Share

Bagian 23

Author: Isna Arini
last update Last Updated: 2024-12-22 14:54:05

Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti 23

Pria yang sudah sekian lama menjadi suamiku itu berkendara dengan tenang. Tak terlalu pelan tidak juga ngebut. Tangan kirinya masih menggenggam tanganku dan memberi sentuhan lembut. Sesekali menatapku saat aku menatapnya seperti orang kebingungan.

Aku benar-benar tak percaya pria di sampingku ini adalah orang yang sama, yang menikahiku enam tahun yang lalu. Bahkan aku sampai komat-kamit membaca doa dan ayat apa saja untuk memastikan kalau dia bukan makhluk yang menyerupai Bian saja. Namun seberapa banyak aku membaca semua surat pendek yang ada dalam hafalanku, tetap saja pria itu tak berubah. Dia tetap Bian.

Bian membantuku membuka pintu mobil saat kami sampai di hotel setelah lama berkendara. Dia masih diam tanpa kata, hanya bahasa tubuhnya yang berbicara. Hotel dua lantai menjadi tempat menginap Bian. Pria itu langsung membawaku pergi ke kamarnya.

"Ayo masuk," ajak Bian saat aku tertegun saja di depan pintu kamar.

Aku masih tak mengerti dengan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 24

    Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti 24Aku masih tak bisa mencerna kata-kata Bian barusan, bagaimana maksudnya memberi perhatian sama seperti pada Mbak Ivanka. "Na, kenapa diam saja?" tanya Bian. "Aku nggak ngerti harus jawab apa. Bagaimana bisa kamu membagi perhatianmu. Mbak Ivanka memangnya tidak apa-apa?""Serahkan semua padaku. Kalau sekarang bisa, lain waktu akupun akan bisa. Akan aku buktikan padamu ucapku ini.""Aku nggak bisa jadi istri simpanan, Bi.""Aku nggak mau anakku diasuh oleh orang lain. Diasuh olehmu sendiri atau mungkin dengan suami barumu."Lagi-lagi Bian menyebut suami baru. Kenapa dia ini sebenarnya. Aku tak pernah dekat dengan pria manapun, kenapa dia begitu khawatir tentang suami baruku nantinya. "Ivanka tak mau mengasuh anak ini." Bian berkata seraya mengusap perutku. Dia memang tak melepaskan pelukannya dan aku diam menikmatinya. Kami berbicara seperti ini sejak tadi. Jadi itu alasannya pria ini memintaku merawatnya. Mbak Ivanka ternyata tak menginginkan ana

    Last Updated : 2024-12-22
  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 25

    Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti 25"Mak, biasanya Saga kemana kalau tidak ada dimana-mana?" Aku kembali ke dapur dan bertanya kepada Emak, karena Saga tak kunjung menjawab telepon dariku dan akupun tak menemukannya dimanapun. "Memangnya sudah dicari di semua tempat?" Emak balik bertanya. "Belum semua sih, Mak. Hanya tempat-tempat yang kemarin kami kunjungi.""Coba cari di ruang olahraga, biasanya dia latihan di sana. Itu loh yang ninju-ninju bantal guling."Bantal, guling? Aku malah jadi kepikiran kamar kalau begini. "Latihan fisik kata dia," terang Emak lagi, karena aku kebingungan mencerna penjelasannya. "Oh, itu. Dimana Mak tempatnya?" "Ruangannya dekat lapangan olah raga, pintu warna coklat.""Oh iya, Mak. Saya tahu. Ya udah saya cari ke sana dulu ya."Aku berpamitan dan kembali keluar dari ruang dapur. Pergi ke arah lapangan dan mencari ruang tempat olahraga seperti yang dikatakan oleh Emak tadi. Suasana memang cukup tenang aku mendengar suara pukulan berulang-ulang dari

    Last Updated : 2024-12-23
  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 26

    Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti 26"Ga, temani aku makan," pintaku pagi ini. Sudah lama sekali sejak kami kembali dari yayasan, Saga tak pernah sama sekali makan denganku. Dia selalu menolaknya. Jika aku minta makanan, dia akan selalu mencarikannya seperti biasanya. Tapi tak pernah sama sekali mau diajak makan seperti dulu. Saga seperti sengaja menjaga jarak dariku. "Maaf, Sha, aku lagi tak ingin sarapan. Tadi udah makan buah pagi-pagi." Lagi-lagi Saga menolaknya. "Kamu kenapa sih?" "Kenapa, ada yang salah?" Saga balik bertanya. "Kamu kaya sengaja menjauhiku."Saga tertawa. "Bagaimana aku bisa menjauhi orang yang harus aku jaga."Aku mendengkus kesal, bukan itu maksudnya. "Aku ada salah sama kamu?"Lagi-lagi Saga tertawa. "Bagaimana bos bisa salah pada anak buah."Makin gemas rasanya dengan semua jawaban Saga. "Aku bukan bosmu, Ga. Bian yang gaji kamu.""Kamu istri Pak Bian, artinya bosku juga. "Sagara ....""Iya, Sha.""Aku tak mau makan jika kamu tak ikut makan kali ini." Ak

