Share

02 - Found you, Bastard!

Hei, kau ini sudah gila, ya? adalah sebuah kalimat yang setiap hari dilontarkan oleh Samantha Moore pada Callista. Entah karena gigih atau lebih bermodalkan nekat, Callista selalu berhasil membuat sahabat sekaligus rekan satu timnya kewalahan, apalagi sejak mereka diberi tugas untuk memecahkan sebuah kasus pembunuhan berantai yang sudah terjadi di Kota Edinburgh selama beberapa tahun terakhir.

“Berhentilah mengomel, Sam! Lebih baik sekarang kau membantuku mengawasi keadaan!” tukas Callista sembari mengobrak-abrik isi tas yang ada di bagian jok belakang mobil.

“Oh, Cale! Aku setiap hari berdoa pada Tuhan untuk diberi umur panjang, tapi kau malah rela mempertaruhkan nyawa hanya demi beberapa lembar uang! Gaji kita itu kecil! Apa kau tidak ingin mencari pekerjaan lain yang lebih menjamin masa depan kita?” balas Samantha frustasi.

“Tidak. Aku tidak akan berhenti sebelum berhasil menangkap vampir keparat itu! Aku yakin dia adalah pembunuhnya!”

“Kau benar-benar sudah tidak waras. Mana ada vampir berkeliaran di klub malam?!”

“Shut up, Sam! Pegang ini!” Callista melempar sebuah gaun pendek ke arah Samantha. “Cepat menghadap ke sana. Jangan mengintip!”

“Cih, lagi pula kita ini sama-sama perempuan. Buat apa juga aku mengintip punyamu?” gerutunya seraya mengalihkan pandangan ke luar jendela mobil.

“Tetap saja. Ini privasi dan satu-satunya asetku yang paling berharga!” Callista kemudian langsung melepas blazernya. Karena ruang mobil yang begitu sempit, gadis lajang berumur 24 tahun itu jadi sedikit kesulitan ketika melepas celana hingga lututnya terbentur setir mobil. “Aw, Dasar setir sialan!”

“He-em, butuh bantuan?” Samantha berdeham seraya melirik ke arah Callista yang kini hanya mengenakan pakaian dalam.

“Tidak, terima kasih!” Ia merebut gaun pendek tadi dari tangan Samantha dan buru-buru mengenakannya.

Setelah selesai mengganti baju, Callista pun membuka ikatan, membiarkan rambut hitam panjangnya yang lebat terurai bebas. Diraihnya alat make-up dari laci dasbor. Ia kali ini berniat menyamar menjadi kupu-kupu malam di salah satu klub mewah agar bisa leluasa melancarkan aksi penangkapan yang sudah ditunggu-tunggunya sekian lama.

“Bagaimana penampilanku, Sam? Mereka tidak akan mencurigaiku, bukan?” tanya Callista ketika sudah beres berdandan. Ia sengaja menggunakan make-up yang lebih menor dari biasanya.

Samantha segera membalikkan badan dan ternganga ketika melihat penampilan sahabatnya sendiri—lipstik merah cabai, blush on yang super tebal, dan berikut bulu mata anti badai melekat di wajah Callista.

“What the hell? Kau terlihat seperti tante-tante girang yang kurang belaian, Cale ....”

Callista sontak memutar bola matanya dengan malas. “Aku serius! Bagaimana penampilanku? Sudah seksi belum? Atau aku perlu menambahkan balon di bokongku?”

Samantha hanya geleng-geleng kepala. “Yang benar saja! Kujamin pria mana pun akan langsung kabur kalau kau mendekati mereka!” ujarnya dan kembali mendapat pelototan garang dari Callista.

“Sudah kau tunggu saja di sini! Jangan hubungi tim kepolisian sebelum aku memberi aba-aba.”

“Tidak bisa. Kita tunggu sampai yang lain datang dulu. Ini berbahaya! Kalau pembunuh itu benaran ada di dalam dan malah membunuh kau bagaimana?”

Callista tersenyum miring. Ia mengambil pistol dan melingkarkan handgun holster di pahanya agar tidak dicurigai karena tertutup gaun. “Jangan khawatir. Biar aku yang mengantarnya ke neraka sekalian.”

