, aku malu dengannya karena pernah memintanya menikah denganku. "Bagaimana aku memanggilmu, berteriak?" Aku bertanya sambil tertawa kecil. Sejak ponselku rusak karena kulempar ke arah Bian waktu di rumah sakit itu, aku memang tak mau saat Bian memberikan smartphone baru. Saat dia sengaja membelikannya, aku pun mendiamkannya seakan tak ak butuh. Benda itu mati kehabisan baterai dan tersimpan di laci meja riasku. "Kenapa nggak dinyalakan ponselnya, Pak Bian sudah beli kan waktu itu?" "Buat apa, aku tak membutuhkannya.""Butuh saat begini."

  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 36

    Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti 36Aku tetap memantau apa yang mereka lakukan. Nala dan Saga memang terlihat makan malam seperti biasanya, tak terjadi apapun di antara mereka. Sesekali mereka berbicara, harusnya aku memasang CCTV yang bisa merekam suara juga bukan hanya gambar seperti ini. Dua puluh menit berlalu, aku terus menatap layar gawai. Pokoknya aku akan melihat mereka sampai selesai. Tiba-tiba hal yang tak biasa membuatku bertanya-tanya, aku melihat Saga mengangkat sendok garpu seperti hendak menusuk sesuatu. "Hei, apa yang akan kamu lakukan!" Refleks aku berteriak saat melihat hal itu, tak mungkin Nala akan ditusuk olehnya dengan benda tersebut. Beberapa detik kemudian tangan Saga bersiap mengayun dan menusuk ke tangannya sendiri. Rupanya Saga ingin melukai dirinya sendiri. Tapi gerakan itu berhenti di udara karena tangan Nala menghalangi Saga melakukannya. Lalu Tak lama kemudian Saga terkulai dan kepalanya terjatuh di meja. Nala tidak meracuni pria itu kan. Dadaku berd

  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 35

    "Kenapa menatapku seperti itu. Aku gemuk, jelek, bengkak kayak gajah?" tanya Nala bertubi-tubi setelah meletakkan Hafizah di box bayi. Wanita itu baru selesai memberi ASI dan menidurkan putrinya. Aku tidak sengaja melihat momen dia begitu perhatian dan sayang pada Hafizah karena masuk ke kamarnya. Hendak mengambil tab milikku yang tertinggal di atas nakas. Ini hari ke-dua aku datang dan menginap di rumah ini setelah kelahiran bayi itu. "Aku memang gemuk dan bengkak, tapi aku bahagia karena bisa memberikan ASI pada putriku. Tidak seperti dulu, aku memang tetap langsing tapi anakku minum susu formula." Nala masih melanjutkan ucapannya. "Enggak, kamu tetap cantik dengan tubuh seperti apapun," balasku sambil berlalu menuju tempat di mana gadgetku berada. Tak perduli dengan reaksi Nala dengan kosakata yang barusan aku ucapkan. Lagi pula dia tak terlalu gemuk, hanya sedikit lebih berisi dari sebelumnya. Aku segera mengambil tab milikku dan berniat kembali keluar kamar yang kurasa makin

  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 34

    Setelah satu minggu menemani Nala, aku kembali ke rumah. Nala sudah pulang dari rumah sakit, di rumahnya ada pembantu rumah tangga yang datang dan pergi setiap hari untuk memasak dan membereskan rumah. Saga, tetap aku perintahkan untuk di sana. Kubilang dia boleh berhenti setelah Nala pindah ke rumah baru. Aku memang berencana melakukan hal itu. menempatkan Nala di rumah yang lebih luas dan layak. Agar ada tempat untuk pembantu rumah tangga, ada tempat yang luas untuk Hafizah bermain. Tidak perlu waktu lama, bayi itu akan tumbuh besar dan perlu ruangan luas untuk berlarian. "Pulang juga akhirnya kamu." Ivanka berkata dengan tangan bersedekap di depan dadanya. Aku yang baru saja menjejakkan kaki di ruang tamu, enggan berdebat dan memilih untuk pergi ke kamar terlebih dahulu. Tau begini, lebih baik langsung ke rumah Mama saja. Aku harap dengan mandi, akan membuat kepala lebih dingin dan berbicara dengan Ivanka tanpa kemarahan.Mungkin aku salah di mata Ivanka, diam-diam perhatian pad

  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 33

    Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti 33POV Bian Suasana yang sempat gaduh tadi mendadak sunyi setelah kepergian Saga. Nala terlihat membuang pandangan, menatap keluar jendela kaca. Aku memunguti ponsel Nala yang berserak di lantai, kupastikan benda ini sudah tak akan berfungsi lagi. "Nanti aku belikan yang baru," ucapku sambil menyimpan serpihan benda sejuta umat itu di atas nakas.Nala mengalihkan pandangan, menatap sekilas padaku. "Tak perlu, aku tak membutuhkannya," tolak Nala. "Aku memiliki ponsel pun tak ada gunanya, hanya kamu dan Saga yang menghubungiku. Apa lagi aku akan sibuk mengurus bayi, jadi memang aku tak membutuhkan benda itu. Jika kamu ingin menghubungiku bisa lewat Saga," tutur Nala panjang lebar.Aku menghela nafas, kemudian duduk di kursi lagi, di samping Nala berada. Air mata wanita itu sesekali masih terlihat mengalir di pipinya."Terserah kamu mau memperlakukan aku seperti apa. Kau penjara aku di rumah itu pun, aku tak masalah. Tapi jangan kau nikahkan aku denga

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status