    Last Updated : 2024-12-23
  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 27

    Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti 27Malam ini Mama tidur di kamarku, setelah puluhan purnama kami bisa kembali tidur bersama. Hari ini, aku benar-benar merasakan sesuatu yang berbeda. Seharian bercengkrama dengan Mama, makan malam bersama dan diakhiri dengan tidur di kamar yang sama. Tentang obrolan tadi siang, aku masih tak memiliki jawaban. Awalnya aku begitu ingin pergi dari keluarga ini, tapi setelah Mama kembali membujukku kenapa aku jadi bimbang. "Ma, apa Mas Bian suka tidur dengan Mama dulu saat masih kecil?" Aku bertanya sambil menunggu rasa kantuk menyapa. "Tidak, sejak usia dua tahun, Bian benar-benar tidur sendiri. Papanya tak mengijinkan untuk ditemani. Katanya anak laki-laki harus kuat, dan mandiri."Aku mengangguk kepala samar, pantas saja Bian iri padaku. Dulu saat di rumah, Mama kadang kala masih sempat untuk tidur denganku. Apa karena ini juga Papa tak sayang padaku. Karena Mama terlalu perhatian padaku."Lalu Cenna, apakah anak itu juga mandiri seperti Mas Bian?"

    Last Updated : 2024-12-23
  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 28

    Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti 28"Aku hanya sudah terbiasa denganmu, lima tahun bukan waktu yang singkat. Bagaimana bisa kita berpisah begitu saja." Aku beretorika. Menutupi rasa entah apa namanya. Aku hanya tak ingin berpisah dengan Saga. Bagiku dia adalah seorang yang sangat berharga. Aku merasa nyaman, berharga dan dilindungi saat bersama dia. Kalau saja aku belum menikah dengan Bian, andai saja kami bertemu lebih cepat. Jika aku bisa memilih, mungkin lebih baik aku dititipkan di yayasan tempat Saga tumbuh dewasa. Ah, apa yang aku pikirkan ini. Padahal aku sudah mau berdamai, berniat untuk menghadapi ujian ini dengan baik. Tapi kenapa malah berandai-andai."Bisa, semua atasan dan bawahan akan berpisah pada akhirnya," balas Saga dengan santainya. Saga benar-benar manusia robot, dia tak pernah menampakkan perasaannya. Atau hanya aku saja yang tidak peka. Entahlah. Pria di depanku ini selalu misterius buatku. Bukan hanya dia, tapi juga Bian. Aku ini benar-benar wanita yang tak p

    Last Updated : 2024-12-24
  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 29

    "Apa maksudnya, Mbak?" Aku bertanya dengan kebingungan. Dinikahkan dengan pria pilihan dia, bagimana bisa. Bian tak bilang seperti itu. Dia bahkan tidak rela jika aku menikah dengan pria lain apalagi anak ini anak perempuan. Kenapa pria itu berbicara tak sama antara padaku dan pada istri pertamanya."Upss, suamiku tak bilang padamu rupanya. Pantas saja kamu begitu bahagia dan mau saja melayaninya. Padahal kurasa perhatiannya padamu ini hanya bentuk usaha untuk mengurangi rasa bersalahnya."Aku makin tidak mengerti dengan ucapannya. "Tapi karena udah terlanjur tahu, aku kasih tahu sekalian. Kami berniat menikahkan kamu dengan pria lain setelah berpisah dengan Bian. Aku tak mau kamu menganggu keluarga kami.""Kami?" Aku mengulang kata itu. Penasaran dengan kata kami yang diucapkan oleh Mbak Ivanka Siapa saja yang memiliki niatan seperti itu. "Iya kami semua keluarga angkatmu itu tahu.""Mama tau juga.""Tahu, tentu saja.""Dan dia setuju?" Aku seakan tak percaya. Mama tak mungkin me

    Last Updated : 2024-12-24
  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 30