“Tunggu, Cale! Cale!!!” teriak Samantha. Namun, tak dihiraukan. Sahabatnya itu serta-merta melompat turun dari mobil dan berjalan ke arah seberang.

Suasana ingar-bingar dan gelak tawa langsung menyambut Callista begitu ia melangkahkan kaki masuk ke dalam klub malam tersebut. Laser-laser lampu yang berwarna-warni menyorot tak beraturan. Gadis itu mengernyitkan wajah ketika bau alkohol yang menguar ke seisi ruangan menyerang saluran pernapasannya.

Di area meja kasino, terlihat ada beberapa pelayan yang menggunakan seragam maid dengan belahan tubuh di mana-mana sedang membagikan kartu-kartu poker pada sekumpulan pria bertampang preman. Callista berjalan melewati orang-orang itu dengan sangat waspada. Namun, seorang pria berjanggut tipis yang sedang mabuk berat tiba-tiba saja datang merangkul bahunya.

“Hai, Sexy! Mau bersenang-senang bersamaku?”

Callista pun langsung menyentakkan lengan pria itu dengan kasar. “Singkirkan tanganmu, Brengsek! Atau kurobek ginjalmu!”

“Ugh, kau galak sekali!” protes pria itu kemudian jalan terhuyung-huyung pergi dari sana.

Callista berdecak. Ia benci disentuh, apalagi dengan pria bajingan yang tidak bermoral. Gadis itu lanjut menjelajah ke sisi ruangan lain dan berakhir menghampiri salah satu petugas kebersihan.

“Permisi, apa kau tahu di mana ruangan CCTV?” tanyanya pada petugas paruh baya itu dengan nada hati-hati.

Petugas tersebut hanya tersenyum tipis. “Sorry, Miss. Aku tidak bisa memberitahumu. Itu dilarang.”

“Aku akan memberikan toleransi kalau kau mau bekerja sama denganku, Sir.”

“Sekali lagi mohon maaf, kau tidak bisa memaksa dan aku di sini hanya berusaha untuk mematuhi peraturan yang ada.”

Callista menghela napas panjang. Bola matanya bergerak ke sana-kemari, mengawasi keadaan sekitar. Ia pun terpaksa menunjukkan ID Card-nya. “Tolong beri tahu aku.”

Petugas kebersihan itu sontak tertegun, sedikit terkejut melihat ID Card yang memperlihatkan foto wajah seorang detektif wanita dari kantor departemen kepolisian pusat Edinburgh bernama Callista Bradley.

Ia menundukkan kepala kemudian dengan takut-takut menunjuk ke sebuah ruangan tersembunyi yang berada tak jauh dari sekitar panggung. “Di sebelah sana, Miss. Ruangan CCTV-nya sedang kosong karena sedang ada pergantian penjaga.”

Callista mendengkus. “Terima kasih.”

Di dalam ruangan tersebut, semua kamera CCTV tampak tengah beroperasi. Sebagian besar layar monitor menunjukkan aktivitas para pengunjung, sedangkan sisanya memantau area luar gedung. Callista mendekati monitor utama dan menggeser kursornya, memutar ulang satu per satu rekaman CCTV sembari mengamati dengan saksama.

Setelah beberapa menit mencari, ia akhirnya bisa dengan mudah menemukan keberadaan target. Ditatapnya seorang pria berkemeja putih bersama wanita berambut pirang yang terlihat berjalan masuk ke ruangan VIP. Callista lalu segera memberi aba-aba lewat earpiece yang sejak tadi sudah terhubung dengan Samantha.

“Sam, aku sudah menemukannya! Panggil tim kepolisian sekarang juga. Malam ini kita akan menangkap psikopat sialan itu!”

“Baiklah, kau tunggu dulu di sana. Mereka sudah dalam perjalanan. Jangan bertindak sendirian atau—”

Bipp!

Callista langsung mematikan earpiece-nya kembali lantas menghambur keluar dari ruang pusat kendali CCTV dan berlari menuju sang target.

“Bersiaplah untuk membusuk di penjara, Mr. Vampire!”

Bersambung ...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status