    Sampai di rumah sakit, beberapa perawat sudah menunggu di depan pintu masuk. Sepertinya Bian sudah menghubungi pihak rumah sakit. Sejak awal kehamilan, kami memang sudah berkonsultasi dengan dokter di rumah sakit ini. Akan melahirkan di sini, dan memberitahu semua hal yang kami inginkan terkait dengan kehamilanku. Aku langsung dibawa ke ruang pemeriksaan ditemani oleh Saga. Memang hanya dia yang selalu ada bersamaku. Ternyata aku sudah mengalami pembukaan, kelahiran bayi ini maju dua minggu dari perkiraan. Aku tetap meminta melahirkan secara normal selagi masih bisa dilakukan dan tidak berbahaya bagiku terutama untuk anakku. Pembukaan berjalan lebih cepat daripada saat melahirkan Cenna, bayi ini ingin cepat melihat dunia. Dia akan jadi penghibur buatku yang selalu kesepian. Selama proses melahirkan, Saga yang menemaniku hingga bayi perempuan itu lahir. Bahkan dia juga yang mengazani. Katanya Bian akan sampai nanti, padahal aku sudah dipindahkan ke ruang perawatan."Sebentar lagi Pa

    Last Updated : 2024-12-24
  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 31

    POV Biantara Aku tertegun beberapa saat ketika melihat Nala dalam balutan busana muslim. Dia tampak anggun dan elegan. Kini aku melihat wanita cantik dalam definisi yang berbeda. Dulu aku melihat kecantikan itu dari sudut pandang yang seksi dan menggoda seperti yang dimiliki Ivanka. Tapi kini, cantik yang kulihat dalam diri Nala adalah keanggunan. Entah baju siapa yang dia pakai, tapi itu sangat pas di tubuhnya yang ramping. Meskipun dia tengah hamil tiga bulan, tapi perutnya belum begitu terlihat. Apalagi jika dia memakai baju longgar seperti itu. Dulu aku selalu mengatakan pada rekanku. "Aku mencari istri bukan pembantu. Wanita yang cantik dan bisa dibanggakan, tidak memalukan jika dibawa kemana saja. Tak perlu pandai memasak dan mengurus anak." Tapi kini saat benar-benar berumah tangga, aku ternyata mengharapkan sosok wanita yang mau melayaniku saat di rumah. Tidak terlalu mandiri dan bergantung padaku. Lebih banyak menurut daripada menuntut dan itu aku lihat ada di dalam diri

    Last Updated : 2024-12-24

Latest chapter

  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Ekstra Part 3

    Ekstra Part 2 "Terima kasih udah menjagaku selama ini, Ga," ucapku pada Saga yang sedang duduk di sampingku.Kali ini aku ingin berterima kasih padanya dengan benar. Dulu saat dia pergi ada banyak hal yang terjadi, hingga aku tak benar-benar bisa mengucapkan terima kasih padanya. Maka kali ini saat semua sudah berada pada tempatnya, dan semua sudah mendapat kebahagiaan masing-masing, aku ingin mengucapkan terima kasih tanpa terbebani perasaan apapun. Saat ini aku dan Saga tengah berada di kolam ikan, tempat dulu di mana kami juga menghabiskan waktu sambil berbincang saat pertama kali di yayasan ini. Saat itu kami sedang merajut mimpi, akan saling menjaga dan tinggal di tempat ini bersama. Tapi takdir berkata lain, Saga tetap berada di sini dan menikah dengan pemilik yayasan, sedangkan aku tetap bersama dengan Bian. Bian sedang menemani anak-anak berkeliling dan bermain di tempat ini. Sejak pertama kali datang tadi pagi, mereka sudah sangat senang dengan tempat ini. Baik Hafizah mau

  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Ekstra Part 2

    "Kamu bilang Saga sudah menikahkan, jangan curiga padaku. Aku ke sana hanya ingin mengucapkan terima kasih dengan benar padanya. Juga mengenalkan anak-anak pada orang-orang yang tak seberuntung mereka. Aku ingin Cenna dan Hafizah memiliki rasa peduli pada orang yang lebih membutuhkan," tuturku panjang lebar."Kapan mau ke sana?" tanya Bian. Aku tak menyangka dia akan dengan mudah mengiyakan setelah kukatakan alasannya. "Weekend minggu ini gimana?" tanyaku mau minta pendapat. "Boleh. Oke persiapkan semuanya."***Kami sampai di hotel tepat saat adzan ashar berkumandang. Bian sengaja memesan hotel lalu akan menginap di hotel terlebih dahulu, sebelum esok paginya kami pergi ke tempat Saga. Bian mengatakan tak ingin merepotkan orang-orang di sana, sehingga dia mengatakan lebih baik menginap di hotel lalu pagi harinya ke yayasan dan sore harinya kembali ke hotel lagi. Kami memesan kamar dengan sistem connecting door di mana anak-anak tidur berdua sedangkan aku dan dia akan tidur bersam

  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Ekstra Part 1

    Aku terbangun dengan tubuh yang sudah cukup segar dan mata tak lagi mengantuk. Tadi setelah salat subuh, aku tertidur kembali tanpa membangunkan Bian. Sekarang, kulihat disampingku tak ada lagi pria itu, mungkin dia sudah terbangun. Aku melihat keluar jendela yang masih tertutup oleh tirai, sepertinya matahari sudah tinggi kenapa Bian tidak membangunkanku. Semalam kami berbagi peluh, lalu berbincang, kemudian mengulanginya lagi hingga tak terasa waktu sudah beranjak dini hari, dan kami baru tertidur. "Ya Allah, gimana anak-anakku." Aku berseru, seraya bergegas beranjak dari tempat tidur.Sejak acara pernikahan dilanjutkan dengan pesta semalam, anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu dengan Mama. Bahkan semalam Mama yang menidurkan mereka, sekarang tentu saja aku mengkhawatirkan kedua anakku, terutama Hafizah "Sudah bangun?" tanya Bian yang baru saja masuk ke dalam kamar. Pria itu membawa nampan berisi makanan. "Ayo sarapan dulu." Bian berkata sambil mengangkat nampan sedikit tin

  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Tamat

    "Na, tau gak? Kamu itu ditipu sama Bian." Tanpa menyapa terlebih dahulu, Pak Ardi duduk di kursi yang ada di meja kami dan langsung mengatakan hal itu. "Dia udah tahu," timpal Bian."Udah tahu gimana?" tanya Pak Ardi sambil menatap Bian. "Udah tahu tentang telepon palsu itu. Pokoknya dia udah tahu semuanya. Kamu udah kalah, udah nyerah aja," tutur Bian panjang lebar. Pak Ardi menatap padaku, seakan meminta jawaban. "Bian mengatakan yang sebenarnya, Pak," ucapku. "Kalau Bian bikin susah kamu, bilang saja padaku. Aku siap memboyongmu." Pak Ardi berkata dengan penuh percaya diri. "Itu tidak akan pernah terjadi. Kalau kau harap seperti itu, melajang saja sampai tua," seru Bian tak suka. Kurasa mereka berdua memang sangat dekat, sehingga bisa berbicara sesuka hati seperti ini.***Pesta telah usai, anak-anak sudah terlebih dahulu tidur sebelum pesta selesai. Begitu semua orang pulang dan orang tertidur, suasana rumah juga sepi. Di antara semua penghuni rumah ini, aku dan Bian yang t

  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bab 61

    Aku mematut diri di cermin, menatap pada diriku yang sudah siap dengan gamis pesta dengan model elegan dan modern berwarna silver. Malam ini adalah malam pesta pernikahanku dengan Bian, harusnya. Setelah tadi siang kami mengadakan acara ijab kabul secara resmi dan hanya di saksikan keluarga dekat saja, maka malam ini adalah pesta untuk memperkenalkan aku dan anak-anak pada rekan kerja Papa dan Bian. Jujur aku gugup dengan semua yang akan terjadi malam ini, apa pandangan mereka semua padaku. Pada anak-anakku, memikirkannya saja membuatku hampir gila. Mungkin beberapa teman dekat Bian sudah ada yang tahu statusku, seperti halnya Pak Ardi. Tapi bagaiman dengan yang lain? Aku segera pergi ke kamar Bian, dia mengatakan agar aku ke sana setelah selesai berganti pakaian dan ber-makeup minimalis. Tadinya Mama akan meminta orang melakukannya, tapi aku menolak. Lebih baik aku melakukannya sendiri saja. Aku mengetuk pintu saat sudah ada di depan kamar Bian. Tak ada jawaban, sepertinya dia ada

  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 60

    "Na, kamu sadar gak apa yang kamu lakukan?" tanya Bian. Kini dia berusaha bertumpu pada kedua tangannya agak tak sepenuhnya menimpaku Ah, ternyata ini kenyataan bukan mimpi. Terlanjur basah, mengaku sajalah. "Sadar," balasku apa adanya. Aku ingin mengurai pelukanku, berniat kembali ke kamarku sendiri. Namun saat aku sudah melepaskan pelukan, Bian malah membalikkan tubuhnya hingga posisiku berada di atasnya. "Mau kemana, katanya kangen," ucap Bian sambil menatap padaku. Mataku yang sejatinya masih mengantuk langsung melebar, seketika hilang rasa kantukku. "Bi, lepas. Aku harus pergi dari sini," kataku, seraya menekan dadanya agar terlepas dari pelukannya. Tapi usahaku sia-sia, pelukannya malah semakin erat. Membuatku menyerah dan merebahkan diri di dadanya."Aku juga rindu, aku semakin sadar sangat membutuhkanmu saat kita berjauhan. Tidurlah saja di sini malam ini. Aku janji tidak akan melakukan apapun padamu. Hanya tidur, benar-benar tidur." "Tapi, Bi ...." Aku kembali berusah

  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 59

    POV Nala Aku menunggu Bian berganti pakaian sambil duduk di sisi ranjang seperti biasanya. Bian berganti pakaian di ruangan khusus yang ada di kamarnya. Nanti dia akan keluar dari sana setelah rapi dan kami akan pergi bersama ke ruang makan untuk sarapan. Sejak tinggal di sini, aku selalu melakukan hal seperti ini. Pura-pura ke kamar Bian, menantinya berganti pakaian, seolah semalam aku tidur bersamanya. Ini kulakukan demi Cenna, aku kucing-kucingan dengan anak itu. Bertingkah seolah aku dan Daddy-nya tidur di kamar yang sama. Kami bertingkah layaknya suami istri pada umumnya. Sesungguhnya ini sangat merepotkan. Namun, demi Cenna akan kulakukan apa saja. Aku dengar bocah itu pernah masuk rumah sakit hanya gara-gara terlalu banyak pikiran. Apalagi kini Cenna semakin dewasa semakin tahu segalanya. Aku benar-benar tak bisa tidur semalaman, setelah mendapat ancaman dari Bian di ruang keluarga. Malam tadi, aku hanya bisa mengangguk dan tak berkata apa-apa. Mungkin dari mulutnya keluar k

  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 58

    POV BianPonselku benar-benar berdering saat tengah berkendara, aku harap itu benar-benar telepon dari Ardi yang namanya sudah kuganti dengan nama Ivanka. Nala mengambil ponsel tersebut, dengan ekor mata, aku bisa melihat jika dia terkejut saat melihat layar ponselku dan aku semakin yakin itu adalah Ardi yang menelepon. "Siapa?" Aku pura-pura bertanya. "Mbak Ivanka," jawab Nala, dia terlihat tak bersemangat menyebut nama itu. "Oh." Pura-pura tak peduli saja, aku sudah bilang pada Ardi untuk menelpon setidaknya dua sampai tiga kali, agar terlihat begitu penting dan butuh. "Ini, kamu gak mau angkat?" tanya Nala."Biarin saja."Panggilan telepon kubiarkan hingga berakhir dengan sendirinya. Dan seperti yang aku minta, ponsel itu kembali berdering."Dia masih menelpon lagi," ucap Nala sambil memperlihatkan layar ponsel padaku "Terima saja, mungkin penting. kamu bisa menepi," sambungnya. Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, aku segera menepi. Jangan sampai Ardi tak mau menelpon lagi dan

  • Dua Kali Menjadi Rahim Pengganti    Bagian 57

    POV Bian."Mau kemana?" tanyaku, saat melihat Nala terlihat rapi dan keluar dari kamarnya.Aku sendiri juga baru keluar dari kamar, hari ini aku tidak bekerja karena hari Minggu. Aku tak pernah tahu rutinitas Nala di rumah, ini. Dia tak pernah mengatakan apapun padaku. Tentu saja, siapa aku hingga dia harus membuat laporan hendak kemana dan mau apa. "Mau ke toko bunga," jawab Nala. "Toko bunga?" tanyaku memastikan. "Iya."Toko bunga Nala masih berada di tempat yang sama dengan kantor Ardi. Nala bilang lebih baik di sana daripada pindah lagi, karena kalau pindah seperti memulai dari awal, mencari pelanggan baru begitu katanya. Mendengar kata toko bunga aku langsung meraih tangan Nala dan membawanya masuk kembali ke dalam kamarnya. Tidak ada yang boleh tahu kalau aku berdebat dengan wanita ini, terutama Cenna. Dia selalu waspada kalau sedikit saja aku dan Nala berdebat, sepertinya dia masih ingat hari-hari dimana aku banyak menghabiskan waktu berdebat dengan Ivanka hingga akhirnya k

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status